Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Memangkas biaya siluman

Demi efisiensi, dua pejabat tinggi di Departemen Perdagangan diganti. salah satu upaya untuk meraih devisa us$ 33,3 miliar?

22 Januari 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AWAS, biaya siluman bergentayangan. Peringatan itu kembali diingatkan Menteri Perdagangan Satrio Budihardjo Joedono, ketika melantik dua direktur jenderal dan sejumlah pejabat eselon dua di departemennya, Selasa pekan lalu. Hanya saja, Billy, demikian ia biasa dipanggil, menegaskan bahwa peringatannya itu tidak ada kaitannya dengan pengantian dua direktur jenderal tersebut. Padahal, sudah menjadi rahasia umum, di dua direktorat jenderal itulah, biaya siluman paling sering bergentayangan. Dan biasanya, biaya siluman itu berkaitan dengan pembagian kuota tekstil. Menurut Billy, biaya tak resmi itu jelas akan mengurangi daya saing komoditi Indonesia di pasaran internasional. "Kalau ada praktek seperti itu, ya, kita usahakan supaya dikurangi," ujarnya. Billy ada benarnya. Sebab, data Bank Indonesia memperlihatkan penurunan pertumbuhan ekspor selama tahun lalu. Kendati menunjukkan kenaikan hampir 19,8% menjadi US$ 27,5 miliar, pertumbuhan tersebut lebih rendah dari tahun sebelumnya. Kalau kecenderungan menurun ini tak segera direm, pot devisa bisa kering. Apalagi dalam anggaran 1994-1995, departemen ini harus memasukkan devisa US$ 33,3 miliar. Usaha mendorong ekspor nonmigas memang merupakan sebuah ikhtiar besar yang tak boleh ditawar. Itulah sebabnya, dalam sambutannya ketika melantik sejumlah pejabat itu, Billy berulang-ulang berpesan kepada stafnya agar bekerja lebih keras. Ia, seperti dikatakan di atas, memang tidak mengaitkan pergantian sejumlah pejabat itu dengan adanya ketidakberesan di lingkungan Depertemen Perdagangan. Tapi sebuah sumber mengatakan, "Pak Satrio ingin melakukan pembenahan ke dalam." Cara yang dianggap perlu dilakukan, demikian kata sumber tadi, di antaranya dengan mengganti sejumlah pejabat. Wajar, sebagai departemen terdepan pencari devisa nonmigas, Departemen Perdagangan harus berbenah. Kabarnya, rencana pergantian tersebut sudah ia sampaikan ke atas sejak pergantian kabinet Maret tahun silam. Benarkah? "Pergantian itu hal yang biasa. Tak ada persoalan apa-apa," kata Billy. Adapun Dirjen Perdagangan Luar Negeri kini dijabat oleh Djoko Moeljono, menggantikan Kamarulzaman Algamar. Namanya memang sudah banyak dikenal, apalagi di kalangan para pedagang. Sebelum pindah ke Ditjen Perdagangan Luar Negeri, Djoko Moeljono adalah Direktur Utama PT Sarinah Jaya, BUMN milik Departemen Perdagangan. Pengalamanya yang cukup panjang dianggap sebagai bekal, sebelum terjun memimpin Ditjen yang tak sepi dari tantangan ini. Apa yang akan dilakukan Dirjen Djoko? "Belum tahu. Saya baru hari ini masuk di kantor Departemen Perdagangan," kata Djoko, 51 tahun. Ia sampai saat ini belum melepas jabatannya di Sarinah. Itulah sebabnya, selain harus berkantor di dua tempat, putra Magetan, Jawa Timur, itu kini sibuk mencari penggantinya di Sarinah. Adapun Tommy Poedjhiar, 56 tahun, dipercaya memegang jabatan Dirjen Perdagangan Dalam Negeri. Ia menggantikan Kumhal Djamil, yang kini menjadi asisten Menko Industri dan Perdagangan Bidang Pengembangan Produksi, Pemasaran, dan Sistem Distribusi Nasional. Dan sebelum masuk Ditjen Perdagangan Dalam Negeri, putra kelahiran Probolinggo, Jawa Timur, ini menjabat sebagai Kepala Biro Perencanaan. Selain pergantian personel, belakangan juga diambil pelbagai langkah. Pemerintah, menurut Billy, akan mendampingi pihak swasta dalam berbagai terobosan dan lobi. "Di samping, tentunya, menciptakan iklim usaha yang kondusif. Saya kira target ekspor nonmigas akan tercapai," kata Billy. Namun, tekad ini tak mudah dilaksanakan. Apalagi cuma dengan tekad. Kendala untuk itu, seperti yang dikatakan seorang pengusaha garmen, sudah menumpuk di Departemen Perdagangan. Kondisi birokrasi, yang seharusnya membantu kelancaran ekspor, ternyata malah menghambat. Ya, biasalah ....Bambang Aji dan Bina Bektiati

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum