Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Nusakambangan Untuk Jenisnya Si ...

Nusakambangan dapat dipakai untuk tempat hukuman kriminil, untuk mencegah penyelundupan yang termasuk dalam tindak pidana subversi ekonomi. penyelundupan menyebabkan mahalnya produksi dalam negeri. (eb)

21 Februari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMBAK menembak dengan penyelundup di Tanjung Priok? Berita ini -- yang tersiar dua minggu yang lalu -- kemudian dibantah. Rupanya betapapun getolnya petugas dan betapapun beraninya para penyelundup, peristiwanya konon tak seseram itu. Menurut keterangan resmi yang terjadi adalah: Selasa Pebrari tengah malam itu empat penyelundup melawan lima petugas Patroli Keamanan Bandar (PKB). Belum selesai, dari pantai datang tiga perahu kurang-lebih berisi 20 orang tenaga bantuan buat penyelundup. Dari arah bantuan ini terdengar bunyi ledakan, "mirip tembakan pistol". Patroli keamanan lantas menembaki perahu si penyelundup sampai bocor. Tapi para penyelundup berhasil lari. Tak diketahui apakah perahu itu tenggelam bersama isinya...... Meskipun tanpa tembak-menembak seru, yang terjadi tetap menunjukkan penyelundupan (dan bagaimana mencegahnya) bukan kerja main-main. Apalagi menghadapi masa prihatin, ketika Indonesia harus mencicil hutang Pertamina yang jumlahnya mempesonakan itu dan pendapatan negara harus dirapikan. Maka tak kurang dari Kepala negara sendiri yang berkata keras. Presiden minggu lalu khusus menginstruksikan dilaksanakannya pengawasan dan penindakan terhadap kegiatan penyelundupan ini. Siapapun orangnya. Bahkan, kalau perlu "gunakan Nusakambangan", kata Presiden menyebut pulau tempat hukuman kriminal -- yang kini juga menampung tahanan G-30-S -- di seberang Cilacap, Jawa Tengah itu. Penyelundupan nampaknya harus juga dilihat sebagai "tindak pidana subversi ekonomi". Maka orang pun ramailah bicara tentang soal ini. Ketika minggu lalu Menteri Perindustrian M. Jusuf meresmikan pembukaan pabrik ban PT Bridgestone Indonesia di desa Perwira, Bekasi, ia juga mengutuk penyelundupan. Ia berkata, bahwa "produksi bertumpuk-tumpuk di gudang, sulit untuk memasarkan, karena dikacau oleh barang-barang impor yang masuk secara tidak wajar dan tidak sah". "No Comment" Kalangan pengusaha dengan sendiriya senang dengan kalimat-kalimat itu. Mohammad Yasin, Wakil Presiden bagian Penjualan pabrik Goodyear menyatakan: "Itulah yang kami tunggu-tunggu". Produksi ban dari sini sering tersaingi oleh ban impor -- yang gelap atau yang terang. Pekik perjuangan baru melawan penyelundup tentu disambut. Tapi Yasin tak lupa menambahkan: "Asalkan betul-betul dilaksanakan". Sikap gembira tapi pakai reserve ini memang umum di antara industriawan nampaknya. Termasuk di industri elektronika, yang terkenal paling parah terkena barang selundupan. Mohammad Gobel, Presiden Direktur National Gobel, pemegang Satyalancana di bidang industri elektronika itu, menjawab cuma no comment. Keterangan lebih lanjut tentang penyelundupan tak perlu. "Baiklab kita tunggu dan lihat sampai di mana hasilnya", katanya. Sikap yang mirip terdapat juga pada para importir, Pimpinan GINSI (Gabungan Importir Seluruh Indonesia) di kantornya di Harmoni Jakarta. Mengucapkan kata-kata yang sudah bisa diduga: "menyambut baik segala tindakan pemerintah untuk mengikis segala bentuk penyelundupan", "penyelundupan bukan saja mengurangi masuknya uang ke kas negara, tapi juga menimbulkan persaingan tidak sehat di pasaran". "sanksinya harus tegas", "selain menindak tegas para pelakunya, juga harus menindak petugas yang ikut terlibat, dan seterusnya. Jika kalimat-kalimat itu kurang tak terdengar ada yang baru, mungkin karena soal penyelundupan itu sendiri ya tidak baru. Pimpinan GINSI condong melihat soalnya juga dari kenyataan mahalnya barang produksi didalam negeri. "Selagi harga di dalam negeri lebih mahal, selundupan selalu berusaha masuk", katanya. Contohnya menurut mereka, obat. Setelah import distop, harga obat yang banyak dipakai (bukan obat patent) naik rata-rata 30-40 persen. Contoh lain terigu. Di Singapura gandum juga diimport. Sementara itu gandum kebutuhan pabrik terigu adalah hasil grant dan buruh murah. Tapi harga lebih mahal. "Jangan Latah" Bagi para konsumen tentunya asal barang murah, sudahlah, asal mutu baik . Tak peduli dari mana. Dan bagi para petugas, tak selamanya mudah menebak taktik penyelundup -- yang biasanya pandai memalsukan jenis, kwalitas, jumlah dan harga barang yang dimasukkan lewat Bea Cukai. Belum lagi adanya uang sogok yang kini sudah terlalu membosankan untuk disebut-sebut. Nampaknya kerasnya kalimat anti-penyelundupan di tingkat atas antara lain justru karena kurang efektifnya kerja di tingkat bawah selama ini. Dan tanpa kerapian di segala lapisan aparat, mau diapakan itu penyelundup? "Jangan latah", kata Adpel Tanjung Priok Habibie mengecam orang yang ikut-ikut bicara soal penyelundupan setelah Kepala Negara kasih peringatan . Baginya tentu saja menghadapi penyelundup bukan soal baru. Dan mau tak mau memang orang teringat kembali pada perkara Robby Tjahjadi. Penyelundup mobil-mobil mewah ini pernah dihebohkan. Jaksa Agung Muda pernah mengadakan konperensi pers khusus tentang terbongkarnya jaringan penyelundup yang dipimpin anak muda dari Sala ini. Jaksa Agung (waktu itu) Sugih Arto pernah membayangkan hukuman sampai 20 tahun buat Robby yang tertangkap itu. Setelah sampai ke tingkat banding, Robby yang merugikan negara sebanyak hampir Rp 608 juta itu ternyata hanya dihukum 2 tahun 6 bulan, dengan denda Rp 25 juta. Bagi banyak orang hukuman itu kurang adil karena dibandingkan dengan nasib seorang penjahat kecil yang menggaet Rp 9000 dan dihukum 6 tahun. Tapi dengan teringat Robby sekalipun, yang kini sudah bebas, tak berarti pemerintah kali ini tidak lebih serius. Silakan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus