Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Multitasking, Apakah Ada Dampak Buruknya?

Multitasking terkadang terpaksa harus dilakukan, karena beban kerja yang makin tinggi dan sulit membagi waktu

10 Maret 2023 | 21.12 WIB

Ilustrasi multitasking. thenewdaily.com.au
Perbesar
Ilustrasi multitasking. thenewdaily.com.au

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Kemampuan mengerjakan dua atau lebih pekerjaan sekaligus ciri aktivitas yang multitasking. Mengutip Medical News Today, sejak pertengahan 1990-an, rangkaian penelitian telah dilakukan dan menunjukkan alih-alih seseorang melakukan multitasking, otak manusia hanya bisa mengerjakan hal secara bergantian.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Multitasking terkadang terpaksa dilakukan, karena beban kerja yang makin tinggi dan sulit membagi waktu. Itu sebabnya, multitasking menjadi suatu pilihan untuk memenuhi keterbatasan waktu dengan beban kerja yang tak seimbang. Orang yang sering beraktivitas multitasking bisa mengalami pengurangan bagian gray matters di otaknya. Bagian tersebut berfungsi untuk mengendalikan emosi, motivasi, dan kemampuan kognitif.

Dampak buruk multitasking

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

1. Stres

Multitasking  rentan menyebabkan stres kronis. Mengutip Psychology Today, kelompok mahasiswa yang sering multitasking berisiko mengalami peningkatan stres. Sebab, multitasking memproses terlalu banyak informasi daripada biasanya. Semakin banyak informasi yang diproses membuat kadar stres mengalami peningkatan.

2. Produktivitas dan efisiensi berkurang

Orang-orang yang melakukan multitasking menyatakan, melakukan hal tersebut untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Namun, faktanya berlawanan. Beberapa pelajar dan pekerja yang menjadi subjek dalam penelitian menunjukkan, multitasking berakibat pekerjaan selesai dengan kualitas yang tidak baik.

3. Performa turun

Menurut Harvard Business Review, diperlukan waktu sekitar 15 menit untuk bisa kembali fokus aktivitas utama yang sedang dilakukan setelah menyambi kegiatan lainnya. Sebab, otak tidak bisa melakukan berbagai aktivitas sekaligus, tetapi bergantian.

Efisiensi performa bisa turun sebanyak 40 persen saat melakukan tugas ganda sekaligus dalam waktu yang sama. Itu menyebabkan memori jangka panjang dan kreativitas seseorang berkurang. Contoh multitasking, saat seseorang sedang melakukan panggilan dan secara bersamaan diberikan barang-barang untuk dipegang, ia akan menerima tanpa bertanya.

4. Masalah proses informasi

Otak manusia terhubung untuk merespons pesan sosial dengan kuat, verbal maupun nonverbal. Pesan sosial bisa diartikan sebagai interaksi. Saat ini distraksi atau pengalihan perhatian tersebab media sosial. Status dan kesadaraan sosial dianggap penting, akibatnya informasi yang berkaitan dengan hal tersebut sering diproses secara otomatis, apa pun aktivitas yang sedang dilakukan.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus