Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Penurunan pendapatan diduga menjadi penyebab maskapai kesulitan mengganti suku cadang pesawat.
Penundaan penggantian komponen pesawat sah dilakukan selama tak berdampak pada keselamatan penerbangan.
Pandemi Covid-19 turut menghambat pasokan suku cadang pesawat terbang.
JAKARTA – Tertundanya penggantian komponen rem pada pesawat yang dioperasikan PT Citilink Indonesia ditengarai sebagai salah satu dampak bawaan pandemi Covid-19. Konsultan sekaligus pengamat penerbangan dari CommunicAvia, Gerry Soejatman, mengatakan keuangan maskapai belum pulih karena permintaan penerbangan belum normal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hal ini berimbas pada kemampuan operasional, baik secara langsung maupun tidak langsung. “Saat keuangan tersendat, pembelian suku cadang menjadi berat dan tertunda-tunda. Jadi, ini bukan masalah ketersediaan stok di produsen,” ucap Gerry kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Persoalan suku cadang pesawat mencuat ke publik setelah munculnya surat teguran Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU) Kementerian Perhubungan kepada Citilink pada pekan lalu. Anak usaha Garuda Indonesia itu ditegur karena masih ada penangguhan penggantian komponen rem, yang diistilahkan sebagai open hold item list (HIL), pada 19 pesawat jenis Airbus A320 yang dikelola manajemen.
Teguran itu berkaitan dengan perpanjangan masa berlaku minimum equipment list (MEL), dokumen yang biasanya dipakai maskapai untuk mendapat keringanan dalam pemakaian komponen tertentu. Dalam surat teguran bernomor A4-402/8/3/DKPPU.2021 tersebut, diungkapkan pula bahwa open HIL itu dipicu oleh kondisi NIL (no item list) atau tak tersedianya komponen yang diperlukan. Surat itu pun diarahkan ke PT GMF AeroAsia Indonesia Tbk sebagai pemasok suku cadang dan pemelihara pesawat Grup Garuda Indonesia.
Menurut Gerry, tak ada pelanggaran dalam hal keselamatan penerbangan. Namun terlalu banyak pesawat yang terbang dengan suku cadang lama. “Yang menjadi kekhawatiran Kementerian soal banyaknya MEL pada komponen rem,” ujar dia.
Suasana keberangkatan di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, 25 Oktober 2021. TEMPO/Tony Hartawan
Penangguhan bongkar-pasang perangkat pun dianggap sebagai salah satu langkah maskapai untuk berhemat. Pasalnya, pengajuan MEL untuk beberapa komponen pesawat masih sah, asalkan tak berdampak secara signifikan terhadap pengoperasiannya. “Tapi jangan sampai strategi berhemat untuk jangka pendek malah merugikan di kemudian hari.”
Kepada Tempo, Manajer Keselamatan Rimbun Air Cargo, Yusri Supii, membenarkan ihwal adanya gangguan pasokan suku cadang pesawat ke Indonesia selama masa pandemi. “Secara umum, semua suku cadang jadi terbatas, termasuk part pesawat Airbus yang memang tergolong mahal,” ujar dia.
Alih-alih karena gangguan produksi, dia menyebutkan tak sedikit produsen menahan pengiriman karena kontrak yang belum terbayar. Namun, menurut Yusri, perusahaan manufaktur dalam negeri lazimnya sudah menyiapkan stok yang cukup.
Lewat keterangan tertulis, Vice President Corporate Secretary and Legal PT GMF AeroAsia, Rian Fajar Isnaeni, memastikan seluruh armada yang ditangani perseroannya laik terbang. Perusahaan pun sudah menangani temuan DKPPU terkait dengan open HIL pada armada Citilink. Masalah itu bahkan dituntaskan lewat pembentukan tim khusus yang bersifat sementara.
Rian memastikan selalu ada negosiasi dengan penyuplai kebutuhan suku cadang. “GMF dan Citilink akan senantiasa menjalin komunikasi dan koordinasi dengan DKPPU maupun pihak terkait lainnya untuk menyelesaikan concern dan temuan tersebut.”
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Novie Riyanto, membenarkan munculnya kelangkaan suku cadang pesawat akibat gejolak pandemi Covid-19. Namun dia memastikan komponen utama yang berhubungan dengan keselamatan penerbangan selalu dipenuhi. “Kami awasi case by case. Kalau komponen mayor atau yang sangat tidak dipenuhi, bisa grounded (dilarang terbang),” kata dia. “Tapi, kalau yang minor, masih diizinkan.”
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | YOHANES PASKALIS
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo