Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat penurunan impor Indonesia pada November 2024 sebesar 10,71 persen dibanding bulan sebelumnya. Nilai impor Indonesia tercatat sebesar US$ 19,59 miliar atau turun 10,72 persen dibandingkan Oktober 2024 (MoM). Namun, dibandingkan November tahun lalu (YoY), nilainya naik tipis 0,01 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menteri Perdagangan (Mendag), Budi Santoso mengatakan, penurunan impor terjadi pada seluruh golongan penggunaan barang pada November 2024. Penurunan impor terdalam dialami bahan baku atau penolong yang turun sebesar 11,97 persen, diikuti barang modal 10,77 persen dan barang konsumsi 0,84 persen (MoM).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Budi, menurunnya kinerja manufaktur dalam negeri menjadi alasan turunnya impor bahan baku atau penolong dan barang modal tersebut. “Pelemahan impor bahan baku atau penolong dan barang modal terjadi seiring dengan berkontraksinya industri manufaktur Indonesia yang diindikasikan oleh skor PMI (Purchasing Managers Index) November 2024 sebesar 49,6,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat, 20 Desember 2024.
Berdasarkan rilis S&P Global, skor PMI Indonesia pada November 2024 berada di angka 49,6 sehingga masih di posisi kontraksi. Meski angka ini naik sebesar 0,4 poin dibanding bulan sebelumnya, tetapi posisi kontraksi manufaktur Indonesia telah berlangsung selama lima bulan berturut-turut sejak Juli 2024.
Dia mencatat, bahan baku atau penolong yang impornya turun signifikan antara lain, gandum, pupuk, kondensat, bijih nikel dan konsentratnya, dan ban kendaraan berat. Sementara itu, impor barang modal yang turun paling dalam adalah generator sinyal, portal atau pedestal jib crane, modul kompresi gas untuk pengeboran minyak, apparatus radio kendali jarak jauh, dan reservoir atau tangki dilapisi atau diisolasi panas.
Impor barang konsumsi yang juga menurun adalah mobil van, mobil sedan listrik, obat analgesik dan antipiretik untuk batuk dan pilek, mobil hibrida, dan mobil station wagon listrik.
Beberapa produk impor nonmigas dengan kontraksi terdalam secara bulanan pada November 2024, antara lain, ampas dan sisa industri makanan (HS 23) yang turun 38,71 persen, bijih logam, terak, dan abu (HS 26) turun 24,77 persen, berbagai produk kimia (HS 38) turun 24,20 persen, karet dan barang dari karet (HS 40) turun 21,11 persen, serta kakao dan olahannya (HS 18) turun 17,37 persen (MoM).
Selanjutnya, berdasarkan negara asal, impor nonmigas Indonesia masih didominasi dari Tiongkok, Jepang, dan Amerika Serikat dengan nilai sebesar US$ 8,78 miliar dan pangsa sebesar 51,58 persen dari nilai impor nonmigas Indonesia. Beberapa negara asal impor nonmigas dengan kontraksi impor pada November 2024 utamanya berasal dari Selandia Baru yang turun 65,92 persen, diikuti Rusia 54,07 persen, Hongkong 43,27 persen, Inggris 38,82 persen, dan Afrika Selatan 32,85 persen (MoM).
Lebih lanjut, selama periode Januari hingga November 2024, total impor Indonesia tercatat sebesar US$ 212,39 miliar atau naik 4,74 persen dibanding periode yang sama tahun lalu (CtC) yang tercatat sebesar USD 202,78 miliar.
“Peningkatan ini didorong oleh meningkatnya impor nonmigas sebesar 5,34 persen dan migas 1,60 persen (CtC),” kata Budi.