Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Investor masih mempertahankan aset kripto meski nilainya melemah.
Kenaikan bunga The Fed mempengaruhi nilai aset kripto.
Pengawasan bank akan lebih ketat agar tidak banyak yang terpapar fluktuasi nilai aset kripto.
MUKHTAR Juned kini enggan memantau pergerakan harga koin kripto. Padahal dulu hingga tengah malam ia betah memelototi platform online penjualan aset kripto Indodax. Sejak nilai kripto ambles beberapa bulan terakhir, portofolionya merosot. Mukhtar pun memilih tidak menengok perkembangan pasar uang virtual itu lagi. “Males ngintipnya,” ia bercerita kepada Tempo pada Selasa, 21 Maret lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mukhtar, karyawan perusahaan milik negara di Aceh, kesal lantaran harga koin kripto yang ia simpan berguguran. Padahal di saat yang sama nilai Bitcoin (BTC) malah naik. Namun ketika harga BTC turun, nilai koin kripto lain turun lebih tajam. Mukhtar tak ingin pengalaman pahitnya pada 2018 terulang. Saat itu uang ratusan juta rupiah miliknya amblas gara-gara harga Dogecoin (DOGE) nyungsep dari Rp 100 menjadi hanya Rp 45 per koin. Meski begitu, Mukhtar tak melepas sisa DOGE yang ia simpan saat ini. Padahal nilai token kripto favorit bos Tesla Inc, Elon Musk, ini naik-turun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Fluktuasi nilai DOGE memang kerap terpengaruh celotehan Elon Musk di media sosial Twitter. Karena itu pula Musk dijuluki "Doge Father". Sebagai contoh, pada 13 Februari lalu pernyataan singkatnya di Twitter mendongkrak nilai DOGE. Saat itu dia hanya membalas cuitan Genevieve Roch-Decter, pendiri Grit Capital, yang mengunggah foto Musk duduk bersama pemilik Fox News, Rupert Murdoch, saat menonton pertandingan National Football League di State Farm Stadium Glendale, Arizona, Amerika Serikat. "What are they talking about?” kata Roch-Decter. Kurang dari satu setengah jam kemudian, Musk menyahut: “Dogecoin.” Celetukan itu disambut pasar. Dalam waktu 15 menit, harga DOGE naik US$ 0,08171 menjadi US$ 0,0857.
Ilustrasi Dogecon dan Elon Musk. REUTERS/Dado Ruvic
Yang teranyar pada Kamis, 23 Maret lalu. Saat itu Musk terlibat perdebatan di Twitter. Ia mengirim peringatan kepada Presiden Amerika Serikat Joe Biden setelah bank sentral The Federal Reserve menaikkan suku bunga untuk kesekian kali. "The banks are melting," Musk mengomentari cuitan Biden yang tengah memamerkan capaian tahun pertamanya di bidang perubahan iklim.
Tak seberapa lama, tiga bank di Amerika Serikat, yaitu Silicon Valley, Signature, dan Silvergate, tumbang hampir bersamaan. Penyebabnya antara lain kenaikan suku bunga yang membuat mereka merugi. Silvergate dan Signature adalah bank yang memfasilitasi industri kripto sehingga memicu spekulasi kebangkrutan mereka berkaitan dengan industri kripto.
Meski banyak pedagang dan pemain kripto memperhatikan celotehan Elon Musk, Ayi Jufridar berbeda cara. Budayawan, wartawan, sekaligus dosen di Universitas Malikussaleh, Kota Lhokseumawe, Aceh, ini cenderung bersikap konservatif. Menurut Ayi, koin kripto seperti celengan yang bisa diambil saat dia membutuhkan uang, bukan ketika harganya melambung karena cuitan Musk.
Pada pertengahan Maret lalu, misalnya, Ayi melepas 500 koin USDT atau United States Dollar Tether. USDT masuk golongan stablecoin atau aset kripto yang dirancang memiliki nilai yang sama dengan mata uang biasa. Saat itu dia mendapat duit tunai Rp 6,9 juta. Sebulan sebelumnya, ia mencairkan jumlah koin yang sama dan mendapat Rp 7,2 juta. Ayi merasa tak merugi karena ia mendapatkan koin dari setiap tulisan dan foto yang diunggah di platform media sosial steemit.com dan hive.blog—media berbasis blockchain dan cryptocurrency yang memberikan imbalan dalam bentuk koin Hive.
Ayi biasa mengkonversi koin Hive menjadi USDT di platform bursa kripto Binance. Sebagian koin dicairkan menjadi uang sesuai dengan kebutuhan. Sisanya diinvestasikan lagi dalam bentuk mata uang kripto lain. Saat ini ia menyimpan koin Ethereum (ETH), Cardano (ADA), XRP, STEEM, Hive, dan BTTC. “Ini hasil investasi kreatif saya,” katanya pada Sabtu, 25 Maret lalu.
•••
PENURUNAN nilai aset kripto alias crypto winter mungkin berlangsung lama. Data coinmarketcap.com pada 25 Maret 2023 pukul 10.00 WIB menunjukkan warna merah, yang berarti penurunan nilai, pada mayoritas aset kripto. BTC melemah 2,12 persen dalam waktu 24 jam di posisi US$ 27.623,02 atau sekitar Rp 418,93 juta per koin. ETH turun 2,88 persen dalam waktu 24 jam menjadi US$ 1.760,49 (sekitar Rp 26,69 juta).
Peneliti Bursa Efek Indonesia yang pernah membuat kajian mendalam tentang pasar mata uang kripto di Indonesia, Poltak Hotradero, menyatakan crypto winter belum akan berlalu. "Musim dingin" aset kripto, dia menuturkan, diperparah kenaikan suku bunga The Fed yang juga berlanjut. Nilai kripto tak lepas dari bunga The Fed karena, "Kripto tercipta saat suku bunga The Fed sekitar 0 persen,” ujar Poltak pada Jumat, 24 Maret lalu.
Poltak memberi contoh, saat bunga The Fed atau Fed Funds Rate (FFR) mencapai 0 persen pada akhir 2019 hingga akhir 2022, harga BTC naik sampai US$ 70 ribu (Rp 1 miliar lebih) per koin. Sebaliknya, nilai BTC terus merosot seiring dengan kenaikan FFR setahun terakhir. The Fed kembali menaikkan suku bunga inti untuk kesembilan kalinya sebesar 0,25 persen menjadi 4,75-5 persen. Gubernur The Fed Jerome Powell pada Rabu, 22 Maret lalu, menyatakan kenaikan bunga berlanjut hingga inflasi bisa turun menjadi 2 persen.
Baca: Naik Turun Aset Kripto
Menurut Poltak, pasar memperkirakan target inflasi Amerika Serikat baru akan tercapai pada 2025-2026. “Perjalanan The Fed masih panjang.” Artinya, penurunan nilai mata uang kripto masih akan cukup tajam. Apalagi, Poltak melanjutkan, otoritas akan lebih ketat mengawasi bank yang berurusan dengan kripto agar kasus ambruknya Silicon Valley Bank, Signature Bank, dan Silvergate Bank tak berulang.
Pengawasan ketat segera berlangsung. Komite Basel Pengawasan Bank, bagian dari Bank for International Settlement—lembaga keuangan internasional yang dimiliki bank sentral seluruh dunia—akan merampungkan standar kebijakan eksposur bank pada aset kripto. Salah satunya adalah pencadangan modal sebesar 1.250 persen bagi bank yang mempertahankan eksposur aset kripto tipe 2. Kripto tipe 2 adalah koin atau aset yang lebih berfungsi sebagai perangkat teknologi blockchain ketimbang alat pembayaran. Yang termasuk aset kripto tipe 2 antara lain Ethereum dan Cardano.
Poltak mengatakan, dengan aturan kewajiban pencadangan modal sebesar 1.250 persen, tidak ada bank yang berani menyentuh atau memfasilitasi transaksi aset kripto. “Karena memang risikonya sangat besar,” tuturnya.
Tapi Wasis Gunarto, cofounder Blocktogo—konsultan blockchain—masih optimistis. Apalagi, kata dia, nilai BTC mulai menguat kembali. Ia menilai ada keterkaitan antara kripto dan aset yang menjadi incaran lembaga pengelola dana lindung atau hedge fund seperti emas. Wasis, yang juga Direktur Utama PT Kopitiam Oey Indonesia, menilai uang kripto sebagai salah satu tempat penyimpanan aset karena membagi portofolio. Selain berinvestasi di koin kripto, Wasis menyimpan aset dalam bentuk saham dan obligasi. "Ini soal keseimbangan berinvestasi.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo