Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang selama ini dikenal sebagai salah satu destinasi wisata terpopuler di Tanah Air, jumlah penduduk miskinnya ternyata masih ratusan ribu jiwa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Badan Pusat Statistik (BPS) DIY melansir, di provinsi yang berpenduduk hanya sekitar 3,8 juta jiwa itu per September 2024 lalu, jumlah penduduk miskinnya sebanyak sekitar 430 ribu jiwa atau sekitar 11 persen dari total penduduk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Jumlah penduduk miskin di DIY pada September 2024 sebanyak 430,47 ribu jiwa," ujar Kepala BPS DIY Herum Fajarwati, Rabu, 15 Januari 2025.
Meski demikian, ujar Herum, jumlah penduduk miskin di DIY pada September 2024 itu turun atau berkurang 15,1 ribu orang dibandingkan data pada Maret 2024. Apabila dibandingkan Maret 2023, jumlah penduduk miskin September 2024 berkurang 18,0 ribu orang.
Herum melanjutkan, jumlah penduduk miskin di DIY paling banyak terdapat di daerah perkotaan.
Mengacu hasil survei sosial ekonomi nasional atau Susenas pada September 2024, ujar Herum, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan Yogyakarta tercatat sebanyak 316,81 ribu orang.
Jumlah penduduk miskin di perkotaan ini lebih dari dua kali lipat jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan yang sebanyak 113,66 ribu orang.
Namun, ujar Herum, jika dihitung secara persentase, penduduk miskin di perdesaan Yogyakarta, angkanya lebih banyak dibandingkan di perkotaan.
Ia menjelaskan, pada September 2024, persentase penduduk miskin di perdesaan Yogyakarta sebanyak 11,31 persen. Angka ini menunjukkan secara rata-rata terdapat sekitar 11 hingga 12 penduduk miskin di antara 100 orang penduduk yang ada di perdesaan Yogyakarta. Sedangkan untuk perkotaan, jika dipersentase penduduk miskin jumlahnya sebesar 10,11 persen.
Herum merinci, garis kemiskinan di DIY pada September 2024 tercatat sebesar Rp 613.370,00 per kapita per bulan. Dengan komposisi untuk garis kemiskinan dari makanan yang dikonsumsi sebesar Rp 447.321,00 (72,93 persen) dan garis kemiskinan bukan makanan yang dikonsumsi sebesar Rp 166.049,00 (27,07 persen).
Garis kemiskinan sendiri merupakan suatu nilai pengeluaran minimum kebutuhan makanan dan bukan makanan yang harus dipenuhi agar penduduk tidak dikategorikan miskin. Sedangkan penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.
Pada September 2024, secara rata-rata, rumah tangga miskin di DIY memiliki 4,32 orang anggota rumah tangga. Apabila ditinjau secara rumah tangga, maka garis kemiskinan rumah tangga di DIY mencapai Rp 2.649.758,00 per rumah tangga per bulan.
Garis kemiskinan per rumah tangga merupakan gambaran besarnya nilai rata-rata rupiah minimum yang harus dikeluarkan oleh suatu rumah tangga untuk memenuhi kebutuhannya agar tidak dikategorikan miskin.
Herum membeberkan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan selama periode Maret 2024 - September 2024 di DIY antara lain pertumbuhan ekonomi DIY Yogyakarta pada triwulan III 2024 terhadap triwulan III 2023 sebesar 5,05 persen (y on y). Pada periode ini ekonomi di DIY disebut tumbuh positif dan merupakan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Pulau Jawa.
Lalu, faktor inflasi selama September 2023 - September 2024 sebesar 1,85 persen (y on y). Sementara itu inflasi selama Maret 2023 - Maret 2024 sebesar 2,95 persen (y on y).
Ada juga faktor Nilai Tukar Petani (NTP) pada September 2024 sebesar 104,76 persen dan menunjukkan adanya penurunan sebesar 2,59 persen dibandingkan NTP bulan Maret 2024 (107,35 persen).
Kemudian, neraca perdagangan pada September 2024 mengalami surplus US$ 29,3 juta. Sementara itu, nilai ekspor mencapai US$ 46,18 juta dan nilai Impor sebesar US$ 16,86 juta.
Adapun faktor tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Agustus 2024 sebesar 3,48 persen menunjukkan adanya penurunan sebesar 0,21 persen poin dibandingkan Agustus 2023 (3,69 persen) juga berpengaruh. Penurunan TPT terjadi di perkotaan sebesar 0,22 persen poin dan di perdesaan sebesar 0,29 persen poin.
Berbagai program bantuan sosial telah dikucurkan oleh pemerintah pusat selama periode Januari-September 2024 turut pula mempengaruhi, antara lain bantuan pangan beras, bantuan pangan non-tunai (BPNT), program keluarga harapan (PKH), dan program Indonesia pintar (PIP).
Pilihan Editor: Sederet Jabatan Retno Marsudi selepas jadi Menlu: Utusan Khusus PBB hingga Komisaris Perusahaan Tambang