Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
AKSI KORPORASI
AP II Bangun Landasan Pacu Ketiga di Soekarno-Hatta
PT Angkasa Pura II (Persero) akan membangun landasan pacu (runway) ketiga di bagian utara Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. "Pembebasan tanah segera dilakukan," kata Presiden Direktur Angkasa Pura II Budi Karya Sumadi kepada Tempo, Senin pekan lalu.
Rencana perluasan 1.000 hektare ini sempat tertunda karena perebutan batas wilayah Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang. Budi menargetkan pembangunan landasan rampung pada 2017. Untuk membiayainya, AP II akan menerbitkan obligasi senilai Rp 1 triliun, paling lambat Desember nanti.
Ekspansi ini untuk menampung pergerakan pesawat yang diprediksi naik menjadi 430 ribu pada 2018. Landasan keempat pun akan dibangun pada 2024 untuk mengatasi pergerakan pesawat yang diperkirakan mencapai 550 ribu pada 2025.
PERDAGANGAN
Beda Pendapat Hasil Uji Beras Plastik
UJI laboratorium terhadap sampel beras asal Pasar Tanah Merah, Bekasi, yang diduga mengandung plastik, memunculkan hasil berbeda. PT Sucofindo (Persero), yang lebih awal memeriksa, menyebut sampel mengandung tiga senyawa pelentur plastik. Namun lima lembaga pemerintah, salah satunya Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), menyatakan sebaliknya: tidak ada senyawa plastik di dalam beras itu.
Juru bicara Sucofindo, Hota Muliana Sibuea, meyakinkan pengujiannya tidak keliru. "Kami yakin hasil laboratorium kami akurat," katanya Rabu pekan lalu. Perbedaan hasil, menurut dia, mungkin disebabkan oleh perbedaan sampel beras. Ia juga memastikan alat uji laboratorium tidak terkontaminasi. "Fasilitas laboratorium kami telah bersertifikat ISO 17025."
Sebaliknya, Kepala BPOM Roy Sparringa meyakinkan tak ada kandungan plastik dan logam berat seperti timbel. Ia menduga Sucofindo tidak melakukan baku pembanding berdasarkan kesepadanan substansi hingga titik leleh. "Kami siap menemui Sucofindo untuk mendiskusikan perbedaan ini."
AKSI KORPORASI
Bayer Tambah Investasi Pabrik
PT Bayer Indonesia menambah investasi 8,1 juta euro atau Rp 116 miliar lebih untuk memperluas pabrik di Cimanggis, Depok, Jawa Barat. Perusahaan berkomitmen menyerap 1.300 tenaga kerja tambahan. "Kami melihat Indonesia sebagai pasar yang penting sekaligus lokasi fasilitas utama untuk mengekspor produk," kata Presiden Direktur Bayer Indonesia Ashraf Al-Ouf, Rabu pekan lalu.
Ia menjelaskan, 75 persen produksi akan diekspor. Dengan peningkatan kapasitas pabrik, pasar akan meluas dari 26 menjadi 58 negara dalam tiga tahun ke depan.
Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan ekspansi Bayer akan meningkatkan devisa. Juga mengurangi peredaran obat dan multivitamin impor. Kementerian Perindustrian mencatat, per triwulan pertama 2015, industri farmasi tumbuh paling kencang, yakni 9,1 persen atau dua kali lipat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sayangnya, nilai impor terus melaju sebesar US$ 959 juta atau sekitar Rp 13 triliun.
PERPAJAKAN
Pendapatan Pajak Diperkirakan Kurang
MENTERI Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro mengatakan target penerimaan pajak yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2015 sebesar Rp 1.295 triliun ada kemungkinan tak tercapai. "Kami sudah menghitung dengan skenario pesimistis, penerimaan pajak kurang Rp 120 triliun," katanya dalam rapat kerja dengan Komisi Keuangan dan Perbankan Dewan Perwakilan Rakyat di Jakarta, Rabu pekan lalu.
Di sisi penyerapan anggaran, realisasi belanja kementerian dan lembaga hingga akhir tahun nanti diperkirakan cuma 92 persen dari pagu Rp 795 triliun. Penyebabnya, belanja subsidi bahan bakar minyak yang mencapai Rp 250 triliun membuat realisasi belanja pemerintah hampir maksimal tahun lalu.
Tahun ini Kementerian Keuangan membuat skenario defisit anggaran paling pesimistis, yakni 1,9-2,2 persen. Kekurangan bujet akan ditutup dari pinjaman multilateral dan bilateral. Penerbitan Surat Utang Negara berdenominasi rupiah akan dikurangi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo