Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Berita Tempo Plus

Pasokan Daging Sapi Belum Mencukupi

Produksi sapi dan daging sapi Australia diklaim meningkat.

23 Maret 2021 | 00.00 WIB

Pedagang daging melayani calon pembeli di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, 19 Januari 2021. Tempo/Nurdiansah
Perbesar
Pedagang daging melayani calon pembeli di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, 19 Januari 2021. Tempo/Nurdiansah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ringkasan Berita

  • Pemerintah memperkirakan pasokan daging sapi belum bisa memenuhi kebutuhan tahun ini.

  • Ada upaya meningkatkan populasi ternak sapi di berbagai daerah.

  • Australia memberi peluang tambahan pasokan daging sapi untuk Indonesia.

JAKARTA – Pasokan daging sapi diperkirakan belum bisa memenuhi kebutuhan tahun ini. Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Peternakan dan Perikanan Kementerian Koordinator Perekonomian, Pujo Setio, mengatakan masih ada kendala impor akibat karantina wilayah atau lockdown di sejumlah negara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Kendala lainnya, kata Pujo, adalah kenaikan harga daging sapi dan sapi bakalan di negara pemasok serta keterbatasan kapal atau kontainer pengangkut. "Ini menyebabkan pasokan daging untuk Indonesia tidak sebaik tahun-tahun sebelumnya," ujar dia, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Menurut Pujo, pemerintah tengah berupaya memenuhi kebutuhan daging dengan meningkatkan populasi ternak sapi. Salah satunya dengan peternakan terintegrasi, program 1000 Desa Sapi, program Sapi Kerbau Komoditas Andalan (Sikomandan), serta program Bank Pakan.

Pujo mengatakan pemerintah melanjutkan impor sapi bakalan yang dinilai memberikan nilai tambah ketimbang hanya melakukan impor daging. Menurut dia, ada kemudahan impor sapi bakalan lewat Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko.

Daging sapi impor asal Australia di gudang Bulog, Jakarta, 2016. TEMPO/Tony Hartawan

Berdasarkan peraturan tersebut, penggemukan sapi membutuhkan waktu lebih singkat atau paling cepat 2,5 bulan sejak selesainya karantina hewan yang dibuktikan dengan sertifikat pelepasan. Sebelumnya, kata dia, butuh waktu empat sampai lima bulan untuk penggemukan. "Dengan waktu yang lebih singkat, diharapkan akan mempercepat penyediaan pasokan daging," ucap dia.

Chief Representative Meat and Livestock Australia (MLA) Indonesia, Valeska, memperkirakan pasokan sapi atau daging dari Australia akan membaik tahun ini. Hal ini terjadi karena curah hujan yang lebih baik tahun ini akan berdampak pada peningkatan pakan. "Para peternak dan feedlotter (penggemukan ternak) Australia memanfaatkan kondisi ini," ujar dia 

Valeska memperkirakan populasi sapi tahun ini tumbuh 2 persen menjadi 25,2 juta ekor. Ia mengatakan 1 juta ton daging sapi dan 1 juta ekor sapi hidup akan diperdagangkan ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Karena Indonesia memiliki keunggulan komparatif, Valeska mengatakan ada alokasi lebih dari 50 persen dari stok yang ada. 

Ketua Komite Tetap Industri Peternakan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Yudi Guntara Noor, meminta pemerintah memperhatikan ketersediaan daging dengan melihat kondisi tahun ini. Tahun lalu, kata dia, feedlotter masih memiliki 200 ribu ekor sapi dan ada tambahan pasokan dari importir, sehingga tidak terjadi gejolak harga dan suplai.

Tahun ini, kata Yudi, stok dan harga sapi dari Australia semakin terbatas. Dia juga memperkirakan sapi baru tersedia setelah Lebaran. Sapi-sapi yang ada untuk Ramadan dan Idul Fitri saat ini adalah yang didatangkan pada Januari lalu, saat harganya sudah lebih tinggi. "Yang menjadi masalah, jumlah yang ada sekarang di feedlotter hanya 40 persen-50 persen dari stok sapi tahun lalu. Tak pernah lebih dari 100 ribu ton," ujar dia.

Dosen Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Rochadi Tawaf, menyarankan agar pemerintah memanfaatkan lahan kosong dalam upaya meningkatkan populasi ternak sapi dan kerbau. Menurut dia, peningkatan ternak sapi dan kerbau di pulau terluar, lahan bekas tambang, ataupun lahan industri perkebunan seperti food estate, bisa menjadi alternatif peningkatan pasokan daging.

"Sampai saat ini, lahan tersebut belum termanfaatkan. Padahal, untuk meningkatkan populasi ternak sapi dan kerbau di pulau terluar, hanya dilepasliarkan dan jumlahnya akan bertambah secara alamiah dalam 2-3 tahun," ujar dia.

Rochadi mengungkapkan hal itu berdasarkan penelitian Unpad di Pulau Moa, Maluku, pada 2007-2011. Saat itu terjadi peningkatan populasi sapi secara ilmiah sebanyak 20,84 persen. Potensi peningkatan populasi pada 2012-2017 mencapai 25.313 ekor. Ia yakin data tersebut masih relevan hingga saat ini.

LARISSA HUDA
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus