Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Pemerintah terus mendorong pemanfaatan terak atau slag atau ampas bijih dari hasil pengolahan bahan tambang. Namun, sesuai dengan regulasi, sampai saat ini terak masih tergolong limbah bahan berbahaya dan beracun atau B3.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengatakan pemerintah ingin menyederhanakan aturan untuk mempermudah pemanfaatan limbah tambang."Nah karena slag termasuk limbah berbahaya B3, jadinya tidak bisa diapa-apain, prosesnya panjang. Nah itu yang kita bicarakan, ini lebih cenderung karena dia banyak jadi disebut B3," ujar Darmin di kantornya, Jakarta Pusat, 30 Agustus 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Darmin, peraturan yang ada di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan akan disederhanakan, sehingga nantinya limbah slag nikel dan slag baja tidak lagi diklasifikasikan sebagai limbah B3. “Karena ini relatif lebih ringan, kita tentu saja tidak sekedar mengubah aturan cuma disederhanakan. Yang penting, boleh ada pengujian untuk memutuskan bukan B3," ujarnya.
Ia mengungkapkan bahwa teknologi saat ini telah bisa memanfaatkan slag nikel dan baja menjadi bahan-bahan untuk bangunan. Jadi menurutnya, slag yang sangat menumpuk itu bisa digunakan dan dapat dikurangi.
"Bisa dibikin untuk lapisan jalan, bahan-bahan bangunan, bahkan ada juga yang menggunakannya dicampur dengan semen di pabrik semen, waktu mau dibikin jadi semen dicampur dulu," tutur Darmin.
Pemerintah juga sedang mendorong untuk para pengusaha tambang membuat smelter. Darmin menjelaskan guna dari smelter sebagai pengolahan bahan tambang guna meningkatkan nilai tambah dari sumber daya mineral., "Supaya pengolahannya dalam negeri, jangan mengirim mentah mentah," ungkap dia.
Untuk membarengi kebijakan pembuatan smelter, pemerintah juga mendorong untuk pemanfaatan limbah. Menurut Darmin, dari sekian ton tanah yang dikeruk untuk diambil mineral paling cuma ada 2-3 persen kandungannya. Ini yang akan menyebabkan menumpuknya slag atau limbah tambang."Diambil dengan metode panas biasanya dipanaskan diambil 2-3 persen sisanya jadi sampah, nah dia jadi sampah sehingga menumpuk nah persoalannya," kata Darmin.