Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Mengapa petani gigit jari

Para petani vanili di bali menyesal karena lahannya ditebang untuk tanaman kopi. tahun ini tiba-tiba harga vanili naik Rp 11.000/kg. padahal sebelumnya Rp 1.500/kg. jatuh harga akibat ulah eksportir asing.

24 Juni 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GREGETAN dan menyesal. Itulah kecamuk yang menggerogoti hati petani vanili di Pulau Bali. Pasalnya serbuk wangi yang semula dianggap tak menguntungkan itu dua bulan terakhir ini harganya meroket. Vanili basah pekan lalu harganya mencapai Rp 11 ribu per kg. Seorang eksportir bahkan sesumbar, "Saya berani bayar di atas itu." Ya, mengapa tidak? Harga itu naik hampir delapan kali lipat, jika dibandingkan harga akhir tahun lalu yang hanya Rp 1.500 per kg. Kendati harga bagus, petani tidak beroleh apa-apa kecuali penyesalan. Lho? Ketika harga jatuh tahun lalu, banyak pohon vanili yang "dibunuh" sebelum panen. "Habis, waktu itu saya pikir lebih baik menanam kopi," kata seorang petani. Kejatuhan harga itu terjadi karena ulah Madagaskar. Produsen vanili tertangguh di dunia itu mengusulkan agar kuota Indonesia, yang menghasilkan vanili kualitas rendah, dipotong dari 15% menjadi 5%. Akibatnya harga ekspor langsung anjlok. Tidaklah aneh kalau banyak petani yang segera mengganti tanamannya. Tidak semua, memang. Tapi yang tetap mempertahankan vanili pun nasibnya sama saja. Maklum, pencuri di Bali masih superaktif, hingga petani terdorong menjual vanili selagi muda. Harganya pun cuma Rp 2.000 per kg. "Daripada digasak maling," kata I Nyoman Suteja, petani dari Tabanan. Itulah sebabnya, walaupun pada triwulan pertama tahun ini ekspor vanili mencapai 4,39 juta dolar AS -- dalam periode yang sama tahun lalu hanya 2,9 juta dolar -- petani tetap gigit jari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus