Para perokok bersiaplah merogoh kantong lebih dalam lagi. Sejumlah pabrik rokok, terutama pabrik rokok kecil, sudah berancang-ancang menaikkan harga rokok gara-gara kenaikan harga cengkeh yang sangat tinggi sepanjang tahun lalu dan masih berlanjut sampai tahun ini. Sejak awal tahun lalu, harga cengkeh terus merangkak dari Rp 25 ribu per kilogram menjadi Rp 60 ribu-Rp 65 ribu. "Setiap harga cengkeh naik Rp 10 ribu, cost untuk sigaret kretek mesin naik Rp 5 rupiah per batang, sedangkan untuk sigaret kretek tangan naik Rp 10 per batang," kata Eka Dharmayanto Kasih, Direktur Keuangan PT H.M. Sampoerna, Selasa pekan lalu.
Karena itu, kata Eka, Sampoerna pun akan menaikkan harga rokok cukup tinggi pada tahun ini. Cuma, Eka tak mau menyebut seberapa besar kenaikannya. Tapi, melihat kenaikan harga cengkeh yang mencapai Rp 30 ribu-35 ribu, harga per bungkus rokok kretek mesin dengan isi 16 batang, seperti Sampoerna A Mild, akan naik minimal Rp 500 dari harga Rp 4.500. Sementara itu, rokok kretek tangan seperti Djie Sam Soe sedikitnya akan naik sekitar Rp 400 dari Rp 4.300. "Namun, kami tak akan menaikkan serampangan karena kami harus melihat daya serap pasar," kata Eka, yang juga enggan mengungkapkan kapan Sampoerna menaikkan harga rokoknya.
Kenaikan harga cengkeh ini terjadi akibat makin langkanya pasokan cengkeh dari dalam negeri. Sementara pada 1999 produksi cengkeh nasional mencapai 100 ribu ton, tahun lalu turun menjadi 80 ribu ton, dan tahun ini cuma 50 ribu ton. Padahal, kebutuhan cengkeh rata-rata per tahun mencapai 100 ribu ton. Hal ini terjadi lantaran luas areal tanaman cengkeh juga terus berkurang setelah perdagangan cengkeh di Indonesia dirusak oleh Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh (BPPC). Areal cengkeh di sejumlah daerah pemasok seperti Lampung, Sulawesi Utara dan Tenggara, dan Maluku kini rata-rata tinggal 20-30 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini