Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Starlink sudah mendirikan perusahaan untuk menjual Internet langsung di Indonesia.
Teknologi Starlink membuat khawatir operator telekomunikasi.
Ada risiko keamanan siber jika Starlink beroperasi di Indonesia secara langsung.
SELAMA dua jam Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Wayan Toni Supriyanto berdialog dengan Rebecca Slick Hunter, utusan konglomerat Amerika Serikat, Elon Musk. Kepada Hunter, yang menjabat Senior Manager Government Affairs SpaceX, Wayan memaparkan syarat bagi perusahaan itu jika hendak mengoperasikan satelit Starlink di Indonesia. SpaceX adalah perusahaan milik Musk yang bergerak di bidang telekomunikasi hingga jasa antariksa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam pertemuan di kantornya pada Senin, 18 September lalu, Wayan didampingi Direktur Telekomunikasi Kementerian Komunikasi dan Informatika Aju Widya Sari. Keduanya bergantian menjelaskan semua prosedur dan persyaratan bagi SpaceX bila hendak memasarkan layanan Starlink langsung kepada konsumen di Indonesia, dari kewajiban membuat perusahaan berbadan hukum Indonesia hingga memiliki izin penyelenggara jasa akses Internet atau Internet service provider (ISP), izin penyelenggaraan jasa interkoneksi Internet atau network access point, dan izin penyelenggaraan jaringan tetap tertutup menggunakan satelit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di luar itu, SpaceX masih punya pilihan lain, yaitu berkongsi dengan perusahaan Indonesia yang sudah mengantongi izin-izin tersebut. Tapi Hunter, kata Wayan, mengajukan permintaan lain. Menurut dia, Hunter saat itu mengatakan Elon Musk menghendaki Starlink beroperasi langsung dari Amerika Serikat tanpa perlu mengurus izin apa pun di Indonesia, persis seperti model bisnis perusahaan teknologi lain seperti Google, Facebook, dan YouTube. "Dia selalu bawa-bawa nama Elon Musk," tutur Wayan di kompleks gedung Dewan Perwakilan Rakyat pada Selasa, 19 September lalu.
Elon Musk dari Starlink berbicara di layar saat Mobile World Congress di Barcelona, Spanyol, 29 June 2021. Reuters/Nacho Doce
Pertemuan itu belum menghasilkan keputusan apa pun. Yang jelas, niat Musk menjual layanan Starlink langsung kepada konsumen di Indonesia membikin sejumlah pihak ketar-ketir. Sebab, teknologi Starlink bisa mengubah bisnis telekomunikasi di Indonesia, termasuk mengancam semua operator yang sudah berinvestasi besar selama lebih dari satu dekade. Dengan jumlah satelit yang pokah dan teknologi yang jauh melampaui pesaingnya, Starlink bak gajah yang bisa menginjak-injak semut.
Pada Juli lalu, SpaceX meluncurkan 4.519 satelit Starlink. Bulan ini, jumlah satelit yang melayang sejauh 550 kilometer dari bumi itu sudah mencapai 4.660 unit. SpaceX menargetkan 12 ribu Starlink mengorbit hingga akhir 2023. Teknologi orbit rendah atau low earth orbit memungkinkan Starlink menyediakan jaringan komunikasi berlatensi rendah atau minim gangguan. Starlink pun bisa menyediakan koneksi Internet berkecepatan 200-300 megabit per detik (Mbps), dua kali lipat kecepatan para pesaingnya.
Peluncuran satelit Starlink menuju orbit di Florida, AMerika Serikat, 9 September 2023. Dok.SpaceX
Ada beberapa teknologi Starlink yang unggul ketimbang jaringan kabel serat optik serta satelit geostasioner yang selama ini digunakan operator telekomunikasi di Indonesia dan banyak negara lain. Sebagai contoh, Starlink V2 yang menggendong stasiun pemancar atau base transceiver station berkekuatan super yang bisa memancarkan sinyal ke antena mini serta telepon seluler secara langsung. Satelit ini ibarat menara pemancar yang melayang-layang di angkasa sehingga bakal meniadakan "zona mati" jaringan seluler di seluruh dunia.
Di Indonesia, Starlink sebenarnya sudah menancapkan kuku sejak 2022. Perusahaan itu menjadi penyedia infrastruktur atau backhaul untuk PT Telekomunikasi Satelit Indonesia atau Telkomsat, anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. Telkomsat menjadi semacam agen Internet satelit Starlink, yang menjual layanan itu kepada pasar korporat, termasuk perusahaan ISP. Kini Elon Musk menginginkan Starlink beroperasi langsung tanpa perantara seperti Telkomsat.
Satelit Falcon 9 milik Starlink yang belum diluncurkan di SpaceX, Florida, Amerika Serikat. Dok.SpaceX
Bukan cuma operator telekomunikasi yang khawatir. Menurut pengajar Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, Muhammad Syauqillah, ada risiko keamanan jika Starlink boleh beroperasi tanpa perantara seperti Telkomsat. Pekan lalu, Sekolah Kajian dan sejumlah lembaga lain merilis kertas kerja berjudul "Kedaulatan Siber Indonesia" yang isinya antara lain menyebutkan operasi Starlink di beberapa negara memicu masalah keamanan. “Operasi jaringan Internet di Indonesia harus mempertimbangkan aspek pertahanan dan keamanan,” ucap Syauqillah saat memaparkan kajian tersebut di kantor Tempo pada Kamis, 14 September lalu.
Syauqillah menjelaskan sejumlah persoalan yang ditimbulkan Starlink. Salah satu penyebabnya adalah satelit itu punya hubungan kuat dengan militer dan badan intelijen Amerika Serikat. Menurut dia, Starlink berpotensi menjadi mata-mata pemerintah Amerika yang dilindungi Undang-Undang Pengawasan Intelijen Asing atau Foreign Intelligence Surveillance Act. Regulasi itu mengizinkan otoritas Amerika memerintahkan operator telekomunikasi seperti Starlink memberikan informasi intelijen di negara asing.
•••
RENCANA Starlink beroperasi langsung di Indonesia mengemuka sejak awal Agustus lalu. Pada Jumat, 4 Agustus lalu, Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan serta Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin bertemu dengan Elon Musk di Amerika Serikat. Dalam pertemuan itu, Budi menawari Starlink menyediakan jaringan Internet cepat bagi ribuan klinik dan pusat kesehatan masyarakat di daerah terpencil.
Pertemuan antara Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Elon Musk untuk menjajaki kemungkinan kerja sama antara pemerintah Indonesia dan Starlink, di Amerika Serikat, 4 Agustus 2023. Dok. Kemenkes
Kepada Tempo, Kamis, 14 September lalu, Budi mengatakan 2.200 dari 10 ribu puskesmas di Tanah Air belum memiliki akses Internet. Demikian pula 11.100 puskesmas pembantu. Karena itu, Kementerian Kesehatan berharap Starlink dapat menyediakan jaringan Internet bagi fasilitas kesehatan tersebut, termasuk untuk memberikan layanan konsultasi kesehatan secara online dan pelatihan jarak jauh buat tenaga kesehatan.
Menurut Budi, Starlink memberikan penawaran yang sangat menarik karena memiliki kecepatan 200 Mbps untuk mengunduh dan 20 Mbps buat mengunggah konten di Internet. "Biayanya US$ 20-50 per bulan untuk semua titik di 17 ribu pulau," kata Budi. Dengan asumsi kurs Rp 15.353,4 per dolar Amerika Serikat, tarif Starlink mencapai Rp 307.067-767.777 per bulan. Harganya hampir sama dengan yang ditawarkan operator telekomunikasi di Indonesia, tapi koneksi Internet Starlink bisa mengebut dua kali lipat. Sebagai gambaran, biaya langganan Internet kabel di kota besar mencapai US$ 20 dengan kecepatan maksimal pengunduhan 50 Mbps.
Tapi tarif yang dipaparkan kepada Budi agaknya "harga lobi" atau harga khusus untuk pemerintah. Sebab, harga komersial Starlink bisa mencapai ratusan dolar Amerika per bulan. Per September 2023, harga langganan paket Internet Starlink termurah di Negeri Abang Sam mencapai US$ 120 atau sekitar Rp 1,8 juta per bulan dengan kecepatan pengunduhan 20-100 Mbps. Harga itu belum termasuk biaya pembelian perangkat antena parabola mini US$ 599 atau sekitar Rp 9,2 juta. Tarifnya lebih mahal dibanding layanan Internet berbasis satelit lain seperti Hughes, Viasat, dan T-Mobile yang berada di rentang US$ 50-300 per bulan tanpa keharusan membeli perangkat.
Di Indonesia, Starlink berbisnis melalui Telkomsat. Operator jaringan Internet yang berkontrak dengan Telkomsat antara lain Palapa Sky dari Makassar. Palapa Sky menjual Internet Starlink Rp 8,4-44 juta per bulan dengan masa kontrak minimal 12 bulan. Situs web Palapa Sky menyebutkan layanan Internet itu tersedia untuk koneksi rumahan, sekolah, kantor desa, perusahaan, hingga rumah sakit di daerah yang belum tersentuh jaringan serat optik.
Perusahaan ISP besar yang menjadi pengecer Starlink antara lain Smartfren, perusahaan di bawah Grup Sinar Mas. Sama dengan Palapa Sky, Smartfren mendapat jaringan dari Telkomsat selaku pemegang hak labuh Starlink di Indonesia. Tapi, berbeda dengan Palapa Sky, Smartfren menjual Internet satelit Starlink buat perusahaan, terutama anak-anak usaha Sinar Mas di sektor perkebunan, pertambangan, hingga logistik. "Namun ada wacana memperluas market ke luar grup, terutama ke perusahaan sumber daya alam dan pelayaran," ujar Direktur Bisnis Enterprise Smartfren Alim Gunadi kepada Tempo, Jumat, 22 September lalu.
Menurut Alim, kebutuhan Internet bagi industri di daerah pelosok terus berkembang. Satelit yang memancarkan sinyal dari langit menjadi jawaban ketika jaringan seluler ataupun kabel serat optik belum mencapai kawasan tersebut. Alim percaya bahwa penyedia layanan Internet berbasis satelit seperti Starlink menjadi pelengkap industri telekomunikasi, bukan pengganggu. Sebab, dia menjelaskan, harga Internet Starlink tidak akan bisa bersaing dengan Internet kabel atau mobile broadband dan seluler yang jauh lebih murah.
Toh, tantangan itu tak menghalangi niat Starlink menjual Internet langsung kepada konsumen, tanpa perantara seperti Telkomsat dalam skema business-to-business (B2B). Seorang pejabat Telkom Indonesia mengatakan Telkomsat sudah bolak-balik menawarkan kerja sama dengan Starlink untuk masuk ke pasar konsumen akhir atau business-to-consumer (B2C). Tapi tawaran itu selalu kandas karena Elon Musk hanya mau bermain sendiri. "Starlink dari awal memang ingin masuk ke pasar B2B dan B2C di Indonesia. Kebijakan di B2B, mereka menggandeng mitra lokal, sementara di B2C akan langsung," ucap pejabat tersebut.
Saat dimintai tanggapan tentang hal ini, manajemen Telkomsat mengaku masih berfokus pada skema B2B dengan Starlink menjadi backhaul mereka saat ini. "Namun Telkomsat terus berinovasi dan tidak menutup diri untuk mengembangkan layanan melalui berbagai skenario kerja sama bisnis," demikian pernyataan mereka kepada Tempo pada Kamis, 21 September lalu. Sedangkan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Wayan Toni Supriyanto membenarkan informasi tentang kebijakan bisnis Starlink. "Banyak yang mau bekerja sama dengan Starlink. Tapi enggak tahu, itu kebijakan Elon Musk," tuturnya.
Rencana Musk menjual layanan Starlink kepada konsumen di Indonesia bukan sekadar wacana. Hal ini tampak dari pendirian PT Starlink Services Indonesia, yang akan menjadi operator Starlink di Indonesia. Perusahaan ini disahkan pada 8 September 2022 dengan alamat di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Pemegang saham perusahaan ini adalah Starlink Holdings Netherlands BV dan SpaceX Netherlands BV.
Starlink Services Indonesia, seperti tertera dalam akta perusahaan, bergerak di tiga Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia. Bidang bisnisnya adalah telekomunikasi satelit, ISP, dan portal web atau platform digital dengan tujuan komersial. Seorang warga Indonesia bernama Leonard Mamahit duduk sebagai direktur tunggal perusahaan tersebut. Adapun komisarisnya adalah warga negara Amerika Serikat bernama Lauren Ashley Dreyer. Dreyer adalah Senior Director of Starlink Business Operations SpaceX.
Menurut Wayan Toni, dengan mendirikan perusahaan di Indonesia, Starlink sebetulnya sudah bisa mendaftarkan diri untuk mendapatkan nomor induk berusaha. Namun, dia menambahkan, Starlink masih berpegang pada keinginan awal, yaitu langsung beroperasi dari Amerika Serikat tanpa perlu memperoleh izin network access point, ISP, hingga jaringan tetap tertutup VSAT.
Wayan memastikan tidak akan mengabulkan keinginan Starlink tersebut. Starlink harus punya entitas sendiri di Indonesia, mengurus izin sesuai dengan regulasi, atau bekerja sama dengan perusahaan lokal yang punya izin tersebut. "Sebab, kalau sudah menjadi entitas Indonesia, trafik data dikuasai oleh Indonesia dan harus tunduk pada aturan Indonesia. Jadi izin ini melindungi pelanggan korporat dan masyarakat," kata Wayan.
Dengan cara ini, pemerintah berupaya memastikan semua pemain industri telekomunikasi bermain di level yang sama. Wayan pun yakin Starlink akan mematuhi semua regulasi pemerintah setelah menerima pesan pendek dari Rebecca Hunter, Senior Manager Government Affairs SpaceX, sesudah ia temui pada Senin, 18 September lalu. "I definitely understand the regulation and position you are in. Will continue to do our best to work through the process and discuss our request with the minister," demikian pesan Hunter kepada Wayan. Tempo berupaya menghubungi Hunter, termasuk melalui akun media sosialnya, tapi dia tak menjawab.
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan (kiri) bersama Elon Musk di Amerika Serikat, 4 Agustus 2023. Instagram @luhut.pandjaitan
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan juga yakin Elon Musk serius membawa Starlink ke Indonesia. Sepekan setelah bertemu dengan Musk di Amerika Serikat, Luhut menyatakan sudah mengundang miliarder itu datang ke Indonesia pada akhir bulan ini atau bulan depan.
Elon Musk diharapkan bisa menandatangani dua komitmen investasi sekaligus, yaitu Starlink dan produksi komponen baterai mobil listrik. "Starlink masuk di Indonesia bagian timur. Hampir semua desa nanti akan terhubung dengan Internet. Pelayanan kesehatan lebih bagus dan pendidikan diberikan dengan Internet," ucap Luhut dalam akun Instagram-nya pada Senin, 14 Agustus lalu. "Kami berdua (dengan Menteri Kesehatan) sepakat lapor Presiden, cost lebih murah, Starlink bisa kita gunakan."
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Lobi Berliku Jejaring Starlink"