KARENA banyak menyangkut masalah bea masuk dan perdagangan ekspor impor, tak pelak lagi, pelaksanaan paket kebijaksanaan yang turun kali ini merupakan pekerjaaan tambahan bagi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Sayangnya, tidak gampang menemui Soeharjo, yang kini menjadi komandan di sana. Tapi untunglah, di sela-sela kesibukannya, Direktur Jenderal yang meniti kariernya dari bawah ini akhirnya mau juga bersuara. Lulusan Kursus Penilik Pabean ini menganggap deregulasi otomotif sudah saatnya diluncurkan, kendati bisa berakibat menurunkan pendapatan Pemerintah dari bea masuk. Agaknya, yang barangkali akan menimbulkan persoalan dan ini yang paling dikhawatirkan para perakit mobil di Indonesia adalah kemungkinan merebaknya penyelundupan mobil mewah. Sebab, banyak orang menduga, berapa pun tingginya bea masuk mobil mewah, ada saja pembelinya. Nah, mampukah Bea dan Cukai menangkal dampak negatif ini? Dan bagaimana cara instansi ini menetapkan bea masuk sesuai dengan peraturan agar industri dalam negeri tetap terlindungi? Berikut petikan jawaban Soeharjo kepada R. Indra dari TEMPO. Deregulasi otomotif yang barusan dikeluarkan masih memasang proteksi berupa pajak tinggi untuk impor mobil utuh dari luar negeri. Apakah ini bisa membuat industri mobil dalam negeri lebih efisien? Jelas, deregulasi tersebut adalah untuk mengefisienkan industri otomotif dalam negeri. Sektor ini kan sudah terlalu lama menikmati fasilitas proteksi. Sehingga, sudah seharusnya kalau kini mereka berproduksi dengan efisien. Untuk mempercepat proses efisiensi itulah Pemerintah memberikan insentif. Jadi kalau komponen lokal yang digunakan lebih banyak, maka bea masuk yang harus dibayar pengusaha menjadi lebih kecil. Bahkan bisa 0%. Tapi harga mobil, setelah ada paket deregulasi kemarin, malah diperkirakan akan naik cukup besar. Bukankah ini tidak sejalan dengan semangat deregulasi? Memang ada suara-suara dari kalangan DPR yang merasa tidak puas karena harga mobil ternyata belum bisa turun. Tapi perlu diketahui, masalah otomotif ini tidak gampang diselesaikan. Jadi prosesnya dilakukan setahap demi setahap. Kalau dilakukan secara sekaligus, tanpa pertimbangan melindungi dan mengembangkan industri otomotif di dalam negeri, tentu akan bikin susah para pengusaha mobil di dalam negeri. Jadi, perlahan-lahanlah. Apakah aparat Bea dan Cukai sudah siap mengantisipasi, tanpa bantuan dari pihak surveyor asing atau Sucofindo? Kami merasa siap. Kami sudah kembali ke zaman dulu. Jadi tidak perlu lagi dibantu oleh Sucofindo. Dan untuk lebih melancarkan pelaksanaannya di daerah-daerah, tak lama lagi kami akan mengumpulkan para Kakanwil untuk koordinasi. Termasuk untuk mengurusi masuknya mobil-mobil mewah dari luar negeri? Itu juga sudah kami siapkan. Kalau impor itu dilakukan memalui prosedur yang sudah umum, menggunakan L/C, ya tidak ada masalah. Betul. Tapi bagaimana dengan masuknya mobil dari luar yang menggunakan fasilitas khusus seperti yang terjadi baru-baru ini? Kami memang perlu lebih waspada terhadap masuknya mobil melalui saluran diplomatik, dan fasilitas lain seperti dilakukan oleh Ikatan Mobil Indonesia baru-baru ini. Lantas, langkah apa yang akan diambil untuk mengatasinya? Untuk menghadapi kemungkinan adanya penyelundupan, kami kan sudah ada Tim Pemberantasan Penyelundupan. Tentang kemungkinan penyelewengan impor mobil, kami akan bekerja sama dengan Departemen Luar Negeri dan Sekretariat Kabinet. Apa Bea & Cukai sudah mempunyai standar untuk menetapkan bea masuk mobil impor? Sudah. Di samping informasi dari SGS, setiap tahun kami juga selalu mendapatkan price list dari luar negeri, seperti Eropa, Jepang, Amerika, bahkan dari Australia. Jadi, acuannya berasal dari negara produsen. Tapi omong-omong, bea masuk untuk mobil impor kok tinggi benar, ya? Lho, seperti sudah saya katakan tadi, industri kita kan belum mampu bersaing. Jadi masih membutuhkan proteksi. Dan perlu diingat, mobil impor itu kebanyakan merupakan konsumsi bagi kalangan atas. Namun demikian, secara bertahap, bea masuk itu akan terus diturunkan, sehingga 15 tahun kemudian menjadi tinggal 20% saja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini