Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tahun ini, booming ekonomi digital diperkirakan bakal marak dibanding tahun lalu. Apalagi era revolusi industri jilid keempat sudah dimulai. Insan industri bakal berlomba-lomba mengarah ke digitalisasi. Meski begitu, tak mudah bagi industri menemukan ramuan dan gambaran yang tepat untuk menyerap digitalisasi. "Dari sinilah peluang start-up untuk bekerja sama terbuka," ujar Managing Director Plug and Play Indonesia, Wesley Harjono.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seperti apa gambaran tren digital di Indonesia tahun ini? Selain itu, bagaimana akselerator yang bermarkas pusat di Silicon Valley, Amerika Serikat, ini menyediakan start-up yang dibutuhkan industri? Berikut ini petikan wawancara Tempo dengan Wesley beberapa waktu lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bagaimana perkembangan bisnis e-commerce di Indonesia?
Indonesia sudah melewati fase permulaan, yang biasanya juga terjadi di negara lain, yakni booming e-commerce dan transportasi. E-commerce sudah konsolidasi dan terbentuk, terlihat dari munculnya unicorn lokal, seperti Tokopedia, Go-Jek, Traveloka, dan Bukalapak. Setelah e-commerce ramai, orang sadar butuh ada sistem transaksi keuangan makanya pindah ke fintech (financial technology), yang sepertinya masih terus berlanjut.
Bagaimana persaingan fintech dan perbankan yang juga mulai merambah start-up?
Kalau dikatakan fintech menggerogoti pasar perbankan, memang benar. Industri konvensional juga sudah sadar itu dan sudah menyewa banyak tech talent. Tapi, namanya perusahaan konvensional, kalau mau bikin sesuatu tidak bisa cepat. Ada proses perencanaan, budgeting, dan persetujuan rapat direksi. Sedangkan start-up rapat bisa di mana saja dan kapan saja.
Seperti apa besarnya peluang di sektor lain?
Sektor vertikal tak lagi perdagangan, keuangan. Namun sudah sentuh pertanian, pendidikan, kesehatan, logistik, dan energi. Tidak bisa diprediksi. Jujur saja, waktu menerima proposal salah satu start-up sektor energi, saya kebingungan. Bisnis energi kan konvensional sekali. Bangun pembangkit terus jual ke operator. That’s it.
Bagaimana menjaga daya saing start-up lokal di tengah gempuran start-up asing?
Pasar Indonesia merupakan pasar potensial. Plug & Play menjadi fasilitator memasukkan start-up asing melalui jaringan kami di Singapura, Jepang, dan Amerika. Namun kami lihat positifnya saja. Kami mau bantu start-up asing kalau solusi yang mereka tawarkan tidak ada di Indonesia. Ada knowledge sharing dan harus mempekerjakan pegawai lokal.
Bagaimana minat investor dalam negeri di bisnis start-up?
Dari segi jumlah, saya yakin sumber dari dalam negeri bisa menggantikan sumber pendanaan dari Softbank, Alibaba, Sequoia, dan sebagainya. Mungkin karena bisnis ini baru, belum begitu banyak yang melirik. Wadah investasi di dalam negeri juga minim. Namun makin hari makin banyak yang bertanya-tanya ke kami untuk berinvestasi, kok.
Managing Director Plug and Play Indonesia, Wesley Harjono: Tren Perbankan dan Start-Up Bekerja Sama
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo