Berusaha untuk transparan, itulah yang kini dilakukan PT Krakatau Steel (PT KS), BUMN yang banyak dikritik lantaran terlalu dimanjakan dengan berbagai fasilitas dan proteksi. Setelah proteksi baja dilepas sama sekali, Kamis pekan lalu direksinya mengumumkan bahwa untuk tahun 1992 keuntungan perusahaan anjlok. Dari Rp 240 milyar pada tahun 1991, keuntungan itu merosot ke Rp 120 milyar tahun ini. Tahun sebelumnya lagi, 1990, laba sebelum pajak bahkan Rp 250 milyar. Direktur Utama PT KS Tungky Ariwibowo mengatakan, untuk tahun 1992 keuntungan perusahaan diperkirakan tetap Rp 120 milyar. Keuntungan baru akan bertambah mulai 1994. Rupanya tahun monyet ini merupakan tahun sial bagi KS. Nilai penjualan tahun 1992 adalah Rp 1,27 trilyun -- sedangkan tahun 1991 sebesar Rp 1,58 trilyun dan tahun 1990 sebesar Rp 1,6 trilyun. Tampaknya penyesuaian dengan tuntutan persaingan bebas telah menyebabkan KS berusaha meningkatkan mutu baja yang mereka hasilkan. Presiden Soeharto sendiri sudah mengatakan agar manajemen KS lebih efisien dan produktif, untuk meningkatkan margin keuntungan. Usaha ke arah itu sudah dilakukan, antara lain dengan investasi tambahan Rp 750 milyar untuk program ekspansi. Dana itu digunakan untuk pabrik baru pembuatan baja canai panas dan peningkatan fasilitas pelabuhan. Tapi semua fasilitas itu, menurut rencana, baru akan diresmikan Pak Harto Februari 1993.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini