Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Merosotnya Sudah Digenjot

Diumumkannya paket anti inflasi as merupakan sebab utama merosotnya harga emas. pasaran emas lokal akan ramai lagi dengan adanya panen cengkih. (eb)

29 Maret 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

IA kelihatan tak tenang. Setiap kali diletakkannya koran berbahasa Cina yang ada di tangannya. Lalu sebelah matanya melirik ke jalan, seakan-akan mengharapkan datangnya langganan. Dan siang itu, pekan lalu, pintu toko Budi Lukito, pedagang emas yang turun temurun di Gang Kenanga, bilangan Senen, Jakarta, hanya terbuka separuh. Suasana di pusat perdagangan emas itu akhir pekan lalu memang nampak sepi. "Orang masih ragu-ragu dan belum berani mengadakan transaksi," kata Budi. "Naik turunnya harga emas masih tak menentu." Dua bulan lalu, tepatnya 21 Januari 1980, harga emas murni di pelbagai bursa internasional pernah mencapai US$ 875 per troy ounce (31,1 gram). Atau sekitar Rp 59.000 per troy ounce. Suatu harga puncak yang belum pernah terjadi dalam sejarah harga emas. Ketika itu emas balokan Logam Mulia (LM) di Jakarta sudah mencapai Rp 15.400 per gram. Tapi kemudian sang harga mulai turun lagi, bahkan belakangan ini nampak merosot. Di Jakarta harganya malah sudah di bawah batas Rp 10.000 per gram. Dalam satu hari saja harga emas bisa anjlok sampai US$ 200 per ounce. Maka berbagai koran di Hongkong baru-baru ini memberitakan seorang spekulator emas -- gara-gara terkejut dan merasa tak sanggup mengembalikan kredit bank -- begitu nekat buang diri dari sebuah gedung tingkat lima. "Di sini juga banyak pedagang emas yang hancur," ujar pemilik toko emas Megah Jaya di Proyek Senen. Dalam keadaan seperti sekarang, menurut pedagang emas itu, "saya hanya berani membeli kalau harganya betul-betul murah." Ini memang berbeda dengan keadaan dua bulan lalu, di mana orang mengejar emas. Di saat harga emas jatuh di bawah Rp 10.000 -- atau persisnya Rp 9.750 per gram dua pekan lalu -- para pembeli berkerumun membeli emas perhiasan. seperti kalung, gelang, cincin, bros sampai liontin. "Padahal harga pokoknya berkisar antara Rp 12.000 sampai Rp 14.000 per gram." katanya "Karuan saja etalase perhiasan saya kosong." Gerakan Bankir Eropa Paket anti inflasi yang dilancarkan Presiden Jimmy Carter, dan mulai menguatnya nilai USS, merupakan sebab utama merosotnya harga emas di pasaran dunia. Dalam paket pemerintahan Carter itu, suku bunga deposito di AS telah digenjot ke atas, dari 11-12% menjadi 18,2596 rata-rata setahun. Dan mulai berlaku mulai 17 Maret, saat diumumkannya paket anti inflasi itu. Dengan sendirinya banyak orang yang tadinya memborong emas, ingin beralih menyimpan duitnya dalam bentuk deposito berjangka. Setianto Sumali, seorang bankir swasta di Jakarta menilai perkembangan orang beralih ke deposito masih akan terus berlangsung dalam waktu dekat ini. Selain meningkatkan sukubunga deposito secara tak kepalang tanggung. Presiden Carter juga mengusulkan kepada Kongres untuk menaikkan pajak impor minyak guna menekan defisit anggaran belahja. Bila disetujui, itu diharapan akan semakin menaikkan gengsi US dollar terhadap sekelompok mata-uang asing kuat lainnya. Selain itu, orang Amerika yang melibatkan dirinya dalam perdagangan komoditi (future trading) yang dulunya cukup menyetor 4% kini harus menyetor 20%. Malah kadang-kadang kalangan bursa emas New York minta setoran 40%, dan ini mengurangi nafsu spekulan membeli emas yang penuh daya pesona itu. Sementara orang-orang Amerika menyimpan uangnya dalam deposito, bank-bank di Jerman Barat dan orang Arab yang kaya tidak turun membeli emas di Bursa London maupun Zurich. Akibat semuanya itu harga emas di New York anjlok lagi US$ 57 per ounce menjadi US$ 469 per ounce pada 19 Maret lalu. Atau Rp 292.863 jika setiap dollar Amerika itu dikurs dengan Rp 627. Tapi akhir pekan lalu harga emas balokan itu mendadak melonjak lagi menjadi US$ 563,50 per troy ounce. Sedang bagian pemasaran LM di Jakarta memasang harga Rp 11.200 per gram, naik Rp 1.450 per gram dibandingkan dengan harga 19 Maret lalu. Faktor utama di belakang kenaikan harga emas ini menurut bankir Setianto Sumali. "karena gerakan bank-bank di Eropa yang menurunkan sukubunga deposito dari 19% setahun menjadi sekitar 16-17% setahun." Akan Naik Terus Menurut kalanan pedagang emas di Jakarta, "tak ada seseorang yang menyetel naik-turunnya harga emas itu." Mereka mengakui sebagai komoditi emas amat peka terhadap perkembangan situasi dunia. Ketegangan yang terjadi di Afghanistan, krisis Iran-AS yang belum kunjung selesai, ikut mempengaruhi harga emas. Para pengamat di luar negeri meramalkan harga emas ini dalam jangka panjang akan naik terus. Dana Moneter Internasional (IMF) yang setiap bulan melempar emas ke pasaran bebas untuk menekan harga logam mulia itu diperkirakan April nanti tidak akan menjual lagi emasnya. "Stok sudah menipis," kata beberapa bankir di Jakarta. "Begitu juga bank-bank di Amerika Serikat tak punya cukup persediaan emas." Buat pasaran di Indonesia, Daniel Nazir, Kepala Pemasaran PP Unit Logam Mulia berangapan, harga emas pasti akan naik lagi. Bagi para petani yang tak mengenal bank, mulainya panen sekarang akan membuat sebagian petani yang punya uang membeli emas. Juga petani cengkih yang sejak Maret ini mulai panen, diperkirakan akan ikut meramaikan lagi pasaran emas lokal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus