KANTOR modern dan milik sendiri. Itulah ciri khas kelompok bisnis di Jakarta masa kini. Apalagi bila perusahaannya maju pesat seperti Lippobank. Anak perusahaan Grup Lippo ini agaknya sudah merasa sumpek menempati tiga lantai di gedung Lippo Centre, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Lippobank, yang dirintis sejak 45 tahun silam oleh konglomerat Mochtar Riady, pekan lalu mengumumkan kepindahan kantor pusatnya ke gedung Asia Tower di Kecamatan Karawaci, Tangerang. Pilihan untuk berkantor di kawasan pinggiran ini terasa aneh, terutama ketika grup-grup usaha yang lain cenderung berkantor di kawasan strategis seperti Segi Tiga Emas di Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan. Jadi, apa alasan Lippobank mundur ke Tangerang? Jawabnya: efisiensi. Menurut Humas Lippobank, Adrian, saat ini divisi bank ini terpencar di empat tempat. "Karena tidak terpadu, mesti ada hambatan," kata Adrian. Selain itu, manajemen juga bisa mengirit biaya. Di Asia Tower, misalnya, Lippobank cuma dikenai ongkos sewa US$ 7-9 per meter. Padahal di Lippo Centre tarifnya sekitar US$ 30 per meter persegi. Kalau pembangunan gedung Asia Tower rampung, akhir 1994, tentu gengsi Lippobank akan semakin berkibar. Kabarnya, tak kurang dari US$ 17 juta, atau Rp 34 miliar lebih, ditanamkan untuk membangun gedung 21 tingkat. Berdiri di atas tanah 10 ribu meter persegi, sebagian gedung Lippobank itu akan disewakan ke perusahaan lain, termasuk anak perusahaan Grup Lippo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini