Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kasus Semen Gresik Masih Menggantung

7 Oktober 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemerintah seharusnya sudah punya keputusan menyangkut Semen Gresik. Tanggal 26 Oktober depan adalah batas akhir bagi pemerintah untuk melaksanakan put option (hak melepas saham pada harga tertentu) saham pemerintah di Semen Gresik. Namun, hingga pekan lalu pemerintah masih saja bingung menghadapi dilema dalam kasus Semen Gresik. Di satu pihak, masyarakat Sumatra Barat dan Sulawesi Selatan minta spin off (pemisahan) Semen Padang dan Tonasa dari Semen Gresik segera dilaksanakan. Di lain pihak, PT Cemex Indonesia sebagai pemegang 25,53 persen saham Semen Gresik tak sedikit pun memperlihatkan tanda-tanda mau melepas kepemilikannya di Semen Gresik, yang terdiri dari tiga pabrik itu. Situasi itu jelas membuat Menteri Negara BUMN Laksamana Sukardi bingung. Maklum, kalaupun Cemex mau melepas sahamnya bila Semen Gresik diceraikan dengan Semen Padang dan Tonasa, pemerintah tidak punya uang untuk membelinya. Paling tidak, pemerintah harus mengeluarkan lebih dari Rp 2 triliun untuk membeli saham raksasa semen dari Meksiko itu. Pemerintah bukan hanya tidak punya duit, tapi malah menargetkan Kementerian BUMN untuk menyetor uang dari privatisasi. Nah, kalau put option dilakukan, pemerintah bakal mendapat US$ 520 juta. Itu sama dengan 75 persen dari target privatisasi. Jika langkah itu dipilih Laksamana, target privatisasi 2001 sebesar Rp 6,5 triliun untuk menutup defisit APBN 2001 bakal aman. Namun, bila itu dilakukan, pemerintahan Presiden Megawati bakal berhadapan dengan masyarakat Minang dan Sulawesi Selatan. Pemerintah Daerah, DPRD, dan masyarakat Sumatra Barat sudah kompak bakal mengambil aset Semen Padang jika pemerintah pusat melakukan put option. Demikian juga halnya dengan masyarakat Sulawesi Selatan. Bagi mereka, spin off adalah harga mati yang tidak bisa ditawar lagi. Laksamana sendiri kelihatan tidak mau melepas hak put option, tetapi ia juga tidak ingin mengabaikan begitu saja aspirasi yang gencar disuarakan oleh orang daerah. Karena itu, sambil terus mencari jalan tengah yang aman, ia meminta Cemex untuk memperpanjang batas waktu put option. Cemex sendiri belum menyatakan per-setujuan atas permintaan itu. "Kami masih mempertimbangkan permintaan itu," katan Presiden Komisaris Cemex Indonesia, Francisco Noriega.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus