Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Kepala SKK Migas Prediksi Harga Keseimbangan Baru Minyak USD 60

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, memperkirakan harga minyak mentah akan mencapai titik keseimbangan baru di level US$ 60 per barel.

16 Juni 2020 | 07.58 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto. ANTARA/Risbiani Fardaniah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas, Dwi Soetjipto, memperkirakan harga minyak mentah akan mencapai titik keseimbangan baru di level US$ 60 per barel. Titik keseimbangan baru ini terjadi setelah anjloknya harga minyak akibat penurunan permintaan di tengah wabah Covid-19.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dwi memprediksi level keseimbangan bau harga minyak itu akan terjadi pada tahun 2024 atau 2025. Dari pengamatannya, ia menyebutkan setidaknya ada tiga asumsi dasar atas perkiraan titik kesimbangan baru harga minyak tersebut.

Pertama, perhitungan berdasarkan biaya produksi. "Bila harga minyak di bawah US$ 30 per barel maka akan banyak perusahaan minyak yang kolaps, kecuali yang memiliki cadangan besar," ujarnya dalam Forum Group Discussion online, Senin, 15 Juni 2020.

Kedua, pembicaraan di Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang mulai memangkas produksi mereka.

Ketiga, analisa-analisa perkiraan harga minyak mentah Brent oleh lembaga riset energi Woodmac, Rystad and Platts.

Lebih jauh Dwi menyebutkan Covid-19 di Tanah Air yang menyebabkan harga minyak dunia bergejolak telah menurunkan aktivitas operasional kegiatan usaha hulu minyak dan gas (migas). Bahkan ia menyatakan ada sejumlah Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) minyak dan gas (migas) yang melakukan penundaan rencana bisnis mereka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun begitu, SKK Migas terus melakukan komunikasi agar produksi dan lifting minyak tetap terjaga. "Angkanya yang realistis tahun ini 705 ribu barel per hari, dari target APBN 755 ribu barel per hari," kata Dwi.

Selain itu, dampak Covid-19 dan gejolak harga minyak dunia juga menyebabkan penurunan pemanfaatan migas, penurunan keekonomian lapangan migas, penurunan outlook lifting 2020, dan mundurnya onstream Proyek Marakes dari Kuartal III 2020 menjadi kembali ke rencana awal POD Kuartal I 2020.

ANTARA

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus