Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Perdania, bank patungan pertama

PT Bank Perdania, dirintis yusuf wibisono dkk bersama perusahaan jepang, ishihara sangyo kaisha & daiwa bank. satu-satunya bank asing yang punya cadangan dana besar. 60% dananya dipakai PMA Jepang.

11 Maret 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BANK asing patungan hasil kerja sama Fuji Bank dengan BII (Bank Internasional Indonesia) dari grup Bimoli. Juli mendatang, diperkirkan sudah beroperasi. Ini bukanlah bank patungan asing pertama. Jauh sebelum munculnya Pakto, sudah lahir PT Bank Perdania, bank patungan pertama yanng bisa bertahan sampai sekarang. Bank ini dirintis sejak 1953 oleh beberapa orang Indonesia yang dipimpin Yusuf Wibisono -- ketika itu menjabat Menteri Keuangan -- bersama Ishihara Sangyo Kaisha Ltd., Sebuah perusahaan pertambangan batu bara dari Jepang. Ishihara mempertemukan Daiwa Bank dengan para investor yang dipimpin Wibisono tadi. Tiga tahun kemudian, tepatnya Februari 1956, lahirlah PT Bank Perdania (singkatan dari perdagangan, indutri, dan pertanian). Bank ini ternyata tahan menembus tiga dasawarsa yang penuh gelombang dahsyat. Beroperasi sejak Februari 1958, Perdania mulai dengan modal dari Jepang Rp 50 juta (sama dengan US$ 1.553.690 menurut kurs waktu itu). Pengguntingan uang pada Desember 1965 -- yang memotong Rp 1.000 menjadi Rp 1 -- menyebabkan modalnya tinggal Rp 50.000. Baru pada 1972, Menteri Kehakiman merevaluasi modal Perdania kembali menjadi Rp 500 juta, dengan modal disetor Rp 50 juta. Ketika inflasi berkibar-kibar sampai sekitar 300% di awal 1960-an dan banyak bank gulung tikar, Perdania tetap kukuh. Begitu pula ketika Juli 1964 keluar Dekrit Presiden Soekarno -- yang memerintahkan penutupan bank-bank asing -- Perdania tak diusik, karena 51% pemilikannya di tangan orang Indonesia. Dengan modal asing 49%, maka sesuai dengan UU Perbankan Desember 1967, Bank Perdania berstatus sebagai bank asing. Tapi menurut Presiden Direktur Soedihardjo Harnopidjati, Bank Perdania sebenarnya berbeda dengan bank-hank asing seperti Bank of Tokyo atau Citibank. "Mereka merupakan cabang langsung dari bank asing, sedangkan Daiwa Bank di sini hanya pemodal dan mitra usaha PT Bank Perdania," kata Harnopidjati dalam wawancara TEMPO di kantor pusat Bank Perdania, pekan silam. Harnopidjati -- didampingi Preskom Kemal Fachruddin S. dan tiga direktur Perdania -- membantah sinyalemen yang mengatakan bahwa 11 staf Jepang di Perdania bergaji US$ 3.000 tapi pembukuannya ditulis US$ 20.000. Ini kan berarti setiap tahun minimal ada US$ 2,2 juta ditranfer ke Daiwa Bank (TEMPO, 25 Februari 199). "Itu tidak betul. Setiap minggu Bank Indonesia melakukan kontrol, dan laporan keuangan Perdania selalu diaudit akuntan negara," kata Managing Director Ilham Indro Wibisono. Menurut Harnopidjati, gaji para staf Jepang juga dibayar dengan rupiah .Yang dibayar ke Daiwa hanyalah pinjaman. "Keuntungan Perdania tidak langsung dibagi. Itu diinventasi kembali atau ditahan. Itu bisa dilihat pada cadangan umum di neraca akhir 1988, yang berjumlah Rp 22 milyar lebih," ujar Direktur Urusan Luar Negeri Takeo Suzuki. Bahwa laba Perdania tak dibawa ke Jepang bisa terlihat dari inventasinya. Perdania adalah satu-satunya bank asing yang sudah memiliki gedung sendiri -- berlantai 5 di Jalan Mangga Besar, Jakarta. dan kini tengah membangun lagi sebuah gedung berlantai 8, dengan biaya US$ 16 juta di Jalan Jendral Sudirman, belum termasuk tanah seluas 8.000 m2. Perdania juga memelihara dana cadangan cukup besar -- akhir Desember 1988 berjumlah Rp 22 milyar lebih. "Degan cadangan umum ini, kami bisa memberikan kredit berbunga sekitar 22% per tahun," kata Takeo. Siapa saja nasabah Bank Perdania? Menurut Direktur Urusan Dalam Negeri Seiichi Hazama, sekitar 60% kredit Perdania diberikan kepada PMA Jepang, 40% lagi kepada perusahaan lokal. "Tapi jumlah perusahaan lokal itu lebih dari 2.000, sedangkan PMA Jepang tak sebanyak itu. PMA seperti kelompok Astra atau National Gobel biasa minta kredit banyak, perusahaan lokal minta kredit sedikit-sedikit," kata Hazama. Sumber dana Bank Perdania terutama adalah giro dan deposito dari nasabah itu juga. Neraca Perdania akhir Desemher 1988 mencatat jumlah giro Rp 35,8 milyar, deposito Rp 48 milyar. Perdania, sebagai bank devisa, juga telah menyalurkan kredit ekspor dari Bank Indonesia bernilai Rp 38 milyar.MW, Moebanoe Moera

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum