Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah menargetkan ekspor udang naik 250 persen pada 2024 mendatang. Pasalnya, udang berkontribusi hingga 49 persen dalam produksi akuakultur Indonesia yang mencapai 14.845 ton. Nilai ekspor udang juga mencapai Rp 2,2 miliar pada tahun 2021.
“Potensi udang besar, realisasinya juga,” ujar Plt Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Maritim dan Investasi (Marves), Mochamad Firman Hidayat, dalam acara National Shrimp Action Forum di Grand Sahid Hotel Jakarta, rabu, 26 Oktober 2022.
Baca: Ekspor Udang dari Tambak Bekas Tambang
Untuk merealisasikan ini, Firman mengatakan revitalisasi tambak udang tradisional dan intensifikasi tambak swata berkelanjutan menjadi salah satu proyek strategis nasional. Adapun lokasi yang menjadi prioritas proyek ini di antaranya Lampung, Pantura, dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Sejalan dengan target ini, pemerintah menargetkan Indonesia masuk lima besar negara pengekspor perikanan dunia dengan nilai produksi perikanan lebih dari 8 miliar USD. Sementara kini, Indonesia masih menduduki posisi ke delapan dengan nilai produksi sebesar 5,2 miliar USD pada 2020 dan 5,8 miliar USD pada 2021.
“Untuk ekspor udang, kita ditarget 4,3 miliar USD dan baru mencapai 2,2 miliar USD,” ujar Firman.
Adapun dari segi produksi udang yang ditargetkan 2,2 juta ton per tahun, Firman mengatakan realisasinya masih di angka 881 ribu ton pada tahun 2021. Artinya, pemerintah memiliki pekerjaan rumah untuk meningkatkan produksi hingga dua kali lipat dalam dua tahun mendatang.
Di saat yang bersamaan, pemerintah juga dihadapkan pada permasalahan realisasi KUR sektor perikanan yang masih rendah. Tercatat, realiasi KUR perikanan pada 2021 baru sebesar Rp 8,05 triliun dengan debitur sebanyak 231.329. Angka ini jauh di bawah sektor pertanian yang mencapai Rp 69,2 triliun dengan 2.122.665 debitur.
“Kita punya potensi laut yang besar tapi jumlah pembiayaannya masih kecil. Tanpa ada financing, tentu akan sulit mencapai target,” ujar Firman.
Lebih lanjut Menko Marves, Luhut Binsar Panjaitan, mengungkapkan optimismenya mencapai target pada 2024—meskipun tidak mudah. Pasar udang dunia, kata dia, saai ini sekitar 25 miliar USD. Namun, Indonesia baru bisa mencapai market share sebesar 10 persen.
“Persaingan dengan berbagai produsen udang di dunia seperti di Ekuador, Thailand, Vietnam, mengharuskan kita berpikir lebih kreatif, inovatif, dan bertindak lebih cepat,” ujar Luhut yang hadir secara virtual melalui rekaman video, Rabu, 26 Oktober 2022.
Karena itu, Luhut mengatakan antisipasi harus dilakukan dengan mengembangkan integrasi hulu-hilir industri udang yang lebih efisien dan berdaya saing. Hulunisasi, kata dia, bisa dilakukan dengan pengembangan kapasitas, kualitas, dan dan produktivitas. Sedangkan hilirisasi dapat dilakukan dengan pengembangan produk olahan bernilai tambah, juga diversifikasi produk perikanana untuk bisa masuk pasar regional dan global.
“Kita harus perbaiki sistem produksi di hulu, kemudahan perizinan, pembangunan infrastruktur produksi, irigasi dan sistem logistic yang lebih efisien, skema perkreditan yang muda dan murah, serta tata kelola yang transparan dan akuntabel, serta inovasi teknologi manajemen yang didukung afirmasi kebijakan dan regulasi di pusat dan daerah,” papar Luhut.
Baca: Alasan Indonesia Diyakini Bakal Jadi Pengekspor Udang Terbesar
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini