APA tolok ukur sebuah metropolitan alias kota dunia? Di antaranya terletak pada penyediaan fasilitas toilet atau tempat buang hajat -- minimal untuk kencing -- di tempat umum, seperti di tepi-tepi jalan. Ini bukan hanya berfaedah bagi penduduk, tapi terlebih lagi bagi kaum pelancong. Sebab, jika sering menahan kencing, kabarnya, orang bakal mudah menjadi emosional atawa beringas. Sampai di mana keabsahan hubungan menahan kencing dengan sifat gampang tersinggung boleh jadi merupakan bahan kajian menarik untuk diseminarkan. Ini bukan kelakar, tapi sebuah seminar ihwal kakus umum memang akan diselenggarakan tiga hari di Hong Kong, mulai 30 Mei ini. Para ahli urusan kakus umum seantero kawasan Asia-Pasifik bakal berhimpun di sana menyampaikan pembahasannya. Menurut panitia penyelenggara, makalah dari ahli sanitasi Cina, misalnya, berkisar mulai penjajakan budaya toilet, cara praktis buat menanggulangi bau tidak sedap di toilet umum, sampai tentang sejarah dan pengembangan kakus umum di Guangzhou. Sedangkan ahli dari Korea Selatan, Kim Seung-Hwan, bakal membedah hal-hal yang memuaskan publik pada toilet umum di Korea. Dan kontribusi dari para ahli Jepang juga mencakup makalah yang terlatif bersahaja, yakni suatu penelitian mengenai toilet umum di daerah urban. Laporan kantor berita Reuters pekan lampau itu tidak menyebutkan adanya peserta dari Indonesia. Boleh jadi karena di negeri ini urusan kakus umum belum dianggap ladang bisnis yang menggiurkan, jadi mereka tidak tertarik pada acara tadi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini