Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Kubu Raya - Ruang tengah rumah Fitri Yuniatun disesaki belasan perempuan pada Kamis pekan lalu, 25 Agustus 2022. Di antara mereka ada Ruth Sinaga, Community Officer BPTN Syariah untuk wilayah Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sudah satu setengah tahun Ruth menjalankan tugasnya, mendampingi ratusan ibu-ibu pelaku usaha mikro. Hari itu merupakan jadwal pertemuan rutin sentra di kediaman Fitri. Fitri adalah ketua Sentra Kenanga 2. “Pada kali ini, materi ‘Daya’ yang akan saya sampaikan adalah manfaat daun singkong, ibu-ibu,” ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebanyak delapan ibu anggota sentra mencermati kertas fotokopi yang dibagikan sebelumnya. Mereka asyik berdiskusi mengenai pengetahuan baru tentang daun singkong. “Di sini nyebutnya pucuk ubi,” seloroh Surahmah. Perempuan berusia 46 tahun itu tahu jika daun singkong juga baik untuk mata.
Ibu-ibu lainnya bertukar informasi resep daun singkong, tak hanya sebagai alternatif menu masakan, tapi juga untuk mengobati sejumlah penyakit. Beberapa warga juga menambahkan pantangan mengonsumsi daun singkong untuk orang dengan penyakit tertentu.
Pertemuan diakhiri dengan menikmati kudapan yang disajikan Fitri. Pada waktu tertentu setiap bulannya, pertemuan juga disertai dengan penyetoran dana pinjaman, serta menabung. Ruth yang melakukan pencatatan dan penyetoran ke bank.
Fitri merasakan manfaat menjadi nasabah bank, sekaligus penguatan pengetahuan mengenai pengelolaan keuangan sederhana. Ruth juga mengajarkan ibu-ibu mengelola keuangan dengan menyimpan di dalam amplop-amplop.
“Jadi saya hanya memutarkan modal awal, keuntungan disisihkan untuk membayar pinjaman serta kebutuhan keluarga lainnya,” kata perempuan berusia 37 tahun itu. Dengan pertemuan rutin yang digelar dua minggu sekali, secara tak langsung membuat para nasabah menjadi disiplin mengelola keuangan.
Ibu-ibu yang merupakan anggota sentra wajib datang untuk mendapatkan penguatan serta sekaligus menunjukkan itikad kuat dan komitmen dalam mengelola pinjaman yang diberikan. Peminjaman menggunakan sistem syariah, tidak ada denda atau bunga.
“Karena ini pembiayan mikro, saya mulai meminjam dengan Rp 2 juta, tujuh tahun yang lalu. Saat ini saya dibantu pembiayaan Rp 18 juta,” ungkapnya. Awalnya, Fitri membuka kios pengisian pula.
Usaha berkembang selama tujuh tahun berjalan. Kios kecilnya telah menjadi warung permanen yang menjual makanan, minuman dan sembako. Tri, panggilan akrabnya, bahkan menjadi nasabah inspiratif yang mendapatkan penghargaan berangkat umroh pada tahun 2019 lalu.
“Saat tahu Bu Tri dapat umrah, saya sampai nangis terharu. Pasti senang Bu Tri, saya ingin juga seperti dia,” kata Surahmah. Surahmah juga sudah 7 tahun menjadi nasabah. Dia berjualan telur gulung dan aneka gorengan. Sekarang dia sudah punya toko sendiri, harapannya tokonya bisa lebih besar lagi.
Selanjutnya: Seiring dengan waktu, nilai pinjaman yang diperoleh terus berkembang.
Bermula dari pinjaman Rp 2 juta, kini Surahmah telah mendapat kredit Rp 15 juta. Begitu pula dengan Desi Ernawati. Wanita berusia 35 tahun tersebut selama ini bekerja dengan berjualan sayur di pasar tradisional.
Semula dia kerepotan dengan pemilahan uang modal dan keuntungan. Namun, pertemuan demi pertemuan yang diikutinya memberikan gambaran mengenai keharusan pengelolaan keuangan agar usahanya dapat lebih berkembang.
Desi adalah ibu tunggal. Usai berdagang, dia bekerja sebagai karyawan di salah satu hotel bintang tiga di Kota Pontianak. Gajinya pun diatur, sesuai dengan pembelajaran yang didapatnya di sentra usaha.
Sudah menjadi nasabah selama 6 tahun, menjadikan Desi mempunyai perencanaan yang lebih baik untuk usahanya.“Dulu modalnya dibantu Rp 3 juta, sekarang sudah Rp 13 juta,” katanya. Ke depannya, Desi ingin membuka usaha katering di rumahnya.
Hal yang sama dikatakan Agustina yang berjualan sayur secara online. Wanita berusia 28 tahun ini membuka pesanan melalui aplikasi pesan. Pelanggannya ada 30 rumah. Setiap pagi dia berbelanja di pasar tradisional serta warga setempat yang juga petani sayur.
Sayur diantar gratis untuk warga desa. Untuk di luar desa, ongkos kirim berkisar Rp 3.000 hingga Rp 5.000. “Tidak bisa lebih (ongkos kirimnya), nanti pelanggan lari,” katanya. Setelah enam tahun berjalan, usahanya sangat membantu ekonomi keluarga.
Agustina punya mimpi agar dapat merekrut orang untuk mengantarkan pesanan-pesanan pelanggan. Dengan begitu, ia bisa lebih berfokus mengurus ketiga anaknya yang masih kecil.
Di Kelurahan Bangka Belitung Laut Kota Pontianak, ibu-ibu Sentra Wahana 45 baru saja usai mengemas kue kering buatanya. Adalah Evi Tri Wahyuni, pengrajin kue putu kacang, salah satunya, yang telah menjadi nasabah selama lima tahunan.
“Kue saya sudah sampai Malaysia. Saya jual Rp 35 ribu per setengah kilo, nanti ada reseller yang jual lagi,” ujarnya. Resep Evi didapat turun temurun. Ibunya, Lusi, juga sudah menjual kue putu kacang ini sejak gadis.
Penguatan modal yang dibutuhkan Evi khusus menjelang lebaran. Sebab, pesanan saat itu bisa membeludak hingga mencapai satu ton. Penguatan modal dibutuhkan untuk membeli alat-alat membuat kue, seperti oven gas, mesin pengolahan kacang hijau menjadi tepung dan lain sebagainya.
Evi ingin memperbesar usahanya dengan berjualan online di media sosial. Dia butuh waktu khusus untuk belajar. Selain itu, dia juga ingin mendapatkan bantuan untuk memeroleh izin produksi industri rumah tangga.
Selanjutnya: Bank kini juga harus bersaing dengan pinjaman online.
Sementara itu, Wahyu Mega, Business Manager dengan sekitar seribu lebih nasabah yang didampinginya punya cerita tersendiri. Saat memulai menjadi community officer pada delapan tahun lalu, dia tidak mengira akan bertahan dalam dunia perbankan.
“Tantangan membangun sentra macam-macam. Banyak memang yang harus belajar disiplin untuk mengatur keuangan. Terlebih saingan dengan pinjaman online yang mudah dan cepat,” kata Mega. Namun Mega punya solusi untuk mengambil hati ibu-ibu pengusaha kecil tersebut.
Dia membangun kedekatan emosi, memegang komitmen tepat waktu, santun dan ramah, serta memberikan masukan solutif dan masuk akal pada setiap masalah yang ditanyakan nasabah.
Promosi dan rekomendasi mulut ke mulut jadi salah satu kekuatan kelompok perempuan. Mega bahkan menikmati setiap berdiskusi dengan para community officer-nya mengenai ‘Materi Daya’ yang akan disampaikan.
“Program ini memang menyasar perempuan prasejahtera, tidak hanya dengan membantu pembiayaan tetapi juga penguatan karakter individu dan kelompok, serta disiplin dalam pengelolaan keuangan,” ujar Wahyu.
Bisa menghantarkan para nasabah mewujudkan mimpi-mimpinya, kata Meda, adalah 'makanan jiwa'. Sebagai perempuan, ia menyebutkan kemampuan mendukung perempuan lain bertumbuh dan besar adalah kebanggaan yang tidak ternilai.
Jangkau Ribuan Perempuan
Andi Agus Setiawan, kepala Pembiayaan BTPN Syariah area Kalbar dan Kaltim, menambahkan, hingga Juni 2022, pembiayaaan yang sudah tersalurkan sekitar Rp 71 miliar di Kalimantan Barat. Pembiayaan ini diberikan kepada 23 ribu perempuan keluarga prasejahtera produktif.
"Pembiayaan ini memang untuk modal usaha khusus kepada ibu-ibu prasejahtera yang ada di pedesaan atau pinggiran kota di berbagai daerah di Indonesia untuk memulai usaha atau meningkatkan usaha mikronya," tutur Andi.
Walau nilai bantuan pembiayaannya kecil, Andi menekankan, ada nilai lain yang juga dikembangkan dalam program dengan nama Tepat Pembiayaan Syariah – Kelompok.
Akadnya berdasarkan perjanjian jual beli atau akad wakalah wal murabahah. Tepat Pembiayaan Syariah (Sebelumnya disebut PMD) memiliki fokus pada pembangunan karakter dan kebiasaan-kebiasaan baik nasabah, yaitu Berani Berusaha, Disiplin, Kerja Keras, dan Saling bantu (BDKS).
“Sebelum jadi nasabah, ibu-ibu ini kita beri pembekalan dalam 14 hari, termasuk tes pengetahuan di akhir sesi,” ujarnya. Selama dua minggu, ibu-ibu calon nasabah yang tergabung dalam sentra usaha diberikan pelatihan minat dan menggali tujuan mereka.
Setelah itu, baru diberikan pembekalan pengelolaan dasar keuanggotaan, yang diakhiri dengan survei dan wawasan. Tetapi metode penyampaian materi diberikan dengan mudah, bahasa sehari-hari, hangat dan akrab.
Selanjutnya: Tak sedikit nasabah nonmuslim gabung dalam sistem yang ditawarkan BTPN Syariah.
“Tidak sedikit ibu-ibu yang karakternya menguat setelah mendapatkan pelatihan keanggotaan, dan menjadi nasabah,” katanya. Sebagai pemberi pinjaman pembiayaan, sistem syariah justru tidak menjadikan hal ini sebagai kekhususan.
Justru, keberagaman dalam membangun jaringan sangat menonjol. Tidak sedikit nasabah yang nonmuslim, tergabung dalam program ini. Bahkan tidak hanya sebagai nasabah, tetapi sebagai bankir pemberdaya.
BTPN Syariah juga memberikan kesempatan kepada perempuan-perempuan muda terlatih di Kalimantan Barat untuk berkarir sebagai community officer. Sebagian besar merupakan perempuan asli Kalimantan Barat. Warga lokal mempunyai nilai lebih karena bisa mendekati dengan bahasa yang sama.
“BTPN Syariah telah membuka akses prasejahtera produktif yang ada di pelosok negeri hingga Kalbar sejak 2015,” jelas Corporate & Marketing Communication Head BTPN Syariah, Ainul Yaqin.
Pembiayaan prasejahtera produktif ini, lanjutnya, adalah pembiayaan tanpa jaminan yang diberikan untuk modal usaha bagi masyarakat prasejatera produktif khususnya perempuan.
“Sebagai bank umum syariah pertama yang fokus mengumpulkan dana dari keluarga sejahtera dan menyalurkan kepada keluarga prasejahtera produktif sejak tahun 2010, kami terus berikhtiar menjadi organisasi yang tumbuh bersama menginspirasi untuk seluruh stakeholder kami, nasabah, keluarganya dan komunitas untuk mewujudkan niat baik lebih cepat,” tuturnya.
Selain itu, BTPN Syariah melayani dengan profesional dan sepenuh hati, menerapkan tata kelola yang baik dan sesuai dengan prinsip syariah yang memberikan manfaat bagi umat.
Karakter berani berusaha, Disiplin, Kerjasama dan Saling Bantu yang dibangun, diharapkan dapat menyebar sehingga tercapai tatanan masyarakat yang memiliki kekuatan secara ekonomi disuatu daerah.
“Sistem keanggotaan menjadikan para perempuan saling mendukung untuk berkembang, termasuk memberikan rekomendasi untuk menambah anggota,” kata Ainul. Sentra bertanggung jawab penuh terhadap kelancaran kredit.
Jika ada yang menunggak pinjaman dari BTPN Syariah itu, tunggakan ditanggung renteng oleh seluruh anggota sentra. Maka, ketua sentra dan anggotanya dapat bermufakat sebelum memberikan rekomendasi tambahan anggota.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.