Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Industri Penerbangan di Asia Paling Terpuruk, Mengapa?

Dirut AP I Faik Fahmi mengatakan tingkat pemulihan industri penerbangan Asia paling rendah ketimbang wilayah regional lainnya secara global.

9 Maret 2022 | 18.27 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Penumpang pesawat maskapai penerbangan Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA881 asal Jepang tiba di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Kamis (3/2/2022). ANTARA/Naufal Fikri Yusuf

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero) Tbk Faik Fahmi mengatakan tingkat pemulihan industri penerbangan Asia paling rendah ketimbang wilayah regional lainnya secara global. Menyitir data Asosiasi Pengangkutan Udara Internasional (IATA), trafik maskapai baru mencapai 40 persen bila dibandingkan masa normal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Sedangkan Amerika Utara memimpin pemulihan dengan trafik lebih dari 80 persen,” ujar Faik dalam acara webinar aviasi bersama Institut Teknologi Bandung (ITB) secara virtual, Rabu, 9 Maret 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Faik berujar pemulihan industri maskapai di Asia lambat lantaran kecenderungan perilaku masyarakat dan pemerintahnya yang lebih disiplin terhadap protokol kesehatan. Regulasi-regulasi yang dikeluarkan otoritas negara tersebut berpengaruh terhadap pergerakan trafik angkutan udara.

Sedangkan di regional lainnya, seperti Amerika Utara, otoritas setempat sudah sangat terbuka terhadap perjalanan udara. Dengan demikian, pergerakan ekonomi di negara-negara itu lebih maju ketimbang wilayah Asia yang lebih hati-hati terhadap Covid-19.

Berdasarkan prediksi pelbagai lembaga internasional, Faik mengatakan industri penerbangan masih akan menghadapi ketidakpastian tahun ini. Pergerakan penumpang masih sangat terpengaruh oleh penyebaran virus corona yang tidak dapat diprediksi.

Kondisi tersebut membuat industri aviasi di Indonesia perlu menyusun perencanaan strategis dan opsi-opsi untuk beradaptasi dengan volume penumpang yang rendah. “Dua tahun ini, volume penumpang di PT Angkasa Pura I sudah sangat drop dari 96 juta pergerakan menjadi 28 juta per tahun. Mau tidak mau harus beradaptasi,” ucap Faik.

Adaptasi itu meliputi transformasi bisnis yang lebih efektif. Perusahaan kini mulai menekan biaya-biaya yang tidak perlu. Perusahaan pengelola bandara juga menerapkan teknologi digital untuk memangkas ongkos operasional.

Di sisi lain, Faik mengatakan industri penerbangan didorong untuk lebih mengoptimalkan pasar domestik. “Pasar domestik ini backbone kita. Kita bisa mencontoh Cina yang fokus ke domestik. Sekarang pergerakan domestik mereka sudah hampir sama dengan sebelum pandemi,” ucap Faik.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Francisca Christy Rosana

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, Francisca mulai bergabung di Tempo pada 2015. Kini ia meliput untuk kanal ekonomi dan bisnis di Tempo.co.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus