Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Anung Sugihantono mengatakan, Kementerian Kesehatan dengan Kementerian Pertanian tengah mewaspadai wabah African Swine Fever (ASF) atau flu babi Afrika yang terjadi di Timor Leste. “Kami sudah bekerja sama, berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Peternakan, Direktorat Jenderal Kesehatan hewan untuk menangani persoalan-persoalan ini khususnya di Timor Leste,” kata dia di Bandung, Selasa, 15 Oktober 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Warga Indonesia yang berbatasan langsung dengan Timor Leste diminta mengetatkan pengawasan, mengantisipasi penyebaran penyakit flu babi Afrika itu. “Karena ada masyarakat yang berinteraksi langsung dengan babi. Itu yang kita jaga interaksinya,” kata Anung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kendati sudah mengambil sejumlah langkah antisipasi, Anung menerangkan, hingga saat ini belum ada bukti bahwa penyakit flu babi Afrika dapat menulari manusia. “Sampai sekarang tidak ada bukti bahwa African Swine Fever itu menular dari hewan ke manusia,” kata dia.
Menurut Anung, virus flu babi Afrika tersebut saat ini ditemukan hanya menjangkit hewan. “African Swine Fever atau ASF, sebenarnya ini bukan hanya sekarang. Penyakit ini sudah terjadi sejak beberapa tahun yang lalu. Saat ini outbreak untuk penyakit ini ada di Cina, Timor Leste, Singapura, dan Filipina. Tetapi masih atau hanya ditemukan pada hewan, khususnya babi yang ditemukan di sana,” kata dia.
Sebelumnya, Kepala Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur Dani Suhadi mengingatkan para peternak babi di Kabupaten Kupang yang berbatasan dengan negara Timor Leste untuk mewaspadai munculnya flu Babi Afrika ( Afrika Swine Fever) yang menyerang ternak Babi.
"Flu Babi Afrika menyerang segala usia babi sehingga perlu diwaspadai para peternak di Kabupaten Kupang yang menjadi kantong ternak babi terbesar di Pulau Timor," kata Dani Suhadi di Kupang, Rabu, 15 Oktober 2019.
Dani mengatakan, virus ASF sangat berbahaya bagi peternak karena dapat memicu kematian babi hingga 100 persen. "Kontaminasi terjadi melalui kontak langsung dengan jaringan dan cairan tubuh babi yang terinfeksi termasuk pembuangan dari hidung, mulut, urine dan feses atau semen yang terinfeksi," kata dia.
Menurut Dani, virus flu babi Afrika yang menyerang ternak babi ini menyebar melalui transportasi dan konsumsi produk makanan yang terkontaminasi. Saat ini juga belum ada ada vaksinasi yang terbukti dapat mencegah atau menyembuhkan infeksi tersebut.