BERTEPATAN dengan hari raya kurban tanggal 8 Oktober, Perusahaan
Jawatan Kereta Api memberlakukan jadwal baru perjalanan kereta
api yang disebut juga grafik perjalanan kereta api gaya baru
(Gapeka). Jadwal ini akan berlaku 6 bulan untuk kemudian diubah
lagi. Perubahan jadwal perjalanan yang berangkai ini, menurut
pihak PJKA, disesuaikan dengan kegiatan perbaikan rel kereta api
yang keadaannya memang sudah tak memadai lagi.
Peluit panjang tanda dimulainya jadwal baru itu disempritkan di
kota Semarang. KA Mutiara I dari Surabaya menuju Jakarta yang
selama ini tiba di Semarang pukul 22.45 dan diberangkatkan
kembali pukul 23.00, sesuai dengan jadwal tiba pukul 23.42 dan
diberangkatkan pukul 00.45. Penundaan-penumlaan serupa
direncanakan juga terjadi di jalur lain. Jalur lintas utara lin
Jakarta-Surabaya keberangkatannya akan mundur 90 menit.
Sedangkan untuk lintas selatan 70 menit.
Tetapi apa yang terjadi7 Di Bandung baru 2 hari berlangsung
Gapeka, KA Mutiara Selatan yang masuk ke kota itu sudah.
terlambat satu jam dari jadwal sang baru saja dipatok. Masinis
kereta itu mengakui keterlambatan itu bukan karena perubahan
jadwal, tapi karena hal-hal kecil di luar perhitungan pejabat
PJKA, misalnya "pemeriksaan rem yang biasa." Karena terlambat
rupanya memang sudah merupakan "gaya" PJKA,para penumpang juga
tidak banyak cingcong. "Yang penting kami sampai dengan
selamat," kata seorang nenek yang baru datang dari Surabaya.
Pelaksanaan Gapeka oleh PJKA sendiri dijadikan peluit tanda
dimulainya usaha perbaikan besar-besaran perkeretaapian di
Indonesia. Dengan dana berupa kredit sebesar US$ 525 juta dan
pembiayaan Rp 93,5 milyar dari pemerintah, diharap kelak
pelayanan jasa angkutan kereta-api akan membaik.
Yang menjadi perhatian pertama dalam rangka membenahi diri ini,
seperti diutarakan Dir-Ut PJ KA, Ir. Pantidrso, adalah
peremajaan dan perbaikan rel-rel KA lintas utama. Diutamakan
yang berada di Jawa sepanjang 2.500 km. Berikutnya baru yang ada
di Sumatera Selatan sepanjang 300 km, di Sumatera Barat 150 km,
dan di Sumatera Utara 200 km.
"Pemulihan dan peningkatan kmdisi jalan baja ini mutlak
diperlukan untuk meningkatkan kecepatan KA," kata Chaidir Nien
Latief, Direktur Lalu Lintas dan Pengusahaan PJKA. Dan kenapa
diutamakan yang berada di Jawa, menurut Kepala Humas PJKA, Hasan
Basri, karena frekuensi perjalanan di Jawa paling tinggi. Di
samping itu, di sini pun terdapat banyak persimpangan.
Tapi anggaran terbesar rupanya berada di sektor penyediaan lok
dan bahan pelanting, yang diambilkan dari dana kredit sebesar
75,2%. Sedang untuk perbaikan dan peremajaan rel disediakan 19%
dari p?ket kredit plus 60% dari dana pembiayaan.
Dalam rangka membenahi diri tersebut beberapa lintas cabang yang
selama ini dilayaninya ditinggalkan bahkan beberapa lintas
cabang yang dianggap 'kurus' ditiadakan sama sekali. Yang
mengalami penambahan karena dianggap 'jalur gemuk', misalnya
trayek Jakarta-Bandung pulang-balik dengan KA Parahiyangan. Dan
lintas cabang yang dihapus antara lain Bandung-Sukabumi dan
Banjar-Cijulang di daerah Jawa Barat.
PJKA tampaknya memang sedang ditantang untuk bisa mencari
untung. "Soalnya dana yang disediakan itu 'kan berupa pinjaman,"
kata Hasan Basri. Citra perkereta-apian yang bagaimana ingin
dicapai PJKA Menurut Soedarno Kartodimedjo, Kepala Lalu lintas
dan Perniagaan PJKA Eksploatasi Jawa Tengah. "PJKA sedang
berusaha menuju situasi perkereta-apian seperti pada tahun
1939." Maksudnya: masa kereta api dengan lok uap mampu melesat
dengan kecepatan 120 km per jam. Buat PJKA, 36 tahun merdeka
rupanya tidak selalu berarti kemajuan.
Bagaimana mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada kereta api
seperti zaman jayanya dulu agaknya merupakan tantangan bagi
pimpinan PJKA saat ini. Dan Gapeka merupakan langkah awal.
Langkah berikutnya: dalam waktu dekat PJKA akan menambah 300
gerbong penumpang dan 1800 gerbong barang. Ini kelihatannya
merupakan pelaksanaan rencana Pantiarso untuk meningkatkan
penghasilan PJKA dari angkutan barang. "Ankutan barang
sebenarnya lebih menguntungkan," katanya.
Angkutan kereta api, sekalipun beberapa tahun terakhir ini
mendapat saingan keras dari angkutan darat lain, tetap paling
populer--terutama untuk jarak jauh. Namun pendapatan terbesar
masih tetap berasal dari angkutan penumpang. Bila pada 1977
jumlah penumpang yang diangkwt hanya 30 juta orang dan hanya
sekitar 3,6 juta ton barang, pada 1981 angka ini diperkirakan
melonjak menjadi 42 juta orang dan 6 juta ton barang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini