Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengakuan buat PT Dirgantara
KOMPONEN pesawat buatan PT Dirgantara Indonesia baru-baru ini mendapat pengakuan internasional. Pengakuan itu datang dari Deutsch Quality System (DQS), badan sertifikasi Jerman, yang telah menganugerahinya sertifikat AS 9001 pada 14 Desember lalu di Bandung.
Danny Ng dari DQS mengatakan satuan usaha aerostructure Dirgantara telah berhasil memproduksi komponen pesawat yang memenuhi kualitas standar dunia dengan harga yang kompetitif dan pengiriman tepat waktu.
Menurut Direktur Produksi Dirgantara, Budi Wuraskito, proyek-proyek Dirgantara telah dapat dikerjakan dengan mutu dan ketepatan waktu yang nyaris sempurna. ”Kami berhasil mencapai rejection rate hingga 0,78 persen” ujarnya.
Sepanjang tahun ini, Dirgantara menyelesaikan kontrak lamanya dengan British Aerospace untuk pembuatan bagian sayap pesawat mega jumbo Airbus A-380. Dirgantara juga berhasil mendapat kontrak baru dari Bombardier (Kanada), EADS Casa (Spanyol), CTRM (Malaysia), KAI (Korea), dengan nilai kontrak US$ 180 juta.
Wajib Daftar Kartu Prabayar
GONTA-ganti kartu prabayar seluler kini tidak lagi mudah. Mulai Kamis pekan lalu, seluruh operator seluler mewajibkan pelanggan prabayar supaya mendaftarkan nomor KTP, nama, alamat, serta tempat dan tanggal lahir mereka.
Kewajiban ini berlaku bagi pelanggan lama dan calon pelanggan baru. Khusus bagi pelanggan lama, operator memberikan batas waktu sampai 28 April 2006. Jika pelanggan belum mendaftar sampai tenggat itu, nomornya akan dihapus.
Menteri Komunikasi dan Informatika, Sofyan Djalil, mengatakan kebijakan ini sudah dituangkan dalam Peraturan Menteri Nomor 23 Tahun 2005. ”Tujuannya untuk mencegah kejahatan melalui telekomunikasi seluler,” katanya.
Bagi pelanggan lama, pendaftaran cukup dilakukan dengan mengirimkan data lewat pesan pendek ke nomor 4444. Cara lainnya, dengan mengunjungi situs web setiap operator.
Menurut Ketua Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia, Jhony Suwandi Syam, kebijakan registrasi ini berpotensi menurunkan jumlah pelanggan 15-20 persen dari total 40 juta pelanggan prabayar.
Korban Kejahatan Ekonomi Meningkat
HAMPIR separuh perusahaan di Indonesia menjadi korban penipuan dalam dua tahun terakhir. Hal itu diungkapkan oleh perusahaan konsultan Pricewaterhouse Coopers (PwC) dalam laporannya, Senin pekan lalu. ”Pelaku makin pintar menyalahgunakan kelemahan sistem atau celah pengendalian,” kata penasihat teknis PwC, Rodney Hay.
Temuan PwC ini merupakan hasil jajak pendapat yang melibatkan 3.508 perusahaan dari 34 negara sebagai responden. Dari hasil penelitian yang bekerja sama dengan Universitas Martin Luther, Jerman, ini terungkap pula bahwa 66 persen dari kejahatan ekonomi itu merupakan tindakan korupsi. ”Angka ini cukup tinggi dibandingkan dengan rata-rata dunia sebesar 24 persen,” demikian mereka tulis dalam laporan itu.
Secara global, jumlah perusahaan yang melaporkan penipuan juga meningkat menjadi 45 persen dari angka 37 persen pada 2003. Rata-rata kerugian nyata yang ditanggung perusahaan akibat kejahatan ini mencapai US$ 1,7 juta. Sedangkan khusus kerugian perusahaan-perusahaan di Indonesia rata-rata US$ 475,8 ribu.
Indofood Pangkas Karyawan
LANGKAH efisiensi terus dilakukan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Hingga Oktober lalu, perusahaan mi terbesar di dunia ini telah memberhentikan 2.900—dari total 50 ribu—karyawannya.
Rencananya, sampai akhir tahun ini 600 karyawan akan masuk dalam tahap pemangkasan berikutnya. ”Pengurangan dilakukan terhadap karyawan yang sudah mendekati usia pensiun,” kata Wakil Direktur Utama Indofood, Fransiscus Welirang, pekan lalu.Dengan pengurangan karyawan ini, Indofood berharap dapat menghemat biaya gaji Rp 80 miliar-100 miliar per tahun. Sebagai bagian dari program itu, Indofood telah mengeluarkan dana pesangon Rp 130 miliar.
Kinerja keuangan Indofood boleh dibilang memang belum menggembirakan. Beban utangnya masih cukup berat, tecermin dari rasio utang terhadap modal yang masih tinggi: sekitar 1,5 kali.Hingga kuartal ketiga lalu, laba bersihnya pun turun 85,38 persen dari periode yang sama tahun lalu. Labanya hingga September lalu hanya Rp 42,2 miliar, padahal tahun sebelumnya mencapai Rp 288,6 miliar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo