Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan capaian inklusi keuangan sebesar 90 persen pada akhir 2024. Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Friderica Widyasari Dewi, menyebut inklusi keuangan ini perlu ditingkatkan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
“Literasi keuangan juga penting dimiliki supaya masyarakat semakin melek produk dan jasa keuangan,” ujar Friderica dalam konferensi pers di gedung Soemitro Djojohadikusumo OJK, Jumat, 7 Oktober 2022.
Untuk meningkatkan inklusi dan literasi keuangan, OJK memandang, pandai memilih produk dan jasa keuangan yang tepat dan benar adalah hal paling utama. “Jangan sampai terkena skema-skema penipuan berkedok tentang penawaran keuangan.”
Baca juga: Kisah CEO Pluang Jatuh Bangun Buka Peluang Investasi Bagi Masyarakat Indonesia
Friderica menyebut tingkat literasi dan inklusi keuangan untuk masyarakat perdesaan masih di bawah tingkat nasional. Karenanya, sebagaimana Perpres Nomor 114 tahun 2020, sasaran keuangan inklusif ditujukan untuk masyarkat di daerah 3T atau tertinggal, terdepan, dan terluar.
“Korban penipuan berkedok investasi ini banyak sekali terjadi di desa-desa. Tugas kami adalah supaya literasi dan inklusi keuangan di masyarakat pedesaan juga semakin meningkat,” ujar Friderica.
Lebih lanjut, Friderica mengatakan inklusi keuangan akan membangun stabilitas keuangan. Sebab, peningkatan simpanan dan investasi mampu menciptakan sumber dana yang stabil bagi perkembangans sektor keuangan.
“Financial stability untuk financial inclusion. Sebenarnya, dua arah jadi inklusi keuangan penting untuk stabilitas keuangan dan sebaliknya, jika stabilitas keuangan stabil akan semakin meningkatkan inklusi keuangan,” ujar Friderica.
Baca: Prudential Syariah Percepat Literasi Keuangan Syariah Indonesia
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini