Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Doni Tirtana, pemilik PT Lorco Menara Multimedia, hati-hati menghitung ulang ongkos produksi sejumlah proyek yang digarap perusahaannya tahun ini. Salah satu kliennya, sebuah perusahaan tambang minyak multinasional, meminta pemotongan nilai kontrak pembuatan computer training. Doni terpaksa mengurangi spesifikasi pekerjaannya. "Biasanya, untuk pengisi suara, kami pakai pekerja asing. Sekarang ganti voice talent lokal," kata Doni kepada Tempo, Selasa pekan lalu. "Lumayan banyak, turunnya (biaya produksi) sampai 50 persen."
Lorco, perusahaan jasa multimedia yang dibangun Doni pada 2007, menjadi pemasok untuk berbagai model kampanye keselamatan dan kesehatan kerja (K3) risiko tinggi. Bentuknya berupa poster keselamatan, rambu, video pelatihan, video orientasi, dan aneka pelatihan lain lewat jaringan komputer. Daftar klien Lorco cukup panjang di sektor minyak dan gas bumi di Indonesia. Ada juga perusahaan manufaktur, pertambangan mineral, dan lainnya.
Doni menuturkan, pendapatan dan kontrak perusahaannya menurun signifikan selama triwulan pertama tahun ini. Ada beberapa kontrak yang sudah hampir ditandatangani terpaksa dibatalkan, ada juga proyek yang sudah deal akhirnya tak jadi dieksekusi. Lorco pun tak ragu menerima renegosiasi, misalnya dengan mengurangi nilai kontrak. "Tidak apa-apa, yang penting dapur tetap ngebul," ujar Doni, yang mengaku pendapatannya turun 20-30 persen.
Kondisi itu terjadi sebagai dampak anjloknya harga minyak dunia sejak November tahun lalu. Harga minyak dunia, yang stabil di atas US$ 100-an per barel hingga pertengahan tahun lalu, terus merosot ke US$ 40-an per barel awal tahun ini. Akibatnya, perusahaan migas melakukan efisiensi di sana-sini guna menyelamatkan neraca keuangan. Aneka manuver untuk efisiensi tersebut berimbas langsung ke industri penunjang migas.
PT Heat Exchangers Indonesia, pabrik mesin pengeboran sumur migas, juga merasakan pengaruhnya. Perusahaan terpaksa merumahkan sejumlah pegawai dan menunda perekrutan karyawan baru akibat berkurangnya order pekerjaan dari klien. "Kalau bonus, sudah sejak dulu tidak ada," kata Satoto Subandono dari Bagian Human Resources PT Heat, melalui pesan pendek.
Jasa pelayaran turut berduka. Direktur Utama Andhika Lines, Carmelita Hartoto, mengatakan banyak kapal kargo dan pengangkut menganggur akibat penundaan kontrak oleh perusahaan migas. Selama ini angkutan minyak, angkutan kru tambang ke lokasi, dan sebagainya menggunakan jasa pelayaran. "Pendapatan turun sekali, paling tidak 30 persen," kata Carmelita, yang juga Ketua Asosiasi Pemilik Kapal Indonesia (INSA).
Bagi pelaku sektor migas atau kontraktor kontrak kerja sama (KKKS), efisiensi adalah keharusan. Di seantero dunia, semua produsen berlomba-lomba melakukan beragam penghematan agar bisa bersaing. Menurut direktur utama produsen migas PT Energy Mineral Langgeng, Kikin Abdul Hakim, apa yang terjadi saat ini merupakan efek "pesta pora" harga minyak tinggi beberapa tahun terakhir. Tatkala harga minyak mencapai US$ 140 per barel, semua perusahaan bekerja menggali dan menyedot minyak. Akhirnya semua biaya ikut terkerek seiring dengan naiknya keuntungan, termasuk fasilitas, bonus, tantiem, dan tunjangan lain-lain bagi pekerja. "Sekarang semua berusaha kembali ke minimum cost dengan macam-macam cara," kata Kikin.
Chevron, seperti dikutip Reuters, berencana membatasi pengeluaran modal dan menurunkan biaya, meski tetap menargetkan kenaikan produksi dari 2,57 juta barel per hari (2014) menjadi 3,1 juta barel per hari pada 2017. Menurut CEO Chevron, John Watson, pihaknya berencana menjual US$ 15 miliar aset hingga 2017 untuk mempertahankan dividen bagi pemegang saham. Selain itu, program divestasi diperluas hingga 50 persen dari target sebelumnya. Chevron menghentikan program buyback saham dan, dalam beberapa bulan terakhir, menarik diri dari usaha eksplorasi di Polandia, Rumania, Lituania, dan Ukraina.
Perusahaan minyak besar lain, termasuk ExxonMobil dan Royal Dutch Shell, juga telah memangkas belanja. Exxon mengumumkan rencana mengurangi pengeboran. Perusahaan jasa minyak, Halliburton dan Schlumberger, bahkan telah mengumumkan lay off sebagian karyawannya. Efisiensi perusahaan multinasional itu tentu saja berlanjut hingga ke unit usaha mereka di Indonesia.
Dony Indrawan, Manager Corporate Communication Chevron, menyebut penurunan harga sebagai siklus pasar. Ketika pasokan minyak lebih besar daripada permintaan, harga minyak akan turun. Demikian pula sebaliknya. Dalam 30 tahun terakhir, sudah terjadi lima kali penurunan harga hingga 50 persen dari harga sebelumnya, seperti saat ini. "Kami yakin kondisi pasar energi dalam jangka panjang tetap menarik," kata Dony melalui surat elektronik.
?Dony mengakui perusahaannya aktif melakukan efisiensi di semua rantai pasokan untuk mengurangi biaya secara keseluruhan. Meski begitu, Chevron memastikan tidak akan mengurangi target lifting produksi 300 ribu barel per hari atau 40 persen target nasional. Rencana investasi tidak ada yang dikurangi, walaupun sejumlah proyek ditinjau kembali.
Adapun British Petroleum, perusahaan minyak asal Britania Raya, terpaksa memotong 25 persen kontrak ke pihak ketiga. Mereka juga memulangkan hampir 20 persen karyawan ekspatriat dan menunda rekrutmen baru. Christina Verchere, BP Regional President Asia-Pacific, mengatakan efisiensi usaha hulu merupakan upaya korporasi bersaing dengan pemain global lainnya. "Sebagai hasil dari kegiatan simplifikasi yang kami lakukan. Kami percaya BP berada dalam posisi yang kuat dalam kondisi penyesuaian harga ini," kata Verchere.
Arividya Noviyanto, VP Finance Total E&P Indonesie, menyatakan tengah memeriksa ulang jumlah sumur yang akan dibor tahun ini. Hal itu sudah disampaikan dalam revisi WP&B (rencana kerja dan anggaran) ke Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). Dari optimalisasi operasi, efisiensi, dan renegosiasi biaya jasa serta pembekuan rekrutmen, perusahaan menargetkan penghematan hingga 15 persen.
Menanggapi kegelisahan pelaku industri, SKK Migas berencana mempercepat revisi WP&B para kontraktor, dari sedianya pertengahan tahun menjadi April ini. Satuan kerja ini akan melihat satu per satu proposal revisi yang diajukan 330, yakni 70 kontraktor yang sudah berproduksi dan 260 yang dalam tahap eksplorasi. "Nanti 6 April akan dimulai," kata Deputi Pengendalian Perencanaan SKK Migas Aussie B. Gautama kepada Tempo di kantornya, Rabu pekan lalu.
Menurut Aussie, ada beberapa perusahaan yang ingin membatalkan atau menunda proyek yang tingkat keekonomiannya pas-pasan atau malah negatif. Itu terjadi karena tidak semua sumur ongkos produksinya sama. Proyek kecil pasti terkena program pengetatan tersebut. Ia yakin pada akhirnya akan ada titik keseimbangan baru. Misalnya, pemilik rig menurunkan harga sewa hingga 20 persen agar kapasitasnya tidak turun.
Pelaksana tugas Direktur Jenderal Migas I Gede Nyoman Wiratmadja Puja mengatakan target produksi tahun ini seharusnya tidak terlalu terganggu oleh pelemahan harga minyak. Sesuai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2015, lifting produksi minyak ditargetkan 825 ribu barel per hari. "Target lifting masih kami usahakan (tidak turun)," katanya. Proyek besar migas, seperti Tangguh Train 3 dan Blok Cepu, dipastikan juga tetap jalan.
Agus Supriyanto, Bernadette Christina Munthe
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo