Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Pertamina didesak meningkatkan standar keamanan operasi setelah kebakaran Depo Pertamina Plumpang.
Pertamina Patra Niaga mengatakan bahwa ada tujuh penyalur petir di Depo Plumpang.
Penyebab kebakaran masih diselidiki.
JAKARTA — Kebakaran di terminal BBM milik PT Pertamina (Persero) di Plumpang, Jakarta Utara, atau Depo Pertamina Plumpang memunculkan pertanyaan mengenai pengelolaan fasilitas tersebut. Desakan muncul agar Pertamina meningkatkan standar keamanan operasi sebagai antisipasi kecelakaan kerja ke depan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Pusat Petir Institut Teknologi Bandung, Reynaldo Zoro, mengusulkan ada tambahan penangkal petir di area Depo Plumpang. Menurut dia, upaya pelindungan petir yang ada belum optimal. Pasalnya, Pertamina menerapkan standar Amerika Serikat, yaitu National Fire Protection Association 780. “Standar itu menyatakan bahwa tangki tidak perlu diproteksi karena tangki dari metal tertanam di dalam tanah, sedangkan arus petir kalau kena tangki mengalir ke tanah hilang,” ujarnya, kemarin, 7 Maret 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Standar ini banyak digunakan di negara subtropis. Namun Zoro menilai di Indonesia butuh pelindungan jenis lain. Sebab, dari hasil riset sejak 1992, dia mencatat muatan petir yang terjadi lebih besar dan panjang. Kondisi itu bisa melubangi tangki yang dalam standar tersebut dipasang lapisan minimal 4,8 milimeter di bagian atasnya.
Zoro mengusulkan proteksi petir dengan teknologi Free Standing Mast (FSM). Penangkal petir itu dipasang pada tiang setinggi 30-40 meter. Ujung alatnya memakai bahan fiber, kemudian disambung dengan kabel isolasi ganda untuk kemudian masuk ke grounding system. Sistem itu juga memakai panel untuk menghitung dan mengukur arus puncak petir saat tiang tersambar petir. Menurut dia, jika tangki timbun sudah terproteksi, otomatis pipa juga terlindungi.
Pada Jumat lalu, pipa penerimaan BBM di Depo Pertamina Plumpang terbakar. Pipa tersebut berjarak sekitar 30 meter dari pemukiman warga Tanah Merah yang berdiri di balik tembok pembatas depo. Kebakaran tersebut membuat 19 orang meninggal serta 39 orang dirawat di sembilan rumah sakit di Jakarta.
Petir diduga memiliki peran pada kebakaran pipa penerimaan BBM di Depo Plumpang pada Jumat, 3 Maret 2023. Arifin, 38 tahun, yang berada di lantai dua rumahnya saat sebelum kejadian, mengaku melihat percikan api di area depo setelah petir menyambar. Rumahnya berada di seberang tembok pembatas tempat penyimpanan BBM milik PT Pertamina Patra Niaga tersebut. "Pas petir nyamber, ada percikan api nyala," tuturnya kepada Tempo.
Lokasi kebakaran Depo Pertamina Plumpang di Jakarta 3 Maret 2023. ANTARA/Muhammad Adimaja
Kata Pertamina Patra Niaga Soal Petir di Depo Plumpang
Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting, membantah soal peran petir dalam peristiwa kebakaran di Plumpang. Dia juga menyatakan wilayah depo sudah memiliki teknologi penangkal petir yang mumpuni. "Ada tujuh unit penyalur petir dan semua dalam kondisi baik," ujarnya.
Soal pemicu, Irto menuturkan, proses investigasi masih berjalan. Perusahaan menyerahkan penyelidikan kepada Kepolisian RI.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigadir Jenderal Ahmad Ramadhan, menuturkan bahwa penyelidikan masih berlangsung. "Sampai saat ini sebanyak 24 saksi dimintai keterangan," tuturnya, kemarin. Delapan orang merupakan operator dan supervisor serta dua orang petugas keamanan di Depo Plumpang. Sedangkan 14 orang lainnya merupakan warga di sekitar lokasi kejadian.
Dari hasil laporan awal, Kepala Kepolisian RI Jenderal Listyo Sigit menuturkan, kebakaran terjadi sekitar pukul 20.00 WIB. Di lokasi tengah berlangsung pengisian bahan bakar jenis Pertamax yang dikirim dari Kilang Balongan. Dia menuturkan, terjadi tekanan berlebihan ketika proses tersebut berlangsung dan memicu pecahnya pipa.
Tekanan pada pipa sempat diucapkan Direktur Logistik dan Infrastruktur Pertamina Erry Widiastono. Ketika berbincang dengan Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir, dia menyatakan bahwa pipa yang bermasalah merupakan saluran distribusi BBM dari Kilang Balongan menuju tangki di Plumpang. "Itu yang kami duga mampet, lalu muncrat (isinya)," kata Erry, seperti ditayangkan dalam video di akun Instagram Erick Thohir. Cipratan cairan tersebut diduga menghasilkan uap karbon. Namun dia menegaskan bahwa dugaan tersebut perlu ditelusuri lebih lanjut.
Wakil Ketua Komisi Energi DPR RI, Eddy Soeparno, menyatakan bahwa investigasi pemicu masalah di Depo Plumpang penting untuk mengetahui permasalahan yang terjadi. "Apakah ada masalah teknis, prosedur yang tidak diikuti, keamanan tak dijalankan dengan baik, atau apa pun namanya," kata dia. Pertamina juga diminta untuk terbuka kepada publik saat hasil audit maupun investigasinya keluar.
Pakar energi dari Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi, pun menyoroti pentingnya investigasi dan audit segera, bukan hanya di Depo Plumpang, tapi juga di aset Pertamina yang lain. "Kejadian di Plumpang merupakan rentetan dari beberapa kecelakaan yang terjadi. Artinya, tidak ada upaya untuk mencegah," katanya. Fahmy juga menekankan pentingnya keterbukaan informasi ke publik sehingga fungsi pengawasan bisa berjalan.
Ketua Umum Asosiasi Pemasok Energi dan Batubara Indonesia (Aspebindo), Anggawira, menilai perlu ada evaluasi health, safety, security, and environment (HSSE) atau kesehatan, keselamatan, keamanan, dan lingkungan menyusul kejadian ini. Evaluasi bukan hanya untuk Pertamina yang selama tiga tahun terakhir mengalami enam kali kebakaran di kilang dan depo. Dia mengatakan, semua pelaku industri minyak dan gas bumi butuh belajar dari rentetan kejadian tersebut.
“Saya rasa, dengan berbagai insiden yang terjadi ini, harus ada tindakan dengan mengeluarkan kebijakan atau terobosan masif untuk mengatasi persoalan HSSE ini," kata Anggawira. Dengan begitu, diharapkan tak ada kejadian berulang.
VINDRY FLORENTIN | ANWAR SISWADI | ANTARA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo