Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mengumumkan hasil penelitian mengenai perbandingan indikator penciptaan kerja dalam tiga tahun pertama masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dibandingkan dengan era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Menurut perhitungan yang kami lakukan, Rasio Penciptaan Kerja (RPK) di era Jokowi-JK lebih rendah dibanding era SBY-Boediono," ujar ekonom senior Indef Dradjad H. Wibowo di Kantor Indef, Jakarta Selatan, Selasa, 20 Februari 2018.
Menurut Drajat, pada masa pemerintah SBY-Boediono, 1 persen pertumbuhan ekonomi mampu meningkatkan penduduk yang bekerja sebesar 467 ribu orang. Sementara, pada pemerintahan Jokowi-JK hanya 426 ribu orang.
Selain itu, penurunan juga terjadi di sektor pertambangan dan penggalian hampir 50 ribu tenaga kerja. Pada era SBY, ada 153 ribu lebih pekerja di sektor itu.
Namun, di sektor konstruksi, era pemerintahan Jokowi-JK memberikan tambahan hampir 135 ribu tenaga kerja di tengah masifnya pembangunan infrastruktur.
"Di sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi berhasil membalikkan angka negatif di era SBY-Boediono menjadi hampir 170 ribu tambahan di era Jokowi-JK," kata Dradjad.
Meski secara keseluruhan RPK era SBY lebih tinggi, namun di masa pemerintahan Jokowi-JK, Rasio Penciptaan Kerja (RPK) rcatat tepaling tinggi dalam 10 tahun terakhir.
"Di 2017, penciptaan lapangan kerja meningkat tinggi sekali menjadi 641.183. Itu di luar kebiasaan dan mengundang pertanyaan," kata Dradjad. Angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan RPK tertinggi di masa SBY-Boediono yang mencatat 589.104.
Pada 2016, pemerintahan Jokowi mencatat penciptaan lapangan kerja sebesar 338.312.