Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bagaimana Bulog Mengejar Target Serapan 3 Juta Beras

Bulog harus menyerap 3 juta ton beras sampai April 2025. Serapan dikebut dengan menggandeng pengusaha penggilingan hingga TNI.

12 Februari 2025 | 12.00 WIB

Pedagang Pasar Kebayoran Lama memeriksa beras di  Jakarta, 7 Januari 2025. TEMPO/M Taufan Rengganis
material-symbols:fullscreenPerbesar
Pedagang Pasar Kebayoran Lama memeriksa beras di Jakarta, 7 Januari 2025. TEMPO/M Taufan Rengganis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ringkasan Berita

  • Bulog bekerja sama dengan berbagai pihak mempercepat penyerapan beras pada masa panen raya.

  • Panen raya pertama menyumbang 60-70 persen terhadap produksi nasional.

  • Pemerintah menetapkan harga gabah kering petani Rp 6.500 per kilogram.

MENTERI Pertanian Amran Sulaiman memperkirakan produksi beras pada masa panen raya Februari-April 2025 bisa mencapai 3 juta ton. Perum Bulog diminta menyerap seluruhnya.

Dalam rapat bersama direksi Perum Bulog pada Ahad, 9 Februari 2025, Amran meminta Bulog tidak bekerja sendiri agar bisa bergerak lebih cepat. Ia mengundang pengusaha penggilingan padi dan beras di seluruh Indonesia.

Bulog bersama Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) sudah meneken perjanjian kerja sama pengadaan serta pengolahan gabah dan atau beras pada 15 Januari 2025. Asosiasi sepakat menyuplai 1,17 juta ton pada tahun ini. Namun Amran meminta volumenya naik. Di hadapan Menteri, asosiasi menyanggupi menyuplai 2,1 juta ton setara beras hingga April mendatang. 

Ketua Umum Perpadi Sutarto Alimoeso optimistis bisa memenuhi permintaan tersebut. Dia mengatakan ada pasokan besar tersedia di Sulawesi Selatan. "Di sana surplusnya besar karena jumlah penduduknya relatif lebih sedikit," katanya, Selasa, 11 Februari 2025. Selain itu, pasokan dari Pulau Jawa bakal menjadi tumpuan untuk memenuhi target selama tiga bulan ini. Ada pula Lampung dan Nusa Tenggara Barat yang menjadi tumpuan.

Sutarto menjelaskan, kerja sama ini menggunakan skema maklon. Bulog bakal membeli gabah kering panen dari petani lalu menugasi mitra penggiling padi mengolahnya menjadi beras. Untuk proses ini, Bulog harus membayar ongkos giling. 

Menurut Sutarto, ongkos giling berbeda di setiap daerah lantaran ada perbedaan biaya tenaga kerja hingga distribusi. Rata-rata ongkosnya Rp 650-850 per kilogram. Ia berharap pemerintah segera menentukan tarif yang pasti sehingga penggilingan bisa segera berjalan. "Tapi, sambil menunggu keputusan pemerintah, ada juga maklon yang sudah berjalan supaya penyerapannya bisa cepat," ujarnya. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Kecepatan penyerapan hasil panen sangat krusial untuk memenuhi cadangan pemerintah. Sutarto menyatakan produksi pada masa panen raya pertama berkontribusi terhadap 60-70 persen dari total produksi tahunan. Setelah mengamankan pasokan, pemerintah baru bisa mengintervensi saat stabilitas stok ataupun harga terganggu. 

Ketua Perpadi Daerah Istimewa Yogyakarta Arif Yuniarto menyatakan anggotanya termasuk yang mulai menjalankan skema maklon meski belum ada ketentuan pasti ihwal ongkos giling. "Karena kami sudah terbiasa berkerja sama dengan Bulog, jadi kami kerjakan dulu," tuturnya. Menurut Arif, anggotanya akan menyuplai sekitar 51 ribu ton setara beras dalam tiga bulan ini. Dia yakin bisa memenuhi target tersebut lantaran angkanya tak jauh berbeda dengan realisasi pada tahun lalu. 

Selain bekerja sama dengan Perpadi, Bulog berupaya mempercepat penyerapan beras dengan menggandeng mitra lain. Dalam rapat koordinasi inflasi yang digelar pada 10 Februari lalu, Kepala Divisi Hubungan Kelembagaan Perum Bulog Epi Sulandri mencontohkan keterlibatan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian RI untuk memastikan penyerapan gabah petani yang dilakukan Tim Jemput Gabah berjalan lancar. Tim ini bertugas membeli gabah langsung dari petani. "Pelibatan TNI dan Polri ini sebagai bentuk extra ordinary effort kami."

Bulog berupaya memenuhi sisa 900 ribu ton dari target penyerapan 3 juta ton setara beras, antara lain menggandeng 1.294 mitra pengolahan padi. Bulog membeli beras dari mereka dengan harga Rp 12 ribu per kilogram. Beras ini langsung dikirim ke gudang Bulog. Selain itu, Bulog bisa menyerap 675 ribu gabah kering panen selama musim panen pertama ini dengan memanfaatkan kapasitas pengeringan resmi mereka sebesar 751 ribu ton per bulan. 

Langkah lain yang juga tak kalah penting untuk mempercepat penyerapan hasil panen adalah mematok harga beli dari petani. Pemerintah mengatur harga pembelian pemerintah (HPP) senilai Rp 6.500 per kilogram gabah kering panen di petani.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Nilainya pun naik mulai 15 Januari 2025 dari sebelumnya Rp 6.000 per kilogram. "Bukan hanya pengusaha penggilingan gabah ataupun Bulog, tapi juga semua pihak wajib membeli gabah dengan HPP Rp 6.500 per kilogram agar nilai tukar petani terus meningkat," kata Amran. 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Vindry Florentin

Vindry Florentin

Lulus dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran tahun 2015 dan bergabung dengan Tempo di tahun yang sama. Kini meliput isu seputar ekonomi dan bisnis. Salah satu host siniar Jelasin Dong! di YouTube Tempodotco

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus