Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan forum G20, yang mestinya menjadi tempat berkoordinasi dan menyelesaikan masalah perekonomian global, belum mencapai tujuannya. Sebab, kata dia, setiap negara memiliki retorikanya sendiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Maka yang terjadi adalah kunjungan bilateral. Sekarang Uni Eropa dan Perdana Menteri Jepang datang. Semua akan sibuk traveling untuk diskusi seperti ini," ujarnya di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis, 26 Juli 2018. Forum G20, yang berisi 20 negara dengan ekonomi terbesar di dunia, terbentuk untuk menjalin koordinasi kebijakan guna menghindari krisis keuangan dunia pada 2008 lalu.
Namun, dalam perjalanan forum itu selama sepuluh tahun belakangan, kata Sri Mulyani, negara-negara terus bergerak dan masing-masing punya agenda domestik yang memiliki urgensi tinggi. Padahal kebijakan yang diambil satu negara, khususnya negara besar yang berpengaruh pada dunia, akan menimbulkan dampak komplikasi.
"Umpamanya Presiden Trump, yang ingin menyenangkan konstituennya, versus komitmen untuk membuat dunia lebih terkoordinasi dalam membuat kebijakan, sehingga pertumbuhan ekonomi bisa lebih merata ke seluruh dunia," ucap Sri Mulyani.
Ia menyoroti langkah Amerika Serikat, yang memberikan tarif kepada beberapa negara untuk beberapa komoditas yang berdampak global. Semestinya, Sri Mulyani melanjutkan, setiap persengketaan atau permasalahan yang berdampak pada perekonomian global dibicarakan secara multilateral.
Hal tersebut lantas menjadi tekanan yang besar untuk forum G20. Sri Mulyani menuturkan para pelaku ekonomi di seluruh negara menjadi saling menunggu, bahkan ada yang melakukan langkah menghindar. Dampaknya, investasi dan konsumsi menurun seiring dengan ketidakpastian yang terjadi.
Negeri Abang Sam hingga hari ini masih terus melakukan manuver. Hari ini, kata Sri Mulyani, Presiden Amerika Donald Trump mengumumkan akan melakukan cooling down kepada Eropa. Retorikanya, mereka ingin tarif subsidi dan berbagai hambatan non-tarif dihilangkan. "Di sisi lain, Eropa menyampaikan tidak akan bernegosiasi kalau ada pistol di kepala," tutur Sri Mulyani.
"Nah, dalam konteks ini, G20 yang diharapkan paling tidak kita sepakat sama-sama mendekatkan dan menyelesaikan, yang terjadi adalah retorika masing-masing negara sendiri-sendiri."