Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Program bioavtur dalam negeri masih tertahan di tahap uji coba.
Musim dingin di belahan bumi utara bisa memicu lonjakan harga avtur.
Supaya harganya stabil, porsi bahan bakar nabati harus besar.
JAKARTA – Pengembangan bioavtur atau modifikasi bahan bakar pesawat dengan unsur nabati di Indonesia belum bisa meredakan gejolak tarif kursi penerbangan dalam waktu dekat. Konsultan sekaligus pengamat penerbangan dari CommunicAvia, Gerry Soejatman, mengatakan program bioavtur dalam negeri masih tertahan di tahap uji coba. Kalaupun bisa diproduksi secara komersial pada saat ini, konversi bahan nabati dalam avtur fosil masih terbatas 2,4 persen. “Jika kadarnya tinggi, baru bisa lepas dari tren pergerakan harga minyak dunia,” ujarnya kepada Tempo, kemarin, 28 Juli 2023.
Selama ini, kata Gerry, harga avtur fosil selalu disetir oleh fluktuasi harga minyak sawit mentah (CPO) atau minyak mentah dunia. Jika terlalu mahal, harga avtur bisa memicu kenaikan tarif kursi penerbangan. Pada pertengahan 2022, ketika harga minyak dunia menyundul US$ 100 per barel—tertinggi selama sedekade terakhir—para pelaku bisnis penerbangan mendesak Kementerian Perhubungan mengatur ulang tarif batas atas (TBA) tiket pesawat. Kala itu maskapai penerbangan tersudut karena porsi bahan bakar dalam ongkos produksi pesawat bisa mencapai 40 persen.
Saat ini, dia meneruskan, harga avtur sudah jauh melandai, tapi bisa saja naik bila dipengaruhi sentimen global tertentu. Menurut Gerry, tarif CPO sudah jatuh dari US$ 100 menjadi US$ 70 per barel pada Maret 2023, kemudian sempat melambung lagi ke atas US$ 80 per barel sebulan berikutnya. “Lalu turun lagi, kemudian sepekan terakhir naik lagi, tentu mempengaruhi harga avtur.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah anomali harga minyak dunia mereda, Gerry menyebutkan harga kursi penerbangan mulai terkendali. Kalaupun naik, pergerakan tarif tiket cenderung dipengaruhi kenaikan permintaan saat musim padat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca juga: Desakan Menaikkan Tarif Penerbangan
Selain soal percepatan tahap produksi komersial, dia menyarankan pengembangan jenis bioavtur yang campurannya lebih merata. Pasalnya, beberapa negara sudah menguji bioavtur berkomposisi 30 persen unsur nabati, malah ada yang menembus 50 persen. “Diharapkan segera menggantikan avtur konvensional.”
Ancaman Kenaikan Harga Akibat Musim Dingin
Suasana keberangkatan penumpang pesawat terbang di Terminal 3 Bandara Soekarno–Hatta, Tangerang, Banten. Tempo/Tony Hartawan
Sekretaris Jenderal Indonesia National Air Carriers Association (INACA), Bayu Sutanto, mengatakan harga bahan bakar pesawat kini tergolong stabil. Namun musim dingin di belahan bumi utara bisa kembali memicu lonjakan kebutuhan avtur, termasuk kenaikan harganya. “Konsekuensinya, harga avtur yang sudah blended (bioavtur) juga menjadi lebih mahal dan memicu kenaikan biaya operasi.”
Manajer Keselamatan Maskapai Kargo Rimbun Air, Yusri Supii, mengatakan kebijakan harga setiap manajemen maskapai berbeda. Artinya, tak semua operator penerbangan latah menaikkan harga kursi semata-mata karena kenaikan harga avtur. “Yang jadi masalah, ketika tren harga avtur terus naik, pasti akhirnya bisa berdampak pada harga tiket yang dijual maskapai mana pun.”
Adapun Wakil Ketua Umum Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo), Anton Sumarli, belum bisa menebak penyebab lonjakan harga penerbangan menjelang musim padat pada akhir tahun ini. Menurut dia, tarif tiket bisa terkerek kenaikan permintaan, tapi bisa pula karena beban operasional maskapai, salah satunya avtur. Menurut dia, alasan mana pun tetap membuat moda penerbangan menjadi mahal.
“Sekarang sulit diprediksi. Yang pasti potensi kenaikannya tetap tinggi, terutama di wilayah timur Indonesia,” ucap Anton.
YOHANES PASKALIS
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo