Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Mayoritas Bahan Baku Impor, Industri Makanan dan Minuman Khawatir Jika Rupiah Terus Melemah

Pelemahan mata uang rupiah akan memukul industri, termasuk industri makanan dan minuman (mamin).

21 Juni 2024 | 00.57 WIB

Ilustrasi rupiah. Pexels/Ahsanjaya
material-symbols:fullscreenPerbesar
Ilustrasi rupiah. Pexels/Ahsanjaya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terus melemah membuat para pengusaha khawatir. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi S. Lukman mengatakan, pelemahan mata uang rupiah akan memukul industri, termasuk industri makanan dan minuman (mamin).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Karena masih banyak bahan baku impor dan biaya-biaya lainnya dalam US$," katanya kepada Tempo, Kamis, 20 Juni 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Dia menjelaskan, mayoritas bahan baku untuk industri mamin masih banyak bertopang pada impor, misalnya kebutuhan gula yang diimpor 100 persen dari luar negeri. Kemudian, bahan susu juga masih diimpor sekitar 80 persen. Sementara kedelai dan garam masing-masing diimpor 70 persen dari kebutuhan industri.  "Bahkan, bahan tambahan pangan seperti flavor dan lain-lain masih banyak impor," tutur Adhi.

Tak hanya itu, beban biaya operasional industri juga kian melambung karena naiknya ongkos transportasi. Biaya pengapalan, kata Adhi naik 3 sampai 4 kali lipat. "Sementara, ekspor juga semakin kompetitif karena buyer juga tertekan, sehingga minta harga lebih baik," katanya.

Untuk itu, GAPMMI berharap agar industri mamin tetap menjaga tingkat produksi karena permintaan terus meningkat. Meskipun, tak dapat ditampik bahwa tantangan harga dan laba perusahaan juga semakin berat. 

Menurut dia, industri perlu mengantisipasi dengan cara efisiensi serta mencari alternatif sumber daya dari lokal maupun negara alternatif. "(Perlu) penguatan produksi di hulu agar ketergantungan bahan baku impor semakin kecil."

Sejalan dengan itu, GAPMMI meminta pemerintah untuk mengantisipasi dengan melakukan intervensi terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Selain itu, pemerintah juga perlu mempertimbangkan untuk merevisi aturan Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang dinilai menjadi beban industri. 

Pemerintah juga dinilai perlu memikirkan insentif ekspor untuk mendongkrak devisa. "Perlu dipikirkan insentif ekspor agar semakin banyak membantu devisa," kata Adhi.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus