Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Seiring perkembangan waktu, susu menjadi komoditas penting yang seakan tidak terpisahkan dalam pemenuhan gizi. Namun, tidak hanya dari segi gizi, susu juga memiliki peran dalam meningkatkan ekonomi dan taraf hidup banyak orang, khususnya peternak lokal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sayangnya, pemenuhan kebutuhan susu sapi segar, khususnya di Indonesia, masih memiliki beberapa hambatan. Hal ini yang juga disampaikan Kepala Divisi Teknologi Hasil Ternak Institut Pertanian Bogor Epi Taufik kepada wartawan dalam acara FFI MilkVersation di Jakarta, Kamis, 3 Mei 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurutnya, para peternak lokal merupakan tulang punggung dalam pemenuhan kebutuhan susu sapi segar dalam negeri. “Kebutuhan akan susu saat ini tidak diimbangi dengan kualitas dan kuantitas susu sapi lokal yang mumpuni,” ucapnya.
Epi menyebutkan ada beberapa hal yang menjadi hambatan bagi peternak lokal untuk menghasilkan susu berkualitas. Pertama adalah lahan peternakan yang makin terbatas. Kedua, menurut Epi, hasil keuntungan yang didapat para peternak saat ini belum cukup menyejahterakan hidup mereka.
“Harga jual yang mereka terima belum menutupi biaya produksi secara menyeluruh,” tuturnya. Belum menutupi di sini, Epi menggarisbawahi, terkait dengan keseluruhan biaya produksi selama prosesnya. “Kalau berbicara tentang keuntungan dari susunya saja, peternak sudah dapat (untung), tapi mereka belum memasukkan biaya listrik atau biaya produksi lain-lainnya,” katanya.
Karena itu, Epi berharap para peternak lokal ke depan dapat menerima hasil lebih untuk mencukupi semua kebutuhan proses produksi susu. Sebab, menurutnya, hal itu juga pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas susu.
Hambatan ketiga, Epi melanjutkan, adalah rentetan masalah pertama yang dihadapi peternak lokal. Jika peternak lokal tidak bisa mengelola sapi sebagai sumber susu segar, tingkat peternak lokal serta sapi lama-kelamaan akan menurun. “Hal ini sangat disayangkan mengingat kecenderungan konsumsi produk hasil ternak, termasuk susu, saat ini sudah meningkat di masyarakat,” ujarnya.
Terakhir, Epi berharap adanya tingkat permintaan konsumsi susu yang tinggi dapat menjadi celah untuk juga meningkatkan kualitas produksi susu sapi dalam negeri. “Hambatan-hambatan yang ada, selain memang jadi tantangan yang harus diatasi, haruslah dilihat sebagai peluang ekonomi dan investasi kesehatan bagi masyarakat Indonesia,” ucapnya.