Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Semarang - Liquefied petroleum gas atau LPG bersubsidi ukuran 3 kilogram susah diperoleh di Semarang, Jawa Barat. Akibatnya, harga LPG 3 Kg itu naik melebihi harga wajar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seperti yang terjadi di sekitar Jalan Woltermonginsidi Kota Semarang, toko-toko pengecer LPG 3 Kg di sepanjang jalan tersebut tidak ada yang memiliki stok LPG 3 Kg pada Minggu, 16 Februari 2025. Para pedagang kompak mengaku persediaan gas bertabung warna hijau yang biasa disebut gas melon itu kosong.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kondisi serupa juga terjadi di pengecer di wilayah Tlogosari, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang. Hampir seluruh pengecer gas seluruhnya memasang papan tulisan gas kosong.
Ada satu kios di Jalan Tlogosari Raya yang memiliki stok gas. Tumpukan tabung tersebut berada di sudut toko itu. Valve atau kepala tabung itu masih terbungkus plastik warna hijau.
Namun, pemilik toko menyebut persediaan gas LPG 3 kilogram di tempatnya habis. Ketika ditunjuk gas bersegel di pojok tokonya dia tetap berkilah. "Kosong," katanya singkat.
Penjual gas LPG 3 kilogram justru banyak muncul di media sosial. Seorang menawarkan gas bersubsidi tersebut antara lain melalui Facebook. Harga LPG 3 Kg di sana dipatok Rp 35 ribu. Padahal harga eceran tertinggi atau HET LPG 3 kilogram di Jawa Tengah adalah Rp 18 ribu.
Penjual gas tersebut menolak ditemui di rumahnya oleh calon pembeli. Dia memilih bertemu di luar atau melalui sistem cash on delivery (COD).
Tempo mencoba bertemu dengan penjual tersebut. Dia meminta lokasi pertemuan di depan salah satu sekolah negeri. Pada waktu yang disepakati dia datang sambil membawa gas LPG 3 Kilogram.
"Tadi kebetulan beli dua tabung. Jadi tidak terpakai," sebutnya. Dia langsung pergi setelah menerima uang.