Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Mataram - Kementerian Pariwisata menyediakan biaya pemulihan hingga lebih dari Rp 6 miliar setelah Bali dan Lombok terdampak erupsi Gunung Agung. Biaya tersebut digunakan untuk keperluan pemberitaan melalui CNN, Bloomberg, Sea Trip atau Trip Advisory, bahkan Google, untuk meluruskan kondisi kedua daerah destinasi tersebut.
Pembiayaan sebesar Rp 5 miliar berasal dari Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kementerian Pariwisata I Gde Pitana, kemudian dari Pengembangan Destinasi Rp 600 juta, dan dari Pengembangan Sumber Daya Manusia Rp 500 juta.
''Pembiayaan ini untuk meluruskan pemberitaan yang salah,'' kata Gde Pitana seusai rapat Strategi Antisipasi Dampak Erupsi Gunung Agung di Hotel Lombok Astoria Mataram, Minggu siang, 3 Desember 2017.
Para pelaku pariwisata di Lombok menghendaki pemerintah menyiapkan media online untuk memberikan informasi cepat perihal kondisi yang menenangkan para wisatawan untuk tetap datang berkunjung. ''Jangan sampai kena hoax,'' kata Marcel Navest, pemilik Hotel Puri Bunga, yang mewakili pelaku wisata di kawasan Senggigi.
Baca: Erupsi Gunung Agung, Wisata Arung Jeram di Karangasem Ditutup
Terjadinya erupsi bukan sesuatu yang aneh, mengingat letak geografis di jalur Cincin Api (Ring of Fire). Gde Pitana memiliki pengalaman menghadapi tragedi Bom Bali I dan II, Bom Marriot dan di Jalan Sudirman, Tsunami di Aceh, serta gempa di Yogyakarta, erupsi Merapi, Raung, Semeru, Rinjani.
''Pengalaman mendewasakan menghadapi krisis,'' ujarnya. Tindakan pemulihan ini juga untuk mengatasi perebutan wisatawan dengan negara jiran pesaing. Karena itu, agar tidak tampak seram, Bali menolak adanya Crisis Center tapi menyiapkan Bali Tourism Hospitality.
Kepala Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Barat Lalu Moh. Faozal mengatakan dampak erupsi Gunung Agung yang menimbulkan penutupan LIA, luar biasa. ''Penurunan hunian hotel hingga mencapai 40 persen. Satu hotel kehilangan 1.800 room night,'' ucapnya. Target 3,5 juta wisatawan ke Nusa Tenggara Barat terancam. Padahal libur akhir pekan lalu sangat diharapkan dapat mendukungnya.
Sekretaris Daerah Nusa Tenggara Barat Rosiady Sayuti mengharapkan adanya kebijakan baru libur hari Jumat untuk pemulihan. ''Apa ada yang bisa di-perpres-kan libur Jumat,'' katanya sewaktu memulai rapat tersebut. Selain itu, perlu diupayakan mencari moda transportasi pengganti pesawat udara ke Lombok.
Sejak 26 November lalu, akibat erupsi Gunung Agung, abunya tersebar hingga ke wilayah tenggara Lombok dan Ngurah Rai, Bali. Konsekuensinya, operasi bandara buka-tutup sehingga tidak ada penerbangan selama sepekan. ''Ini menjadi alasan negara pesaing pariwisata Indonesia meningkatkan promosinya,'' ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini