Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Mengikuti Irama London

PT Inco Indonesia mulai meraih keuntungan dan melepas 20% sahamnya ke Sumitomo Metal Mining Co. Ltd. Harga nikel dunia mengalami kenaikan. Tahun 1988 PT Inco Indonesia akan meningkatkan produksinya.

27 Agustus 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI Indonesia nama Inco sudah tak bisa dipisahkan iagi dari nikel. Logam yang merupakan bahan ampuh anti karat itu, sejak masa eksploitasi pertama sepuluh tahun silam, baru mencatat keuntungan kecil, tahun lalu. Jumlahnya belum seberapa, sekitar US$ 500.000. Tapi semester pertama tahun ini, Inco Indonesia telah mencatat laba tak kurang dari US$ 26 juta. "Pokoknya, kondisi Inco Indonesia saat ini sedang baik sekali," tutur Benny N. Wahyu, Wakil Presiden PT Inco Indonesia, kepada TEMPO di kantornya minggu lalu. Lonjakan keuntungan itu, erat kaitannya dengan lonjakan harga nikel di London Metal Exchange (LME) beberapa bulan belakangan ini. Gelagat kenaikan harga nikel secara mencolok mulai tercium pada 20 Oktober tahun silam -- sehari setelah nilai aham rontok pada Black Monday yang termasyhur itu. Waktu itu nikel sudah naik sampai US$ 2,90/pon, padahal kuartal pertama tahun lalu cuma US$ 1,60/pon. Harga kemudian merayap naik dan mencapai US$ 4,24 pada penutupan tahun silam. Dan pada akhir Juli tahun ini, harga sudah menanjak sampai USS 6,60. "Tapi harga ini akan bersifat sementara," begitu hasil penelitian Divisi Metal Non-Ferrous Sumitomo Corporation I4td., bulan April lalu. Dari penelitian itu pula diketahui bahwa permintaan nikel di dunia tahun ini diperkirakan tak lebih dari 610.000 metrik ton. Suplai ini tentu berhubungan dengan ditutupnya 10 pertambangan nikel di dunia karena gigitan resesi sejak 1980. Juga kecelakaan pada tambang Noriljsk di Uni Soviet, pemberlakuan pajak ekspor nikel 40% di RRC, serta pertentangan antara pertambangan Falcondo dan pemerintah Republik Dominika mengenai pajak ekspor -- semuanya telah membuat suplai nikel relatif sama dengan tahun silam. Tetapi, bagi Inco Indonesia, kondisi pasar yang demikian sangatlah menguntungkan. Sebab, ongkos produksi nikel di Soroako menurut Benny, relatif murah. Pertambangan yang memperoleh konsesi pengelolaan selama 30 tahun sejak 1978 ini, ternyata, sudah melakukan efisiensi mulai 1980. Waktu itu, karyawan Inco Indonesia diciutkan dari 3.800 orang menjadi 2.400 orang. Kini hanya ada 21 orang tenaga kerja asing di sana -- sebelumnya 250 orang. Yang juga ikut menentukan adalah PLTA Larona, yang merupakan sumber energi bagi pertambangan seluas 218.529 ha ini. Sungguh ngirit, hingga lebih menguntungkan. Inco Indonesia tahun lalu membayar pajak dan royalti kepada pemerintah tak kurang dari Rp 3,7 milyar, yang diambilkan dari hasil penjualan bersih sebanyak Rp 109 milyar. Tahun ini Inco Indonesia bertekad meningkatkan produksinya menjadi 77 juta pon -- lebih tinggi 10 juta pon dibanding tahun lalu. Jumlah produksi ini setara 5% dari suplai nikel dunia. "Dalam dua tahun mendatang, produksi Inco akan ditingkatkan lagi menjadi 105 juta pon/tahun, dan semuanya dijual ke Jepang," ujar Benny. Demi pengembangan produksi itulah, Juni lalu, Inco Indonesia mengundang pemegang saham baru: Sumitomo Metal Mining Co. Ltd., yang memasukkan saham kepemilikan 20% senilai US$ 100 juta. Dengan demikian, struktur pemegang saham Inco Indonesia berubah menjadi: 78% Inco Ltd. 20% Sumitomo Metal Mining, dan 2% dipegang oleh konsorsium perusahaan Jepang. Memang pemerintah Indonesia, sejak awal telah ditawari membeli saham Inco Indonesia 2% setiap tahun. Tapi rupanya pemerintah belum berminat. PT Aneka Tambang misalnya, hingga saat ini belum tertarik membeli saham Inco. "Belum terpikirkan," kata A.W. Akil, salah satu direkturnya, kepada TEMPO. Mungkin Juga karena dari tambangnya di Pomalaa (Sul-Sel) dan Gebe (Maluku), PT Aneka Tambang berhasil memproduksi bijih nikel 1.568.842 ton sepanjang tahun lalu. Bachtiar Abdullah (Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus