Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengelola gerai makanan siap saji KFC Indonesia, PT Fast Food Indonesia Tbk. mencatat kerugian hingga Rp 377,18 miliar selama tahun 2020. Hal tersebut berbalik dengan kondisi perusahaan yang masih meraup laba pada tahun sebelumnya senilai Rp 241,54 miliar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Laporan keuangan emiten berkode saham FAST ini menunjukkan pendapatan perusahaan pada tahun 2020 sebesar Rp 4,84 triliun. Angka tersebut merosot 27,82 persen bila dibandingkan dengan tahun 2019 yang mencapai Rp 6,7 triliun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak hanya pendapatan yang jeblok, kenaikan beban keuangan perusahaan yang dipimpin oleh Ricardo Gelael ini pun menyumbang terhadap kerugian perseroan. Beban keuangan membengkak menjadi Rp 42,16 miliar dari sebelumnya Rp 18,49 miliar.
Sementara itu, total aset perseroan naik 9,46 persen secara tahunan menjadi Rp 3,72 triliun dari sebelumnya Rp 3,4 triliun. Tapi kenaikan itu berasal dari peningkatan liabilitas sebesar 42,12 persen menjadi Rp 2,48 triliun. Adapun ekuitas perusahaan turun 63,38 persen menjadi Rp 1,24 triliun.
PT Fast Food Indonesia Tbk. sebelumnya didemo oleh karyawan karena menunda pembayaran gaji karyawan karena pelemahan kinerja tersebut. Terkait hal ini, Direktur Fast Food Indonesia Dalimin Juwono mengatakan penundaan gaji yang berlaku sejak awal Covid-19 tahun lalu sudah tidak lagi terjadi sejak bulan April 2021.
Hal tersebut, menurut Dalimin, seiring dengan tren perbaikan pendapatan KFC. “Perseroan berupaya agar secepatnya mengembalikan penundaan gaji karyawannya sesudah melihat adanya kenaikan pendapatan,” katanya dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia atau BEI yang disampaikan, Kamis, 24 Juni 2021.
BISNIS