Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengaku mendengar informasi jika minyak sawit bisa diolah menjadi avtur atau bahan bakar pesawat terbang. Ia pun memerintahkan kementerian terkait untuk mendalami lebih lanjut informasi ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Tolong ini ditekuni lagi lebih dalam," kata Jokowi dalam rapat terbatas Evaluasi Pelaksanaan Mandatori Biodiesel di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin, 12 Agustus 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Jokowi, jika Indonesia benar-benar bisa mengubah minyak sawit menjadi avtur maka akan berdampak besar bagi perekonomian. "Mengurangi impor avtur kita, sehingga defisit neraca perdagangan dan defisit neraca transaksi berjalan akan semakin baik," ujarnya.
Selain itu, dalam rapat terbatas ini, Jokowi menargetkan pada awal tahun depan Indonesia sudah menerapkan biodiesel B30 alias pencampuran solar dengan minyak sawit sebanyak 30 persen. Alasannya, pemerintah ingin mengurangi ketergantungan kepada energi fosil impor minyak.
"Saya juga ingin agar B20 nanti pada Januari 2020 sudah pindah ke B30. Selanjutnya nanti di akhir 2020 sudah meloncat lagi ke B50," tutur Jokowi
Jokowi menambahkan jika pemerintah konsisten di tahap B20 yang saat ini berjalan saja, sudah bisa menghemat anggaran hingga US$ 5,5 miliar per tahun. Angka ini akan bertambah besar seiring peningkatan penerapan bauran biodiesel. "Ini angka gede banget," katanya.
Menurut Jokowi, saat ini tekanan terhadap industri sawit Indonesia dari negara-negara lain perlu diantisipasi. Dengan pemanfaatan biodiesel yang semakin meluas dan meningkat, kata dia, Indonesia bakal memiliki posisi tawar yang kuat.
"Baik terhadap Uni Eropa maupun negara-negara lain yang mencoba membuat bargaining position kita lemah," tutur Jokowi.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar menyebut penerapan biodiesel B20 alias solar dengan campuran minyak sawit 20 persen telah membuat Indonesia hemat US$ 1,66 miliar atau sekitar Rp 23 triliun. Penghematan itu didapat dari berkurangnya impor solar ke Tanah Air selama kurun waktu Januari-Juli 2019.
AHMAD FAIZ | CAESAR AKBAR