Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Harga ayam broiler mulai terkerek sejak pekan pertama Agustus ini setelah pemerintah intervensi. Kendati demikian, kalangan peternak masih khawatir harga akan anjlok lagi pada September mendatang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya, Kementerian Pertanian pemerintah mengeluarkan kebijakan pengurangan jumlah anak ayam ras pedaging atau day old chick (DOC) untuk kelas final stock (FS). Hal ini disampaikan melalui surat bernomor 6996/SE/ PK.010/F/06/2019. Dengan aturan tersebut, pengurangan dilakukan dengan menarik 30 persen telur tetas berumur 19 hari dari mesin tetas (hatcher), dan terbukti bisa mengerek harga ayam di tingkat peternak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Peternak mandiri di Jawa Tengah adalah yang paling terdampak ketika harga ayam broiler siap potong (livebird) anjlok hingga menyentuh harga rata-rata Rp11.500/kg usai Lebaran. Angka ini jauh dari biaya pokok produksi di angka Rp18.000/kg.
Berkurangnya jumlah populasi menyebabkan pasokan dan permintaan livebird. “Iya, ini pengaruh kebijakan pengurangan DOC FS dan itu cukup lumayan. Harga ayam kemarin di kisaran Rp18.500/kg—Rp19.000/kg untuk Jawa Tengah,” paparnya seperti dikutip Bisnis, Senin, 12 Agustus 2019.
Namun, Pardjuni khawatir kondisi ini tak bertahan lama. Hal ini tercermin dari harga ayam broiler yang perlahan turun jelang momen Idul Adha. Beralihnya konsumsi masyarakat dari daging ayam ke daging sapi atau kambing selama periode ini membuat serapan livebird turun 30 persen — 40 persen.
Dampak pengurangan DOC FS itu sendiri, kata Pardjuni, hanya akan dirasakan selama dua pekan, sekitar 32 hari setelah penarikan 30 persen telur dari penetasan dilakukan. Berdasarkan perhitungannya, harga stabil setidaknya masih bisa dirasakan sampai pertengahan Agustus dan beberapa hari usai perayaan Hari Kemerdekaan 17 Agustus.
“Harga ayam masih aman setidaknya sampai momen 17 Agustus, tapi saya perkirakan cuma sebentar karena sampai akhir Agustus itu akan memasuki bulan Sura (Muharram). Daya beli masyarakat pada bulan ini mulai turun lagi. Bisa sampai 20 persen,” tutur Pardjuni.
BISNIS