Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Fikiran Radius Untuk Tim-tim

Menteri Radius Prawiro akan menertibkan masuknya barang-barang mewah dari Singapura ke pelabuhan Dili. Kantor Bea Cukai harus lebih aktif. Penyalur diminta menekan harga kebutuhan rakyat.(eb)

29 Juli 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENPERDAGKOP Radius Prawiro merasa tak enak juga ketika berada di Dili, ibukota Timor Timur. Bukan karena pelayanan bagi para tamu penting dari Jakarta yang menyertai rombongan besar Presiden Soeharto itu kurang baik. Di Hotel Resende, tempat para pembesar dan diplomat asing menginap, pelayanan tak ubahnya bagaikan di sebuah hotel di Jakarta. Mau minuman impor dalam kaleng, itupun tersedia cukup banyak. Dan hari itu, 16 Juli, es krim impor dari Singapura juga disediakan di hotel peninggalan Portugis yang terbaik di Dili. Semuanya cuma-cuma. Maka yang membuat risau Menteri Radius adalah banyaknya barang-barang konsumsi yang masuk dari Singapura. Bir merek Tiger dan Lager buatan Singapura, minuman keras seperti Johny Walker dan anggur sampai biskwit impor, bisa diperoleh di beberapa toko minuman dan makanan di sana. Dan di kota yang kini berpenduduk sekitar 20 ribuan itu, sebuah toko Cina bahkan memajang kursi eksekutif di etalasenya. "Yah, barang-barang yang begitu selain tak perlu, juga tidak mendidik," kata Menteri Radius. "Saya khawatir penduduk yang umumnya berpenghasilan rendah akan terangsang untuk membelinya." Kepada anak buahnya di Dili, yang memimpin Perwadepdagkop, Menteri minta agar "menghambat masuknya barang-barang itu". Selain muncul di beberapa toko di Dili, kabarnya barang-barang yang masuk dari Singapura itu diperdagangkan lagi di dalam negeri, seperti ke Jawa. Belum aktifnya kantor Bea Cukai di pelabuhan Dili dengan sendirinya membuat aneka barang itu bebas pajak, hingga ada untung yang lumayan. Beras Jagung Tapi yang masuk dari Singapura itu memang terbatas pada barang-barang kelas mewah saja. Adapun barang yang dibutuhkan penduduk di Dili dan beberapa kota lainnya di Timor Timur sudah banyak yang datang dari Jawa melalui pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya. Pagi itu, beberapa jam sebelum rombongan Presiden kembali ke Jakarta, Menteri Radius bersama antara lain Menpan Sumarlin dan Gubernur Bank Indonesia Rachmat Saleh menggunakan kesempatan untuk inspeksi sebentar di pelabuhan Dili. Ada tiga kapal yang berlabuh ketika itu, antara lain KM Siduarsi (1.600 DWT) yang tengah menurunkan ribuan karung terigu punya PT Bogasari (TEMPO 22 Juli). Selain terigu, kapal-kapal yang datang dari Tanjung Perak itu biasa mengangkut beras dan jagung. Pemerintah sendiri, menurut Radius, tidak bermaksud untuk merubah menu makanan pokok orang Timor. Selain beras, yang antara lain dibutuhkan oleh para pendatang, jagung juga dimasukkan. Kalau pada Pelita III nanti proyek irigasi di sungai Maliana, kabupaten Bobonaro, sudah bisa mengairi daerah persawahan, selain padi, areal persawahan di sana juga akan ditanami dengan jagung dan palawija. Tekstil, kayu papan, minyak goreng sampai Indomilk juga dibawa kapal-kapal itu. Sebuah toko milik Pesero Kerta Niaga, yang bertugas menyalurkan barang-barang itu, diminta agar tak mengambil untung. Tapi, diakui oleh Radius, barang-barang itu sedikit lebih mahal dari harga di Kupang akibat biaya transpor yang lebih tinggi. Memang belum banyak kapal besar yang singgah di pelabuhan Dili yang bisa menampung kapal hingga 17.000 ton itu. Pelabuhan itu sendiri terawat baik dan memiliki sistim pergudangan yang begitu rapih, hingga menurut Menteri tak perlu ada yang diperbaiki lagi. Tapi perbaikan antara lain terlihat di pelabuhan udara Komoro, 7 km dari Dil yang bisa disinggahi pesawat jet F-28 Juga bagian jalan di Dili yang di zaman pen]aahan Portugis masih tanah, kini sudah banyak yang diaspal. Politik Portugis waktu itu lebih mementingkan tanaman kopi untuk mencari devisa dengan mengekspor hasilnya. Maka daerah pegunungan lebih mereka perhatikan. Di situ dikenal sebagai daerah kebun-kebun kopi. "Sampai kota-kota kabupaten dan kecamatan pun dibangun di pegunungan, di samping beberapa kota pantai," kata seorang pastor di Dili. Adalah kopi pula yang merupakan 95% ekspor hasil bumi Timor Timur. Akan Dinormalkan Sebanyak 40% dari produksi kopi itu dulunya dimonopoli oleh perusahaan kongsi pemerintah Portugal dengan beberapa bekas pejabat Portugis di Timor Timur. Selanjutnya 10% dipunyai oleh kelas menengah, keluarga peranakan Portugis. Tapi 50% produksi kopi berasal dari perkebunan rakyat. Tadinya ekspor kopi kwalitas Arabica mencapai sekitar 6.000 ton setahunnya. Dalam suasana ekonomi yang masih transisi seperti sekarang, ekspornya agak terhambat. Tapi Menteri Radius merasa gembira juga, karena sejak 2 tahun lalu sampai belakangan ini, sudah pula bisa diekspor sebanyak 5.000 ton kopi. Tersebutlah Lay King-fu, pedagang terkenal sejak di zaman Portugis dulu, yang kini tetap berperanan sebagai eksportir kopi yang paling top di sana. Dan kapal-kapal yang membawa kopi ke pelabuhan Singapura itu pulangnya mengisi muatannya dengan barang-barang mewah tadi. Tapi perlahan-lahan, kata Radius, keadaan ekonomi yang masih transisi itu ingin dikembalikan menjadi normal kembali. Apalagi Presiden sendiri sudah menyatakan propinsi yang ke-27 itu sebagai daerah terbuka, setelah merayakan ulang tahunnya yang kedua berintegrasi dengan RI. Dalam sidang Dewan Polkam pekan lalu, Presiden juga telah menginstruksikan agar mempercepat penempatan para pejabat di Timor Timur secara penuh, baik di bidang administrasi maupun teknis. Hubungan udara pun sebentar lagi sudah akan reguler. Dirjen Perhubungan Udara Kardono sudah menyatakan pesawat penerbangan Merpati sudah siap untuk membuka lin tetap dari Kupang ke Dili seminggu sekali. Dir-Ut Garuda Wiweko, yang menyertai rombongan Presiden dan Ny. Tien ke Timor Timur, juga sudah menyiapkan pesawat F-28 untuk secara tetap terbang dari Denpasar ke Dili tiga kali seminggu. Bisa dibayangkan akan banyak turis yang ingin melihat Dili, kalau kelak pihak Hankam memberikan tanda "aman" bagi mereka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus