Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Luhut Pandjaitan bertemu dengan Elon Musk, membahas kelanjutan rencana investasi Tesla.
Arab Saudi, Malaysia, Thailand, dan Turki mendekati Musk agar mau membangun Gigafactory.
Tesla mengalami surplus produksi sehingga tak membangun pabrik dalam waktu dekat.
HARGA saham Tesla Inc kian lesu. Pada penutupan perdagangan di bursa Nasdaq, Amerika Serikat, Jumat, 22 September lalu, nilai saham produsen kendaraan listrik ini merosot 4,23 persen ke posisi US$ 244,88. Sejumlah saham lain bernasib sama setelah muncul perkiraan bank sentral Amerika, The Federal Reserve, mempertahankan suku bunga acuan 5,25-5,5 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Investor khawatir The Fed akan membuat kebijakan moneter yang lebih ketat. Apalagi Ketua The Fed Jerome Powell mengingatkan bahwa capaian target inflasi masih jauh. Di pasar obligasi, imbal hasil melonjak ke level tertinggi dalam lebih dari satu dekade. Kondisi ini yang membuat Elon Musk, bos Tesla, memandang ekonomi tengah tidak stabil.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bagi Indonesia, pandangan Musk tersebut berpengaruh besar, terutama pada kelanjutan rencana investasi Tesla. Setidaknya ini isyarat yang diterima Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan saat ia bertemu dengan Musk di San Francisco, Amerika Serikat, awal Agustus lalu. “Dia melihat ekonomi global enggak baik,” kata Luhut dalam akun Instagram-nya, @luhut.pandjaitan, Senin, 14 Agustus lalu.
Luhut mengungkapkan, perbincangannya dengan Elon Musk berlangsung sekitar dua setengah jam. Salah satu topiknya adalah rencana Musk membangun jaringan Internet murah di wilayah timur Indonesia lewat satelit Starlink. “Manfaat yang ditimbulkan jika Starlink beroperasi di Indonesia amat besar,” ujar Luhut.
Tapi Starlink bukan satu-satunya incaran pemerintah. Sejak awal pemerintah menginginkan Tesla membangun Gigafactory, pabrik kendaraan listrik dan baterai, di Indonesia. Untuk itu, pemerintah menawarkan pasokan nikel sebagai bahan baku baterai. Indonesia pun bekerja sama dengan Australia untuk mendapatkan litium, yang juga salah satu bahan baku baterai.
Keberadaan Tesla penting untuk mewujudkan ambisi Indonesia menjadi pusat industri kendaraan listrik. Selain membangun pabrik kendaraan, pemerintah merancang ekosistem yang mencakup tambang mineral, smelter, hingga pabrik baterai. Bahkan Indonesia melarang ekspor nikel mentah demi mendukung pengembangan industri baterai.
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan (kanan) bersama Elon Musk (kedua kiri) di Gigafactory Tesla, Austin, Amerika Serikat, April 2022. Instagram @luhut.pandjaitan
Namun tak gampang menarik investasi Tesla. Menurut Luhut, Tesla tengah mengalami kelebihan pasokan. Perusahaan ini memproduksi 3 juta kendaraan listrik, tapi yang terserap pasar cuma 1,8 juta unit. Elon Musk, Luhut menuturkan, tak ingin Tesla bernasib seperti General Motors, produsen mobil Amerika Serikat yang kolaps karena suplai berlebih. Karena itu, Tesla memutuskan menyetop produksi sementara sampai situasi pasar berubah.
Bukan hanya Indonesia, Meksiko mengalami hal serupa. Rencana pembangunan pabrik perakitan mobil listrik di Negeri Sombrero ditunda. Padahal laporan yang dirilis Teslarati.com pada Jumat, 22 September lalu, menyebutkan Tesla telah mengantongi izin lingkungan untuk proyek Gigafactory Meksiko. Kementerian Lingkungan Hidup Meksiko telah menyetujui tahap konstruksi awal.
Rencana investasi Tesla itu awalnya diungkapkan oleh Presiden Meksiko Andrés Manuel López Obrador pada akhir Februari lalu. Ia mengumumkan Tesla telah berkomitmen membangun pabrik besar di pusat industri Monterrey, Meksiko utara. Jika rencana ini gol, Meksiko akan menjadi lokasi pabrik ketiga Tesla di luar Amerika Serikat, setelah Shanghai di Cina dan di dekat Berlin, Jerman.
Obrador sebelumnya menolak pembangunan pabrik di Monterrey, ibu kota Negara Bagian Nuevo Leon. Daerah ini gersang sehingga pembangunan pabrik akan menghabiskan banyak air di wilayah itu. Namun Tesla menawarkan solusi, antara lain pemakaian air daur ulang.
•••
INDONESIA berlomba dengan sejumlah negara lain yang merayu Tesla. Sepanjang pekan lalu, petinggi negara Turki, Arab Saudi, hingga Thailand bergantian melobi Tesla. Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan bertemu dengan Elon Musk di New York, Amerika Serikat, pada Senin, 18 September lalu. Saat itu Erdoğan berada di Amerika untuk menghadiri Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Selain meminta Tesla mendirikan pabrik mobil di Turki, Erdoğan menawarkan peluang kolaborasi program antariksa dengan SpaceX, perusahaan lain milik Musk. Dia mengundang Musk ke Teknofest, festival kedirgantaraan dan teknologi terbesar di Turki yang berlangsung pada akhir September-akhir Oktober 2023. Peluang kerja sama lain ada di bidang teknologi kecerdasan buatan dan layanan Internet satelit SpaceX, Starlink.
Arab Saudi juga disebut-sebut sedang membujuk Tesla agar mendirikan pabrik di kerajaan tersebut. Laporan Wall Street Journal, seperti dikutip Reuters pada Selasa, 19 September lalu, menyebutkan pemerintah Kerajaan Arab Saudi mengiming-imingi Tesla hak membeli logam dan mineral dalam jumlah tertentu untuk produksi kendaraan listrik. Produk tambang bisa didatangkan dari berbagai negara, termasuk Republik Demokratik Kongo.
Arab Saudi tengah mempertimbangkan pemberian pembiayaan kepada pedagang komoditas Trafigura untuk proyek kobalt dan tembaga Kongo yang sedang terpuruk. Proyek ini diharapkan dapat membantu menyediakan pasokan mineral bahan baku baterai kendaraan listrik.
Yang terbaru adalah pertemuan Elon Musk dengan Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin di New York pada Kamis, 21 September lalu. “Kami berdiskusi baik tentang teknologi @Tesla, @spaceX, dan @starlink,” kata Srettha Thavisin di akun media sosialnya, @Thavisin.
Dia terkesan melihat kemajuan yang dicapai Tesla bagi kemanusiaan seraya mengaku memiliki pandangan yang sama mengenai masa depan dunia yang lebih bersih. “Kami menantikan diskusi lebih lanjut. Nantikan kesuksesan yang lebih inspiratif dari terobosan #EV dan #SpaceExploration—bukan hanya bagi masyarakat Thailand, tapi juga komunitas global.”
Di Thailand, mobil listrik Tesla telah hadir sejak tahun lalu. Di Negeri Gajah Putih, Tesla meluncurkan sedan Model 3 dan Model Y yang diimpor dari Gigafactory Shanghai. Thailand menggunakan sport utility vehicle Tesla Model 3 sebagai kendaraan untuk polisi.
Adapun pemerintah Malaysia berupa menarik Tesla dengan berbagai insentif dan gula-gula, seperti pembebasan tarif impor. Di sisi lain, Elon Musk meminta jaminan bahwa Tesla tidak perlu berbagi keuntungan dengan mitra lokal. Sebagai kompensasi, Tesla berkomitmen membangun jaringan pusat layanan dan titik pengisian daya.
Toh, di tengah riuh rendah rencana itu, Indonesia tak iri. Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan mengatakan kerja sama Tesla dengan beberapa negara Asia tak ditujukan untuk membangun pabrik, melainkan membuka agen penjualan mobil. Indonesia, dia melanjutkan, juga bisa menjadi agen penjualan mobil saja. “Tapi bukan itu tujuan kita,” ujarnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Surut Rencana Merayu Tesla"