Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Founder and Chairman CT Corp, Chairul Tanjung, menyoroti kondisi keuangan Indonesia yang tertekan akibat tingginya suku bunga acuan di beberapa negara, khususnya Amerika Serikat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kita juga sedang mengalami financial stress yang mengakibatkan terjadinya kekurangan, permasalahan antara demand dan supply sektor keuangan terganggu,” ujar Chairul dalam acara CNBC Economic Outlook 2024, dikutip melalui CNBC TV, Kamis, 29 Februari 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut dia, Bank Sentral Amerika Serikat yang mempertahankan suku bunga dengan angka cukup tinggi ikut menyeret kenaikan suku bunga di negara-negara lain.
Lebih lanjut, Chairul menyebut bahwa perbankan swasta menjadi salah satu industri yang paling terdampak. “Bank swasta pengaruhnya itu sangat signifikan dari perbankan kita. Uang menjadi susah, harganya mahal, dan kali itu terjadi tentu berakibat pada investasi yang melambat," tuturnya.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, sebelumnya memperkirakan suku bunga kebijakan Amerika Serikat atau Fed Funds Rate (FFR) turun sebanyak tiga kali hingga mencapai 75 basis poin pada 2024, dimulai pada paruh kedua tahun ini.
“Apakah Fed Funds Rate akan turun? probabilitasnya akan turun. Kapan? Kalau BI memandangnya mulai dari semester 2, berapa banyaknya? 75 basis poin (bps), itu itung itungan kami,” ujar Perry dalam acara forum bertajuk ‘Stabilitas Moneter di Tengah Dinamika Ekonomi 2024’, dikutip melalui YouTube Infobank Tv, Kamis, 1 Februari 2024.
Menurut dia, proyeksi ini dapat berubah-ubah seiring bertambahnya informasi baru. Namun, dia menekankan untuk saat ini, FFR diprediksi turun pada paruh kedua tahun 2024 sebanyak tiga kali hingga 75 bps. “Bulan depan kalau ada informasi baru ya kita perbaharui lagi, mungkin bisa lebih cepat,” ucapnya.