Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Pesan Tahir Soal Gaya Hidup Crazy Rich, Tahir: Jangan Ikuti, That's Rubbish

Dato Sri Tahir merespons gaya hidup crazy rich yang ramai diperbincangkan publik belakangan ini. Bagaimana pendapat salah satu orang terkaya RI ini?

27 Maret 2022 | 13.11 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Founder Mayapada Group, Dato Sri Tahir saat menjadi narasumber dalam acara The Founders bertajuk "How To Be A Good Entrepreneur" di Gedung TEMPO, Jakarta, Rabu, 27 Maret 2019. TEMPO/M Taufan Rengganis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pengusaha Dato Sri Tahir menanggapi soal gaya hidup crazy rich yang ramai diperbincangkan publik belakangan ini. Pemilik Mayapada Group itu berpesan kepada anak muda untuk tidak mengikuti gaya hidup seperti itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pesan itu disampaikan ketika diwawancara oleh putrinya, Grace Tahir, dan diunggah di YouTube pribadi Grace Tahir, Kamis, 24 Maret 2022. Hingga berita ini diunggah, video tersebut sudah ditonton 251.033 kali dan menai 1.059 komentar dari warganet.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di dalam video berdurasi 30 menit 16 detik itu, Tahir di antaranya menyentil soal gaya hidup para anak muda yang belakangan dikenal dengan sebutan crazy rich yang mempertontonkan penghasilan besar dalam waktu instan.

Sentilan itu muncul ketika Tahir membeberkan apa saja yang membentuk dirinya sehingga pada akhirnya sukses dalam bisnis dan keluarga. Ia menyebutkan sedikitnya ada empat faktor penting. 

Pertama adalah ibadah. "Ibadah ini beda dengan agama. Ibadah tidak dilihat oleh manusia karena berhubungan langsung dengan sang pencipta," kata Tahir. 

Faktor kedua adalah keluarga. "Tidak hanya istri anak, tapi juga keharmonisan. Bagaimana Anda mendidik anak jadi orang baik, baik terhadap orang tua, mengasihi istri," tuturnya.

Berikutnya adalah faktor ketiga yakni karir. "Karir artinya bukan deal maker, seperti yang disebut crazy rich crazy rich belakangan ini," kata Tahir.

Lebih dari itu, menurut salah satu orang terkaya di Indonesia versi Forbes tersebut, karir sesungguhnya adalah jika riil menyentuh kehidupan orang banyak. 

"Banyak crazy rich akhir-akhir ini bilang, 'How I make money. How I make billion and billion.' Bukan, itu bukan karir," tutur Tahir. "Karir itu platform yang you bentuk, menciptakan lapangan kerja, friendly pada ekosistem, berguna pada masyarakat."

Lalu faktor keempat adalah social work. "Bagaimana kehadiran Anda memberi manfaat bagi orang lain. Ini adalah good work," ucapnya. 

Ia lantas bercerita sejak usia muda telah bekerja keras menghidupi dirinya dan keluarga karena hidup dengan keterbatasan. Bagi Tahir, peran keluarga sangat penting untuk membentuk kepribadiannya sampai seperti sekarang ini.

Tahir menyebut orang tuanya telah meninggalkan warisan keteladanan dan panutan yang sangat baik. "My parents yang meninggalkan teladan, panutan yang baik. How to be a good man, how to build proper person, how to be leaders, how to love your family,” tuturnya.

Selain itu, banyak para guru yang mengajarinya selama hidup. Dia mengungkapkan bangku sekolah telah mengajarkan budi pekerti dan lingkungan masyarakat yang tutur mendidik melalui teguran dan kritikan.

Di akhir wawancara, Tahir menyampaikan pesan ke anak muda untuk tidak ikut-ikutan gaya hidup ataupun terpengaruh oleh fenomena crazy rich. "Don't follow that kind of life, that's rubbish. You have to work hard, you have to be sweating. Dan dapatkan itu lebih solid,” kata Tahir.

Majalah Forbes menempatkan Tahir dan keluarga berada di peringkat ke-16 pada daftar 50 orang terkaya Indonesia 2021. Saat itu tercatat total kekayaannya mencapai US$ 2,5 miliar atau bila dirupiahkan mencapai Rp 35,9 triliun.

 

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

 

M. Faiz Zaki

M. Faiz Zaki

Menjadi wartawan di Tempo sejak 2022. Lulus dari Program Studi Antropologi Universitas Airlangga Surabaya. Biasa meliput isu hukum dan kriminal.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus