IA kelihatan tak tenang. Setiap kali diletakkannya koran
berbahasa Cina yang ada di tangannya. Lalu sebelah matanya
melirik ke jalan, seakan-akan mengharapkan datangnya langganan.
Dan siang itu, pekan lalu, pintu toko Budi Lukito, pedagang emas
yang turun temurun di Gang Kenanga, bilangan Senen, Jakarta,
hanya terbuka separuh. Suasana di pusat perdagangan emas itu
akhir pekan lalu memang nampak sepi. "Orang masih ragu-ragu dan
belum berani mengadakan transaksi," kata Budi. "Naik turunnya
harga emas masih tak menentu."
Dua bulan lalu, tepatnya 21 Januari 1980, harga emas murni di
pelbagai bursa internasional pernah mencapai US$ 875 per troy
ounce (31,1 gram). Atau sekitar Rp 59.000 per troy ounce. Suatu
harga puncak yang belum pernah terjadi dalam sejarah harga
emas. Ketika itu emas balokan Logam Mulia (LM) di Jakarta sudah
mencapai Rp 15.400 per gram.
Tapi kemudian sang harga mulai turun lagi, bahkan belakangan ini
nampak merosot. Di Jakarta harganya malah sudah di bawah batas
Rp 10.000 per gram. Dalam satu hari saja harga emas bisa anjlok
sampai US$ 200 per ounce. Maka berbagai koran di Hongkong
baru-baru ini memberitakan seorang spekulator emas -- gara-gara
terkejut dan merasa tak sanggup mengembalikan kredit bank --
begitu nekat buang diri dari sebuah gedung tingkat lima.
"Di sini juga banyak pedagang emas yang hancur," ujar pemilik
toko emas Megah Jaya di Proyek Senen. Dalam keadaan seperti
sekarang, menurut pedagang emas itu, "saya hanya berani membeli
kalau harganya betul-betul murah."
Ini memang berbeda dengan keadaan dua bulan lalu, di mana orang
mengejar emas. Di saat harga emas jatuh di bawah Rp 10.000 --
atau persisnya Rp 9.750 per gram dua pekan lalu -- para pembeli
berkerumun membeli emas perhiasan. seperti kalung, gelang,
cincin, bros sampai liontin. "Padahal harga pokoknya berkisar
antara Rp 12.000 sampai Rp 14.000 per gram." katanya "Karuan
saja etalase perhiasan saya kosong."
Gerakan Bankir Eropa
Paket anti inflasi yang dilancarkan Presiden Jimmy Carter, dan
mulai menguatnya nilai USS, merupakan sebab utama merosotnya
harga emas di pasaran dunia. Dalam paket pemerintahan Carter
itu, suku bunga deposito di AS telah digenjot ke atas, dari
11-12% menjadi 18,2596 rata-rata setahun. Dan mulai berlaku
mulai 17 Maret, saat diumumkannya paket anti inflasi itu.
Dengan sendirinya banyak orang yang tadinya memborong emas,
ingin beralih menyimpan duitnya dalam bentuk deposito berjangka.
Setianto Sumali, seorang bankir swasta di Jakarta menilai
perkembangan orang beralih ke deposito masih akan terus
berlangsung dalam waktu dekat ini.
Selain meningkatkan sukubunga deposito secara tak kepalang
tanggung. Presiden Carter juga mengusulkan kepada Kongres untuk
menaikkan pajak impor minyak guna menekan defisit anggaran
belahja. Bila disetujui, itu diharapan akan semakin menaikkan
gengsi US dollar terhadap sekelompok mata-uang asing kuat
lainnya.
Selain itu, orang Amerika yang melibatkan dirinya dalam
perdagangan komoditi (future trading) yang dulunya cukup
menyetor 4% kini harus menyetor 20%. Malah kadang-kadang
kalangan bursa emas New York minta setoran 40%, dan ini
mengurangi nafsu spekulan membeli emas yang penuh daya pesona
itu.
Sementara orang-orang Amerika menyimpan uangnya dalam deposito,
bank-bank di Jerman Barat dan orang Arab yang kaya tidak turun
membeli emas di Bursa London maupun Zurich. Akibat semuanya itu
harga emas di New York anjlok lagi US$ 57 per ounce menjadi US$
469 per ounce pada 19 Maret lalu. Atau Rp 292.863 jika setiap
dollar Amerika itu dikurs dengan Rp 627.
Tapi akhir pekan lalu harga emas balokan itu mendadak melonjak
lagi menjadi US$ 563,50 per troy ounce. Sedang bagian pemasaran
LM di Jakarta memasang harga Rp 11.200 per gram, naik Rp 1.450
per gram dibandingkan dengan harga 19 Maret lalu. Faktor utama
di belakang kenaikan harga emas ini menurut bankir Setianto
Sumali. "karena gerakan bank-bank di Eropa yang menurunkan
sukubunga deposito dari 19% setahun menjadi sekitar 16-17%
setahun."
Akan Naik Terus
Menurut kalanan pedagang emas di Jakarta, "tak ada seseorang
yang menyetel naik-turunnya harga emas itu." Mereka mengakui
sebagai komoditi emas amat peka terhadap perkembangan situasi
dunia. Ketegangan yang terjadi di Afghanistan, krisis Iran-AS
yang belum kunjung selesai, ikut mempengaruhi harga emas.
Para pengamat di luar negeri meramalkan harga emas ini dalam
jangka panjang akan naik terus. Dana Moneter Internasional
(IMF) yang setiap bulan melempar emas ke pasaran bebas untuk
menekan harga logam mulia itu diperkirakan April nanti tidak
akan menjual lagi emasnya. "Stok sudah menipis," kata beberapa
bankir di Jakarta. "Begitu juga bank-bank di Amerika Serikat
tak punya cukup persediaan emas."
Buat pasaran di Indonesia, Daniel Nazir, Kepala Pemasaran PP
Unit Logam Mulia berangapan, harga emas pasti akan naik lagi.
Bagi para petani yang tak mengenal bank, mulainya panen
sekarang akan membuat sebagian petani yang punya uang membeli
emas. Juga petani cengkih yang sejak Maret ini mulai panen,
diperkirakan akan ikut meramaikan lagi pasaran emas lokal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini