Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Manager Humas dan Kelembagaan Bulog Tomi Wijaya menyebut jumlah keluarga penerima manfaat (KPM) bantuan pangan Bulog tahun depan bertambah 8 persen. Penerima yang semula 21,4 juta KPM bertambah menjadi 22 juta KPM.
"Mulai Januari sampai Maret, sudah menggunakan data terbaru 22 juta KPM," kata Tomy di Kantor Pusat Bulog Jakarta, Jumat, 15 Desember 2023.
Tomi mengatakan bantuan pangan Bulog menjadi salah satu intervensi pemerintah untuk meredam gejolak harga beras. Program ini sudah berjalan sejak Maret dengan penyaluran tahap pertama pada Maret-Mei dan tahap kedua September-November. Presiden Jokowi, kata Tomi, juga memastikan program berlanjut hingga Maret 2024.
Menurut Tomi, program ini dilanjutkan karena dirasa efektif meredam gejolak harga beras. Ia juga menuturkan program bantuan pangan beras terus digelontorkan hingga harga beras stabil.
"Nanti dicek lagi APBN yang ada dengan rencana menambah program ini sampai Juni 2024," tutur Tomi. "Jadi, kalau APBN cukup, mungkin ini terealisasi sampai 6 bulan ke depan dan masyarakat akan dapat 10 kg per KPM."
Harga beras saat ini meamang masih relatif tinggi. Berdasarkan panel harga Badan Pangan Nasional (Bapanas) hari ini, harga rata-rata nasional beras premiun naik 0,13 persen menjadi Rp 15.020 per kg. Sedangkan harga beras medium naik 0,23 persen menjadi Rp 13.220 per kg.
Tomi mengatakan ada sejumlah faktor yang menyebabkan harga beras naik. Salah satunya musim paceklik atau tidak ada panen raya tahun ini hingga sekitar Maret mendatang. "El nino juga ikut memukul harga," katta Tomi.
Ada juga faktor lain, seperti kondisi geopoplitik di Russia-Ukraina, yang mempengaruhi distibusi bahan baku. "Itu juga menyebabkan harga pupuk naik dan mempengaruhi cost petani," kata dia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini