Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Perencanaan dan Pengembangan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS Kesehatan Mahlil Ruby mengklaim sekitar 70 persen dari total peserta BPJS Kesehatan merupakan peserta yang membayar iuran kelas 3. Mahlil menyebut, ada ketidakseimbangan yang ditimbulkan dari banyaknya peserta BPJS Kesehatan yang mengambil kelas tiga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Udah banyak (peserta BPJS Kesehatan) kelas 3, udah hampir 70 persen itu kelas 3. Jadi kan sudah gak seimbang,” ucap Mahlil ketika ditemui setelah agenda seminar di Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), Senin, 11 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mahlil juga mengatakan, selama beberapa tahun terakhir angka kepesertaan BPJS Kesehatan aktif hanya bertambah sekitar 7 juta peserta saja. Dan dari pertambahan 7 juta peserta aktif yang membayar premi tersebut, kata Mahlil, mayoritas adalah peserta BPJS Kesehatan kelas tiga.
“(Peserta) aktif 7 juta, itu benar-benar bocor. Itu lebih besar yang kita rekrut, itu kecil yang menjadi buah. Yang menjadi (bayar) premium pun itu yang kelas 3,” kata Mahlil.
Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti menjelaskan setidaknya ada dua faktor yang membuat mayoritas masyarakat memilih menjadi peserta BPJS Kesehatan kelas 3. Faktor yang pertama adalah ketidakmampuan untuk membayar lebih (unability to pay) dan yang kedua adalah ketidakmauan untuk membayar lebih (unwillingness to pay).
“Kalau dia mampu tapi tidak mau, maunya kelas 3, bisa juga. Atau dia tidak mampu, mampunya cuma kelas tiga Rp 42 ribu (karena) Rp 150 ribu kemahalan, bisa juga,” ujar Ghufron.
Ketika dikonfirmasi terkait faktor mana yang lebih dominan, Ghufron menyebut masih belum mendalami terkait hal tersebut. Ia mengatakan perlu ada penelitian lebih lanjut untuk mencari tahu penyebab dari adanya fenomena tersebut.