Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Berita Tempo Plus

Burgerchill, Gerai Burger Rintisan Si Kembar

Bermula dari kedai burger rumahan, dua kakak-adik asal Bandung mendirikan start-up dengan cita-cita besar: membuka sekolah bisnis untuk anak muda. Usaha rintisan mereka mendapat penghargaan dalam program BRI Peduli-Creation Scholarship.

11 Desember 2021 | 00.00 WIB

Gerai Burgerchill di Bandung, Jawa Barat, 8 Desember 2021. TEMPO/Prima Mulia
Perbesar
Gerai Burgerchill di Bandung, Jawa Barat, 8 Desember 2021. TEMPO/Prima Mulia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ringkasan Berita

  • Usaha rintisan kuliner Burgerchill asal Bandung, dimulai dengan modal seadanya.

  • Dalam waktu satu tahun, Burgerchill mampu membuka kedai kecil di sebuah area komersial.

  • Burgerchill bercita-cita membuka akademi bisnis untuk berbagi ilmu kewirausahaan kepada anak muda.

BANDUNG -- Pelataran sebuah bangunan di Jalan Bengawan Nomor 11 Kota Bandung itu tidak hanya terisi kendaraan. Di salah satu sisinya terdapat sebuah kontainer kecil berwarna hijau toska yang ikut parkir. Dari jendela kontainer yang terbuka lebar itu, silih berganti orang memesan makanan jenis burger. Para konsumen yang kebanyakan anak muda meriung di sekitar kios bernama Burgerchill tersebut, sehingga tempatnya terkesan sempit.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Nama kios kuliner cepat saji itu sepintas mirip band musik cadas asal Bandung, Burgerkill. “Burgerchill itu dari singkatan burger kecil yang dimakan sambil santai atau chill,” kata salah satu pendiri dan pemilik kios burger itu, Dzaky Muhammad Abdullah Rahim, Senin, 6 Desember lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Bentuk roti yang dijual di Burgerchill memang agak kecil dibanding burger umumnya. Di kios itu, selain ada burger dengan lima varian rasa, konsumen bisa memesan kentang goreng dan aneka minuman yang masing-masing seharga kurang dari Rp 20 ribu.

Dibantu dua karyawan penuh waktu, gerai Burgerchill buka setiap hari, dari Senin-Jumat mulai pukul 12.00 WIB. Adapun pada Sabtu-Minggu buka pukul 09.00 dengan waktu tutup serempak pukul 20.00. “Menu favorit konsumen sekarang Crispy Chicken Burger,” kata Dzaky. Jumlah konsumen mereka stabil 25-30-an orang per hari.

Target konsumen Burgerchill berada di kelas menengah ke bawah. Namun omzet penjualan bulanan mereka mencapai belasan juta rupiah. Menurut rencana, pada 2022 mereka akan membuka gerai kelas premium dengan harga menu lebih dari Rp 30 ribu. “Kami lihat perilaku konsumen dari kalangan yang banyak uang juga,” ujar Dzaky. Selain itu, belakangan ini muncul tren di kalangan restoran untuk membuka gerai kuliner premium.

Menu paket burger ayam dengan kentang goreng di gerai Burgerchill di Bandung, Jawa Barat, 8 Desember 2021. TEMPO/Prima Mulia

Burgerchill dirintis Dzaky bersama kakak kembarannya yang lebih dulu lahir 10 menit, Naufal Muhammad Abdullah Rahim, sejak Juni 2020. Semangat berwirausaha memang terbentuk sejak keduanya duduk di bangku SMA. Saat itu, mereka biasa berjualan makanan ringan ke teman-teman mereka. Hal itu mereka lakukan untuk mendukung perekonomian keluarga setelah ayah mereka pensiun beberapa tahun lalu. “Sebagai anak lelaki, enggak enak kalau jadi beban. Jadi, kami coba cari uang sendiri,” kata Naufal.

Selain berjualan, kedua bersaudara ini menambah penghasilan dengan menjadi penyiar radio di sebuah radio swasta anak muda di Bandung, main band, kabaret, dan membuka usaha fotokopi. Mereka menggaet selusin teman sebaya menjalankan bisnis itu. “Umur segitu keren juga anak SMA bisa menggaji teman-teman,” ujar Dzaky. Setelah lulus sekolah, mereka mencari sumber penghasilan lain yang bisa ditekuni untuk terus berkembang.

Tiba masa liburan panjang, mereka memanfaatkan kesempatan itu untuk berjualan cireng di rumah, juga camilan, seperti cimol, keripik, dan bola ubi. Namun hasilnya dianggap gagal. Enggan menyerah, sambil putar otak, mereka melirik ke makanan yang disukai sejak kecil, yaitu burger. Sambil menunggu masa perkuliahan, mereka merintis brand Burgerchill.

Awalnya, mereka membuka kedai burger itu di rumah. Dari hanya segelintir teman dan tetangga yang membeli, promosi burger diperluas lewat media sosial. “Kenapa enggak banner jualan di depan rumah dipindahkan ke handphone orang-orang?” kata Dzaky. Upaya itu pelan-pelan meningkatkan penjualan.

Hingga suatu waktu, video unggahan Naufal pada 24 Juli 2020 mendadak viral. Dia mengenalkan hidangan baru burger manis yang berisi pisang nugget dengan lelehan susu cokelat. “Di TikTok awalnya enggak ada yang lihat, sampai satu momen, dalam waktu 1 jam, viewer-nya sampai 1 juta orang,” ujarnya.

Momentum itu menjadi titik balik usaha mereka. Gara-gara TikTok, jumlah pembeli dan follower mereka di media sosial melonjak hingga 5.000 orang. Setiap hari jumlah pesanan mereka mencapai 100-150 burger. Beberapa pembeli sengaja mencari dan datang langsung ke rumah mereka yang berada di gang di sekitar Jalan Muararajeun, Bandung.

Sebagian lagi mendukung usaha mereka dengan memborong 100-150 burger sekaligus. Pembeli yang tidak pernah mereka kenal dan temui itu sebelumnya punya pesan khusus. “Minta kami bagikan ke orang-orang. Jadi, banyak orang yang berbagi lewat Burgerchill,” kata Dzaky.

Makanan itu mereka bagikan gratis ke orang-orang di jalan dan panti asuhan. Publikasi di media sosial mengalirkan pesanan dengan model serupa. Mereka yang berulang tahun pun merayakannya dengan berbagi Burgerchill ke panti asuhan. Belakangan, pesanan untuk berbagi ke orang lain itu ditahan sementara waktu. Alasannya, kata Dzaky, mereka sedang berfokus berkolaborasi dengan beberapa usaha kecil dan menengah, mengurus beasiswa, serta menjalani ujian tengah dan akhir semester.

Berangkat dari usaha rumahan, modal mereka terhitung nol. Nihil pengalaman memasak, usaha rintisan ini juga memanfaatkan perkakas dan alat masak yang ada di rumah. Beruntung mereka punya ibu yang piawai urusan dapur. “Yang bikin resepnya ibu saya, sampai dapat rasa yang pas,” kata Dzaky.

Gerai Burgerchill di Bandung, Jawa Barat, 8 Desember 2021. TEMPO/Prima Mulia

Dzaky dan Naufal kini kompak berkuliah bareng di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Saat ini mereka tercatat sebagai mahasiswa semester ketiga angkatan 2020. Mereka menjalankan usaha Burgerchill sambil mengikuti kuliah daring. Terkadang mereka harus menggoreng ayam di dapur untuk memenuhi pesanan burger sembari mengikuti pelajaran. Mereka menabung hasil penjualan untuk membuka gerai perdana pada April lalu.

Kesibukan Dzaky di bagian marketing Burgerchill dan Naufal yang mengurus produksi kini bertambah. Mereka harus melaksanakan program proposal setelah menyabet juara pertama BRI Peduli-Creation Scholarship kategori Entrepreneur Creation pada November lalu. Burgerchill berhasil menyisihkan 150 tim lainnya.

Dalam kegiatan itu, agar memenuhi syarat tim berjumlah 3 orang, mereka mengajak rekan sekolah, Ahlam Nauval Mahendra, yang juga mahasiswa Unpad. “Kami mendapat beasiswa pendidikan sampai lulus, uang saku per bulan, serta modal pengembangan Rp 30 juta,” kata Dzaky.

Program Burgerchill berencana bermitra dengan empat usaha kecil dan menengah. Incarannya adalah sebuah start-up teknologi untuk merancang robot pembuat burger, dua kedai kopi, dan clothing untuk pembuatan suvenir. Selain itu, menurut Dzaky, mereka ingin membangun Burgerchill University bersama sebuah lembaga bimbingan belajar. “Kami mau bikin sekolah bisnis yang nyata,” kata dia.

Rencana ini mereka susun karena mereka melihat semangat anak-anak tingkat SMA yang punya keinginan membuka usaha sendiri. Namun mereka menilai metode pelatihan usaha yang bertebaran di media sosial ataupun sekolah bisnis kurang sesuai. Mereka ingin berbagi dari pengalaman sendiri yang merintis usaha kecil dari rumah dengan alat dan pengalaman ala kadarnya. “Kami mau bagikan itu ke anak-anak SMA, pengusaha muda yang mulai dari nol. Meski praktiknya hal itu enggak semudah yang dibayangkan,” kata Dzaky.

ANWAR SISWADI

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Anwar Siswadi (Kontributor)

Anwar Siswadi (Kontributor)

Kontributor Tempo di Bandung

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus